Jakarta,REDAKSI17.COM – Dini hari pada 7 Oktober 2023 akan dikenang sebagai awal dari babak baru konflik Israel kemudian Palestina yang digunakan paling berdarah. Serbuan Hamas juga respons balik dari Tel Aviv berbuntut panjang menjadi arena pembantaian warga sipil dalam Gaza.
Hal ini menjadi sorotan utama dunia pada 2023 serta juga dipastikan akan berlanjut pada tahun ini.
Lalu, bagaimana kronologi, sejarah, hingga perkembangan terkini perang antara Israel vs Hamas tersebut? Berikut ulasannya.
Kronologi
Dunia selama berbulan-bulan menyaksikan dengan ngeri ketika konflik Israel-Palestina yang dimaksud dimaksud sudah dilaksanakan berlangsung lama meledak menjadi perang paling berdarah pada Gaza setelah Hamas melancarkan serangan yang dimaksud itu belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober 2023.
Pihak Israel mengeklaim sekitar 3.100 roket telah lama terjadi ditembakkan dalam sepekan terakhir dari Gaza, sistem antirudal Iron Dome milik Israel telah lama terjadi mencegat lebih banyak banyak dari 1.000 roket.
Kelompok Hamas menguasai pagar perbatasan Gaza yang mana dimaksud berteknologi tinggi lalu menyerbu ke Israel selatan dalam serangan yang digunakan menewaskan sekitar 1.140 orang, sebagian besar warga sipil.
Serangan mendadak tersebut, yang tersebut mana juga berujung pada penyanderaan sekitar 250 orang, memproduksi Israel marah juga memicu respons militer yang tersebut hal tersebut menghancurkan.
Pengeboman besar-besaran, dan juga juga invasi darat yang digunakan dimaksud dilancarkan tiga minggu setelah perang, sudah pernah menjadikan sebagian besar wilayah Gaza menjadi reruntuhan kemudian menewaskan sedikitnya 21.822 orang, sebagian besar perempuan serta anak-anak, menurut kementerian kesehatan dalam dalam Gaza.
Lebih dari 55.000 orang terluka, pada saat sebagian besar rumah sakit pada tempat Gaza tak dapat berfungsi atau rusak juga juga kewalahan.
Menurut PBB, ketika pertempuran sengit berlangsung, 85 persen dari 2,4 jt penduduk Gaza yang mana terkepung telah lama dilaksanakan mengungsi, yang mana digunakan memperingatkan meningkatnya risiko kelaparan dan juga juga penyakit ketika keluarga-keluarga yang tersebut mana putus asa berlindung di dalam dalam tenda-tenda darurat untuk melawan dinginnya musim dingin.
Sejarah Konflik
Konflik ini sudah terjadi tambahan dari 100 tahun, tepatnya bermula pada tanggal 2 November 1917.
Kala itu Menteri Luar Negeri Inggris saat itu, Arthur Balfour, menulis surat yang tersebut ditujukan kepada Lionel Walter Rothschild, seseorang tokoh komunitas Yahudi Inggris. Surat hal itu memang singkat, cuma 67 kata namun isinya memberikan dampak terhadap Palestina yang yang masih terasa hingga saat ini.
Surat yang mengikat pemerintah Inggris untuk “mendirikan rumah nasional bagi orang-orang Yahudi di tempat area Palestina” serta memfasilitasi “pencapaian tujuan ini”. Surat itu dikenal dengan Deklarasi Balfour.
Intinya, kekuatan Eropa menjanjikan gerakan Zionis sebuah negara dalam wilayah yang mana dimaksud 90% penduduknya adalah penduduk asli Arab Palestina. Mandat Inggris dibentuk pada 1923 juga berlangsung hingga 1948.
Selama periode tersebut, Inggris memfasilitasi migrasi massal orang Yahudi. Di mana terjadi gelombang kedatangan yang dimaksud mana cukup besar pasca gerakan Nazi di dalam dalam Eropa.
