Yogyakarta (27/05/2025) REDAKSI17.COM – Pentas Seni Selasa Wagen bukan pergelaran hiburan semata, melainkan tanda bakti dan ketulusan jiwa para pelaku seni DIY dalam menjaga denyut nadi budaya. Penampilan seni yang dipersembahkan kalurahan budaya se-DIY dalam Pentas Seni Selasa Wagen merupakan bentuk nyata dari nguri-uri kabudayan, upaya menghidupkan kembali nilai-nilai luhur yang bukan hanya untuk dikenang, tetapi untuk dimaknai, dirawat, dan diwariskan.
Staf Ahli Gubernur DIY Bidang Hukum, Pemerintahan dan Politik, Sukamto mengungkapkan hal demikian saat membacakan sambutan Sekretaris Daerah DIY dalam pembukaan Pentas Seni Selasa Wagen yang digelar pada Selasa (27/05) di Amphitheater Teras Malioboro 1, Beskalan, Malioboro, Yogyakarta. Pergelaran seni rutin dari Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY yang menampilkan potensi budaya yang ada di wilayah masing-masing kalurahan/kelurahan budaya DIY, khususnya di bidang kesenian ini dapat dinikmati dan diikuti oleh masyarakat secara gratis.
Sukamto menyebutkan, seperti yang dipahami bersama, kebudayaan bukan sekadar warisan. Kebudayaan adalah jiwa yang hidup, tumbuh dalam tubuh masyarakat, dan mewujud dalam tata laku, seni, tutur kata, dan semangat gotong royong. Desa budaya pun hadir sebagai simpul penghidupan warisan leluhur, yang tak hanya menjaga nilai, namun juga menanamkan kesadaran akan jati diri dan arah masa depan.
“Melalui pentas ini, kita tidak hanya menyaksikan tari dan suara, tetapi kita sedang menafsir ulang siapa diri kita sebagai bangsa yang memuliakan akar, namun terbuka pada cabang-cabang kemajuan. Di balik gerak, irama, dan ritual adat, tersimpan niat luhur bahwa budaya adalah cahaya yang membimbing langkah kita dalam perubahan zaman,” ujar Sukamto.
Untuk itu, Sukamto pun mengajak seluruh pihak untuk terus membangun sinergi agar desa budaya menjadi pusat-pusat kearifan lokal yang tidak hanya lestari, tapi juga adaptif, produktif, dan menjadi inspirasi bagi pembangunan yang berakar pada karakter bangsa. “Semoga acara ini menjadi titik temu antara warisan dan harapan, antara tradisi dan inovasi,” tutur Sukamto.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi dalam laporannya menyampaikan, Pentas Seni Selasa Wagen diharapkan dapat menjadi motivasi bagi kalurahan budaya di DIY untuk bangun, bangkit bersatu mewujudkan karya positif yang bermanfaat untuk masyarakat. Pun, meningkatkan kesadaran terhadap hak, kewajiban dan peran serta dalam pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan.
“Peserta Gelar Pentas Seni Selasa Wagen ini diikuti 50 kalurahan/kelurahan budaya se-DIY dengan rincian Kota Yogyakarta 2 kelurahan budaya, Kabupaten Bantul 14 kalurahan budaya, Kabupaten Kulon Progo 10 kalurahan budaya, serta Kabupaten Gunungkidul dan Kabupaten Sleman masing-masing diikuti oleh 12 kalurahan budaya. Jadi tiap bulan Selasa Wagen kita akan selalu diramaikan dengan 10 penampilan dari kalurahan budaya,” kata Dian.
Dian menyebut, bulan Mei ini pun merupakan kali pertama Pentas Seni Selasa Wagen kembali digelar pada tahun 2025 dengan mengangkat tema ‘Gumregah Nyawiji Ing Karya’. Rencananya, pada tahun 2025, Pentas Seni Selasa Wagen diselenggarakan setiap Selasa Wagen di bulan Mei, Juli, Agustus, September, dan Oktober 2025 di Teras Malioboro 1 Yogyakarta.
Berbeda dari tahun sebelumnya, untuk pertama kalinya Pentas Seni Selasa Wagen yang diselenggarakan dengan dukungan Dana Keistimewaan ini digelar di Teras Malioboro 1 Yogyakarta. Dengan pertunjukan seni yang ditampilkan di TM 1 Yogyakarta ini, Pentas Seni Selasa Wagen diharapkan dapat meningkatkan kunjungan masyarakat sehingga memberikan dampak positif pula meningkatkan pergerakan ekonomi UMKM DIY.
Pentas seni yang ditampilkan dalam pergelaran kali ini, antara lain, yaitu Reog Kreasi ‘Nirbaya Loka’ dari Kalurahan Sidoharjo Tepus, Gunungkidul; Teatrikal Permainan Tradisional dari Kalurahan Muntuk, Dlingo, Bantul; Tari Bangilun Sedya Rukun dari Kalurahan Pagerharjo, Samigaluh, Kulon Progo; Drama Tari dari Kalurahan Bejiharjo, Karangmojo, Gunungkidul; dan Tari ‘Bala’ dari Kalurahan Sidorejo Lendah, Kulon Progo. Selain itu, ditampilkan pula, Upacara Adat ‘Merti Belik’ dari Kelurahan Terban, Gondokusuman, Kota Yogyakarta; Reog Krida Tamtama dari Kalurahan Kepek, Saptosari, Gunungkidul; Tari Dhadung Awuk dari Kalurahan Ambarketawang, Gamping, Sleman; Tari Dentawyanjana dari Kalurahan Seloharjo, Pundong, Bantul; dan Jathilan dan Tayub dari Kalurahan Triharjo, Sleman, Sleman.
Selain Pentas Seni Kalurahan Budaya yang digelar di Teras Malioboro 1, dalam event Selasa Wagen kali ini turut digelar berbagai pertunjukan spektakuler, mulai dari tarian, musik, hingga workshop di beberapa lokasi di sepanjang Jalan Malioboro. Masyarakat dapat menikmati berbagai pertunjukan seni budaya yang disuguhkan tersebut di titik-titik lokasi meliputi depan Gedung DPRD DIY, depan Gedung Agung, depan Griya Abhipraya, area Museum Sonobudoyo, seberang BNI trotoar Istana Negara, dan pintu gerbang barat Kepatihan.
Humas Pemda DIY