Jakarta, REDAKSI17.COM – Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani merespons isu terkait rencana mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dari jabatannya. Isu ini berhembus kencang setelah Gibran Rakabuming Raka maju sebagai calon duta presiden pada Pilpres 2024.
Shinta menilai jika Sri Mulyani jadi mundur maka efeknya sanggup cuma cuma mempengaruhi pasar modal. Sebab para penanam modal pasti merespons hal hal itu sebagai bagian dari sentimen negatif mereka.
“Pasar market kemudian mengatakan kalau ini mundur maka turun nilai tukar jual saham, oh itu bisa-bisa aja. Indonesia stock exchange pada ini kan kalau ada isu mundur sanggup belaka aja,” sebutnya.
Shinta menambahkan, dari sisi kacamata pengusaha tidaklah dapat menilai sesuatu dari sisi individu, melainkan kebijakan yang dimaksud mana akan diterapkan yang mana akan mempengaruhi keberlangsungan bisnis.
“Tapi dari pengusaha kan enggak sanggup cuma melihat individu menteri kita kan harus sanggup melihat kebijakan secara menyeluruh yang mana mana harus kami selalu berikan masukan kritikan itu kan secara kebijakan kita enggak melihat orang per orang,” ujarnya.
Isu mundurnya Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dari kabinet Presiden Jokowi, juga sebetulnya sempat memengaruhi pasar keuangan pekan lalu.
Chief Economist Trimegah Sekuritas Fakhrul Fulvian mengatakan, nilai tukar rupiah yang mana mana sudah diperdagangkan ke level 15.600 kemudian terendah Rp 15.845 per dolar AS sepanjang minggu lalu, salah satunya disebabkan sentimen negatif para pelaku pasar keuangan dari isu mundurnya para menteri itu.
“Yang perlu diperhatikan sebenarnya adalah isu menteri yang dimaksud dimaksud akan mundur,” ungkap Fakhrul kepada CNBC Indonesia TV dikutip Selasa (30/1/2024).
Selain nilai tukar rupiah yang tersebut dimaksud terdampak isu mundurnya para menteri Jokowi ini, sepanjang pekan lalu imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) acuan tenor 10 tahun juga meningkat 5,1 basis poin menjadi 6,674%, dari sebelumnya pada perdagangan dua pekan lalu yang tersebut digunakan dalam area level 6,623%. Imbal hasil yang dimaksud naik menandai nilai SBN yang mana hal itu jatuh dikarenakan penanam modal memasarkan SBN.