Dalam gelombang migrasi ini, dia menemui perlawanan dari warga Palestina. Warga Palestina khawatir dengan perubahan demografi negara merekan serta penyitaan tanah merek oleh Inggris untuk diserahkan kepada pemukim Yahudi.
Kekerasan yang digunakan mana Meningkat
Meningkatnya ketegangan akhirnya menyebabkan Pemberontakan Arab. Ini berlangsung dari tahun 1936 hingga 1939.
Pada April 1936, Komite Nasional Arab yang digunakan mana baru dibentuk mengajukan permohonan warga Palestina untuk melancarkan pemogokan umum. Ini menahan pembayaran pajak lalu memboikot produk-produk Yahudi untuk memprotes kolonialisme Inggris kemudian juga meningkatnya imigrasi Yahudi.
Pemogokan selama enam bulan itu ditindas secara brutal oleh Inggris, yang dimaksud digunakan melancarkan kampanye penangkapan massal lalu melakukan penghancuran rumah. Hal itu menjadi sebuah praktik yang digunakan dimaksud terus diterapkan Israel terhadap warga Palestina hingga saat ini.
Fase kedua pemberontakan dimulai pada akhir 1937. Ini dipimpin oleh gerakan perlawanan petani Palestina, yang digunakan digunakan menargetkan kekuatan Inggris kemudian kolonialisme.
Pada paruh kedua tahun 1939, Inggris sudah mengerahkan 30.000 tentara pada Palestina. Desa-desa dibom melalui udara, jam malam diberlakukan, rumah-rumah dihancurkan, serta penahanan administratif serta pembunuhan massal tersebar luas.
Bersamaan dengan itu, Inggris berkolaborasi dengan komunitas pemukim Yahudi lalu membentuk kelompok bersenjata juga “pasukan kontra pemberontakan” yang yang terdiri dari para pejuang Yahudi bernama Pasukan Malam Khusus yang dimaksud dipimpin Inggris. Di dalam Yishuv, komunitas pemukim pra-negara, senjata diimpor secara diam-diam kemudian juga pabrik senjata didirikan untuk memperluas Haganah, paramiliter Yahudi yang tersebut hal tersebut kemudian menjadi inti tentara Israel.
Dalam tiga tahun pemberontakan tersebut, 5.000 warga Palestina terbunuh. Sebanyak 15.000 hingga 20.000 orang terluka lalu 5.600 orang dipenjarakan.
PBB Turun Tangan
Pada 1947, populasi Yahudi sudah pernah dikerjakan membengkak menjadi 33% dalam dalam Palestina, namun dia semata-mata mempunyai 6% lahan. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian mengadopsi Resolusi 181, yang digunakan itu menyerukan pembagian Palestina menjadi negara-negara Arab lalu Yahudi.
Palestina menolak rencana yang tersebut disebut sebab rencana hal yang disebut memberikan sekitar 56% wilayah Palestina kepada negara Yahudi, termasuk sebagian besar wilayah pesisir yang dimaksud dimaksud subur. Pada saat itu, warga Palestina miliki 94% wilayah bersejarah lalu mencakup 67% populasinya.
Nakba
Sebelum Mandat Kekuasaan Inggris berakhir pada 14 Mei 1948, paramiliter Israel sudah memulai operasi militer. Ini menghancurkan kota-kota kemudian desa-desa Palestina guna memperluas perbatasan Israel yang mana akan lahir.
Pada April 1948, lebih besar banyak dari 100 pria, wanita lalu anak-anak Palestina dibunuh dalam desa Deir Yassin dalam tempat pinggiran Yerusalem. Hal ini menentukan jalannya operasi selanjutnya, lalu juga dari tahun 1947 hingga 1949, lebih tinggi tinggi dari 500 desa, kota kecil lalu besar di dalam area Palestina dihancurkan dalam apa yang dimaksud digunakan oleh orang Palestina disebut sebagai Nakba, atau “bencana” dalam bahasa Arab.
Diperkirakan 15.000 warga Palestina terbunuh, termasuk dalam puluhan pembantaian. Insiden ini juga menyebabkan Gerakan Zionis menguasai 78% wilayah bersejarah Palestina. Sisanya yang sebesar 22% dibagi menjadi wilayah yang mana itu sekarang menjadi Tepi Barat yang dimaksud dimaksud diduduki juga Jalur Gaza yang dimaksud mana terkepung.
Diperkirakan 750.000 warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka. Saat ini keturunan merekan itu hidup sebagai 6 jt pengungsi pada dalam 58 kamp pengungsi pada seluruh Palestina serta di area area negara-negara tetangga seperti Lebanon, Suriah, Yordania serta Mesir.
Pada 15 Mei 1948, Israel mengumumkan pendiriannya. Keesokan harinya, perang Arab-Israel pertama dimulai juga pertempuran berakhir pada Januari 1949 setelah gencatan senjata antara Israel serta Mesir, Lebanon, Yordania, lalu Suriah.
Pada bulan Desember 1948, Majelis Umum PBB mengeluarkan Resolusi 194. Ini menyerukan hak untuk kembali bagi pengungsi Palestina.
Pasca Nakba
Setidaknya 150.000 warga Palestina tetap tinggal pada negara Israel yang dimaksud baru dibentuk kemudian hidup dalam bawah pendudukan militer yang digunakan dikontrol ketat selama hampir 20 tahun sebelum mereka itu akhirnya diberikan kewarganegaraan Israel.
Mesir mengambil alih Jalur Gaza, kemudian juga pada tahun 1950, Yordania memulai pemerintahan administratifnya atas Tepi Barat. Lalu, pada tahun 1964, Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) dibentuk, kemudian setahun kemudian, partai kebijakan pemerintah Fatah didirikan.
Perang 6 Hari
Pada 5 Juni 1967, Israel menduduki sisa wilayah bersejarah Palestina, termasuk Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, Dataran Tinggi Golan Suriah, dan juga juga Semenanjung Sinai Mesir selama Perang 6 Hari melawan koalisi tentara Arab. Bagi sebagian warga Palestina, hal ini menyebabkan perpindahan paksa kedua atau Naksa, yang dimaksud digunakan berarti “kemunduran” dalam bahasa Arab.
Pada Desember 1967, Front Populer Marxis-Leninis untuk Pembebasan Palestina dibentuk. Selama dekade berikutnya, serangkaian serangan serta pembajakan pesawat oleh kelompok sayap kiri menarik perhatian dunia terhadap penderitaan rakyat Palestina.
Pembangunan pemukiman dimulai dalam dalam Tepi Barat lalu Jalur Gaza yang mana diduduki. Sistem dua tingkat diciptakan dalam area mana pemukim Yahudi diberikan semua hak serta juga keistimewaan sebagai warga negara Israel sedangkan warga Palestina harus hidup pada bawah pendudukan militer yang dimaksud mendiskriminasi dia serta melarang segala bentuk ekspresi kebijakan pemerintah atau sipil.
Intifada Pertama
Intifada atau yang mana digunakan berarti perlawanan dalam Bahasa Arab diimplementasikan Palestina pertama kali di dalam tempat Jalur Gaza pada Desember 1987. Ini terjadi setelah empat warga Palestina tewas ketika sebuah truk Israel bertabrakan dengan dua van yang mana dimaksud membawa pekerja Palestina.
Protes menyebar dengan cepat ke Tepi Barat dengan pemuda Palestina melemparkan batu ke tank lalu tentara Israel. Hal ini juga menyebabkan berdirinya gerakan Hamas, sebuah cabang dari Ikhwanul Muslimin yang digunakan digunakan terlibat dalam perlawanan bersenjata melawan pendudukan Israel.
Respons keras tentara Israel dirangkum dalam kebijakan “Patah Tulang Mereka” yang hal itu dianjurkan oleh Menteri Pertahanan saat itu, Yitzhak Rabin. Aksi ini mencakup pembunuhan mendadak, penutupan universitas, deportasi aktivis, juga penghancuran rumah.
Intifada terutama dijalani oleh kaum muda serta diarahkan oleh Kepemimpinan Nasional Terpadu Pemberontakan, sebuah koalisi faksi urusan urusan politik Palestina yang tersebut digunakan berkomitmen untuk mengakhiri pendudukan Israel serta membangun kemerdekaan Palestina.
Intifada ditandai dengan mobilisasi rakyat, menentang massal, pembangkangan sipil, pemogokan yang mana terorganisir dengan baik, juga kerja identik komunal.
Menurut organisasi hak asasi manusia Israel B’Tselem, 1.070 warga Palestina dibunuh oleh pasukan Israel selama Intifada, termasuk 237 anak-anak. Lebih dari 175.000 warga Palestina ditangkap. Intifada juga memacu komunitas internasional untuk mencari solusi atas konflik tersebut.
Perjanjian Oslo
Intifada berakhir dengan penandatanganan Perjanjian Oslo pada tahun 1993 lalu pembentukan Otoritas Palestina (PA), sebuah pemerintahan sementara, pemerintahan mandiri terbatas di dalam dalam wilayah pendudukan Tepi Barat lalu juga Jalur Gaza.
PLO mengakui Israel berdasarkan solusi dua negara serta secara efektif menandatangani perjanjian yang digunakan yang disebut memberi Israel kendali atas 60% Tepi Barat, serta sebagian besar sumber daya tanah juga air di dalam area wilayah tersebut.
PA seharusnya memberi jalan bagi pemerintah Palestina terpilih pertama yang mana menjalankan negara merdeka pada tempat Tepi Barat serta Jalur Gaza dengan ibu kotanya di tempat tempat Yerusalem Timur, namun hal itu bukan ada pernah terjadi.
Kritik terhadap PA memandangnya sebagai subkontraktor korup bagi pendudukan Israel yang mana mana bekerja mirip erat dengan militer Tel Aviv dalam menekan perbedaan pendapat juga aktivisme politik. Pada tahun 1995, Israel membangun pagar elektronik juga tembok beton dalam tempat sekitar Jalur Gaza, menghentikan interaksi antara wilayah Palestina yang dimaksud hal itu terpecah.
Intifada Kedua
Intifada kedua dimulai pada 28 September 2000, ketika pemimpin oposisi Partai Likud Israel, Ariel Sharon, melakukan kunjungan provokatif ke kompleks Masjid Al Aqsa. Saat itu, ribuan pasukan keamanan dikerahkan di dalam dalam dalam kemudian sekitar Kota Tua Yerusalem.
Bentrokan antara pengunjuk rasa Palestina serta pasukan Israel menewaskan lima warga Palestina lalu melukai 200 orang selama dua hari. Insiden ini memicu pemberontakan bersenjata yang tersebut meluas.
Selama Intifada, Israel menyebabkan kerusakan yang mana belum pernah terjadi sebelumnya terhadap perekonomian lalu infrastruktur Palestina. Israel menduduki kembali wilayah yang digunakan digunakan diperintah oleh PA kemudian memulai pengerjaan tembok pemisah yang tersebut dimaksud seiring dengan maraknya pengerjaan pemukiman, menghancurkan mata pencaharian serta komunitas warga Palestina.
Pemukim Yahudi pun juga mulai bermukim secara ilegal dalam tempat wilayah itu. Ruang bagi warga Palestina semakin menyusut akibat jalan-jalan juga infrastruktur yang digunakan digunakan belaka sekali diperuntukkan bagi pemukim Yahudi ilegal itu.
Pada saat Perjanjian Oslo ditandatangani, lebih lanjut besar dari 110.000 pemukim Yahudi tinggal dalam Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur. Saat ini, jumlahnya mencapai lebih banyak tinggi dari 700.000 orang di area area lebih lanjut tinggi dari 100.000 hektar tanah yang digunakan diambil alih dari Palestina.
Perang Saudara
Pemimpin PLO Yasser Arafat meninggal pada tahun 2004. Setahun kemudian, Intifada kedua berakhir, permukiman Israel pada Jalur Gaza dibongkar, juga tentara Israel serta 9.000 pemukim meninggalkan daerah kantong tersebut.
Setahun kemudian, warga Palestina memberikan ucapan dalam pemilihan umum untuk pertama kalinya. Hamas memenangkan mayoritas. Namun, pecah perang saudara Fatah-Hamas yang mana dimaksud berlangsung berbulan-bulan kemudian mengakibatkan kematian ratusan warga Palestina.
Hamas mengusir Fatah dari Jalur Gaza, dan juga juga Fatah kembali menguasai sebagian Tepi Barat. Pada bulan Juni 2007, Israel memberlakukan blokade darat, udara kemudian laut dalam tempat Jalur Gaza, menuduh Hamas melakukan “terorisme”.
Serangan Israel ke Gaza
Israel sudah pernah lama melancarkan empat serangan militer berkepanjangan pada area Gaza yakni di tempat area tahun 2008, 2012, 2014 serta juga 2021. Ribuan warga Palestina sudah terbunuh, termasuk banyak anak-anak, lalu puluhan ribu rumah, sekolah, lalu gedung gedung gedung perkantoran sudah pernah hancur.
Pembangunan kembali hampir mustahil dikerjakan dikarenakan pengepungan yang digunakan disebut menghalangi material konstruksi, seperti baja kemudian semen, mencapai Gaza. Serangan tahun 2008 melibatkan pemakaian senjata yang tersebut dimaksud dilarang secara internasional, seperti gas fosfor.
Pada 2014, dalam kurun waktu 50 hari, Israel membunuh lebih besar lanjut dari 2.100 warga Palestina, termasuk 1.462 warga sipil juga hampir 500 anak-anak. Selama serangan tersebut, sekitar 11.000 warga Palestina terluka, 20.000 rumah hancur lalu setengah jt orang mengungsi.
Tanah Kanaan
Sementara itu, perang memuat kembali munculnya jika usul Tanah Kanaan. Ini merupakan negara kuno yang tersebut mana mempunyai luas wilayah besar, meliputi Lebanon, Suriah, Yordania juga juga Palestina yang mana hal tersebut pada dalamnya termasuk Jalur Gaza serta Tepi Barat.
Britannica mendefinisikannya sebagai wilayah Levant atau Syam. Alkitab sendiri turut menyinggung Tanah Kanaan sebagai “tanah perjanjian yang dimaksud diberikan Tuhan kepada Abraham kemudian keturunannya”.
Tanah ini mempunyai sejarah yang dimaksud sangat panjang, bahkan dalam perbincangan sebelum masa masehi (SM). Penamaan Tanah Kanaan, pertama kali muncul pada sumber-sumber sejarah Peradaban Mesopotamia bertarikh dari abad ke-18 SM.
Di sumber prasasti ditulis itu, Kanaan berarti “ungu kemerahan”. Ini merujuk pada daerah yang digunakan menjadi penghasil warna ungu.
Di masa pra-aksara, Tanah Kanaan pun sudah ditempati oleh manusia purba jenis Cro-Magnon serta Neanderthal yang mana hidup di dalam area zaman Paleolitikum atau (8.000 SM – 3.000 SM). Mereka melakukan aktivitas biasa sesuai perkembangan otaknya, yakni bertani kemudian membentuk permukiman.
Setelahnya dari masa ke masa, mulai dari zaman besi juga juga perunggu, Tanah Kanaan selalu dihuni oleh manusia. Soal penduduk asli Tanah Kanaan disebut juga sebagai orang Kanaan.
Mereka adalah keturunan bangsa Semit yang digunakan mana tinggal dalam kurun 2.000 SM – 1.700 SM. Mereka yang digunakan juga dikenal sebagai orang Amori menjadi penduduk mayoritas di dalam area tanah itu. Mereka kerap bermigrasi ke Barat (kini Mesir) lalu ke Timur (Jazirah Arab).
Namun, dalam dalam akhir Zaman Perunggu (1.550 – 1.200 SM), terjadi perubahan pada tempat Tanah Kanaan usai bangsa Mesir memasuki kawasan. Mereka merebut desa-desa orang Kanaan serta mengusir mereka.
Ketika terjadi pengusiran inilah, terjadi kebangkitan peradaban. Terkait ini, banyak sejarawan berpendapat inilah awal mula peradaban Israel yang dimaksud hal tersebut ditandai dengan berdirinya Kerajaan Yehuda lalu Israel.
Setelahnya Tanah Kanaan pun semakin ramai dihuni oleh bangsa lain yang mana mana sama-sama rukun. Lalu, apakah masih ada keturunan Kanaan dalam tempat masa kini?
Menurut para peneliti, mengutip American Journal of Human Genetics, DNA orang Kanaan, yang digunakan diambil dari jejak DNA penduduk Kanaan berusia 3.700 tahun, miliki kecocokan dengan DNA penduduk Lebanon masa kini.
Perkembangan Terkini dalam area Gaza
Serangan Israel menghantam Gaza pada Minggu (31/12/2023), ketika kedua belah pihak mendekati akhir tahun kelam lalu Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan perang yang dimaksud digunakan dipicu oleh serangan Hamas pada 7 Oktober akan berlangsung selama “berbulan-bulan.”
Setidaknya 40 warga Palestina tewas dalam pengeboman semalam dalam Gaza, kata kementerian kesehatan dalam tempat Jalur Gaza yang mana mana dikuasai Hamas, dengan 18 jenazah sejauh ini ditemukan kemudian banyak yang yang disebut terkubur dalam bawah reruntuhan.
“Setelah ledakan, kami tiba di area area lokasi serangan juga juga melihat banyak korban dalam mana-mana,” kata seseorang warga setempat setelah sebuah bangunan dihantam. “Anak-anak masih hilang, kami tidaklah dapat menemukan mereka.”
Tentara Israel melaporkan terbunuhnya sekitar selusin pejuang musuh dalam berbagai pertempuran darat, serangan udara serta tank dan juga juga mengatakan merek sudah menemukan terowongan Hamas, kemudian juga menginvestasikan materi peledak pada sebuah taman kanak-kanak.
Penderitaan Luar Biasa
Ketika perang berkecamuk, Sekjen PBB Antonio Guterres mengutuk “penderitaan manusia yang digunakan luar biasa” juga juga “hukuman kolektif” terhadap warga sipil Palestina.
Dia kemudian para pemimpin dunia lainnya sudah pernah berulang kali menyerukan gencatan senjata, sementara Israel berjanji akan terus melakukan gencatan senjata sampai Hamas dikalahkan, sebuah posisi yang hal itu didukung oleh sekutu kuatnya, Amerika Serikat.
Netanyahu menekankan lagi bahwa “perang akan berlanjut selama berbulan-bulan sampai Hamas dilenyapkan juga para sandera dikembalikan.”
“Kami akan menjamin bahwa Gaza tidaklah lagi menjadi ancaman bagi Israel,” katanya pada konferensi pers hari Sabtu.
Pada Minggu, ia bersumpah: “Kami akan melanjutkan perang defensif kami, yang dimaksud mana keadilan kemudian moralitasnya tiada bandingannya.”
Di Gaza, keluarga-keluarga Palestina – yang hal tersebut banyak mengungsi ke wilayah paling selatan ketika medan pertempuran semakin dekat – berdoa agar perang dihentikan.
Keluarga Sandera Putus Asa
Setidaknya 129 sandera diyakini masih ditahan dalam Gaza setelah lebih lanjut tinggi dari 100 orang dibebaskan melalui pertukaran tahanan kemudian gencatan senjata selama seminggu pada akhir November.
Keluarga kemudian teman-teman dari para tawanan yang tersebut tersisa bersatu untuk terus menekan pemerintah agar membawa merek pulang.
Mediator internasional terus berupaya menuju jeda baru dalam pertempuran.
Delegasi Hamas dari Qatar mengunjungi Kairo pada Jumat untuk mengeksplorasi rencana tiga fase Mesir yang mana itu mengusulkan gencatan senjata yang dimaksud itu dapat diperbarui, pembebasan sandera bagi tahanan Palestina, juga pada akhirnya mengakhiri perang, kata sumber yang itu dekat dengan Hamas.
Sekutu mereka, Jihad Islam, mengatakan sehari kemudian bahwa faksi-faksi Palestina sedang “dalam proses” mengevaluasi proposal hal yang juga akan memberikan tanggapan “dalam beberapa hari.”
Seorang pejabat Israel yang dimaksud tidaklah ada disebutkan namanya, melaporkan bahwa mediator Qatar sudah pernah diimplementasikan mengatakan kepada Israel bahwa Hamas siap untuk merangkum pembicaraan mengenai pembebasan sandera baru dengan imbalan gencatan senjata.
Netanyahu, ketika ditanya tentang proses itu pada hari Sabtu, mengatakan Hamas sudah pernah “memberikan segala macam ultimatum yang dimaksud yang disebut bukan kami terima.”
“Kami melihat adanya perubahan tertentu (tetapi) saya tidaklah ingin menciptakan ekspektasi,” katanya tanpa menjelaskan lebih tinggi lanjut lanjut.
Front Perang Baru
Di tengah perang Gaza, kekerasan juga berkobar dalam area Tepi Barat yang dimaksud dimaksud diduduki, kemudian antara Israel kemudian beberapa musuh regionalnya, aliansi kelompok-kelompok yang digunakan digunakan didukung Iran di dalam tempat Lebanon, Suriah, Irak, serta Yaman.
Pasukan Israel dalam area Israel utara sudah pernah dikerjakan melakukan baku tembak besar-besaran melintasi perbatasan dengan kelompok bersenjata Hizbullah pada sepanjang perbatasan yang dimaksud dipatroli PBB.
Netanyahu memperingatkan bahwa “jika Hizbullah ingin memperpanjang perang, maka merekan akan menghadapi pukulan yang digunakan belum pernah terjadi sebelumnya, dan juga juga begitu pula Iran.”
Iran, yang mana dimaksud sudah pernah lama menjadi musuh bebuyutan Israel, menyambut baik serangan Hamas namun bersikeras bahwa pihaknya bukan berperan dalam perencanaan serangan 7 Oktober tersebut.
Teheran pekan lalu menyalahkan Israel lantaran membunuh Razi Moussavi, orang komandan tertinggi Korps Garda Revolusi Islam, dalam serangan rudal pada dalam Suriah kemudian bersumpah kematiannya akan dibalas.
Sekutu Iran lainnya, pemberontak Houthi Yaman, telah lama dilaksanakan melancarkan serangan drone lalu rudal terhadap kapal kargo pada Laut Merah, dengan mengatakan bahwa serangan hal itu untuk menggalang warga Palestina pada dalam Gaza.
Washington telah dilakukan terjadi membentuk satuan tugas angkatan laut multinasional untuk mencegah serangan semacam itu.
Militer AS mengatakan pada Minggu bahwa helikopter Angkatan Laut Amerika menenggelamkan tiga kapal Houthi juga membunuh awaknya setelah merekan menyerang kapal kontainer milik Denmark.