Jakarta,REDAKSI17.COM – Perang saudara pada tempat Myanmar antara junta militer kemudian milisi etnis terus berkecamuk. Pada Senin (3/6/2024), pihak junta meluncurkan serangan udara ke sebuah acara upacara pernikahan dalam wilayah Sagaing.
Radio Free Asia melaporkan serangan itu dikerjakan dengan pesawat udara yang digunakan hal tersebut menjatuhkan dua bom seberat 500 pon pada pukul 08.15 pagi waktu setempat. Serangan menewaskan 24 orang serta melukai sekitar 30 lainnya.
“Setelah pengeboman tersebut, pasukan junta melepaskan beberapa tembakan artileri ke desa Ma Taw dalam kotapraja Mingin, memaksa lebih lanjut banyak dari 2.000 penduduk dari enam desa terdekat meninggalkan rumah mereka,” kata orang warga bernama U Htay.
U Htay menambahkan bahwa bom itu dijatuhkan persis dalam tengah-tengah area tamu. Ia menyebut hal ini yang dimaksud dimaksud menimbulkan banyaknya korban, sementara korban jiwa disebutnya kemungkinan akan bertambah.
“Di pedesaan, tempat memasak lalu juga menyajikan makanan, serta tempat pemberian bingkisan pernikahan, semuanya berada di tempat dalam kawasan pusat yang digunakan mana kecil. Bom menghantam area pusat ini, menyebabkan semua orang di tempat dalam sana terkena dampaknya.”
Sagaing sendiri merupakan pusat perlawanan etnis Burman terhadap pemerintahan militer. Dalam operasi di area area wilayah ini, junta seringkali merespons dengan senjata berat, yang mana memproduksi penduduk sipil terlibat menjadi sasaran.
Saluran Telegram yang digunakan dimaksud didukung jt militer mengatakan pesawatnya menjatuhkan dua bom itu dikarenakan pemimpin Pasukan Pertahanan Rakyat Mingin adalah salah satu orang yang dimaksud dimaksud akan menikah. Namun klaim ini belum terverifikasi.
Menteri Hak Asasi Manusia di tempat dalam pemerintahan bayangan Persatuan Nasional, Aung Myo Min, menyebut pemboman itu sebagai kejahatan perang.
“Ini identik sekali bukan kampanye militer, tapi pengeboman yang digunakan mana disengaja terhadap sebuah pernikahan sipil. Ini adalah strategi militer kemudian serangan yang dimaksud mana disengaja terhadap penduduk sipil,” ujarnya.
Myanmar berada dalam perang saudara sejak junta militer pimpinan Min Aung Hlaing mengkudeta pemerintahan sipil pada Februari 2021. Kudeta, yang dimaksud digunakan terjadi pada bulan Februari 2021 memicu reaksi rakyat yang dimaksud mana besar, dengan demonstrasi besar-besaran yang digunakan digunakan menolaknya, yang mana yang kemudian dibubarkan secara brutal.
Ini kemudian memicu reaksi keras dari beberapa milisi etnis di dalam area Negeri Seribu Pagoda. Mereka mulai melancarkan perlawanan terhadap rezim junta yang dimaksud hal tersebut dianggap tiada ada demokratis.
Sementara itu, dalam beberapa waktu terakhir, junta dilaporkan mulai mengalami kekalahan dalam dalam banyak tempat. Salah satunya adalah pada wilayah Kayin, Kachin, serta Shan, yang dimaksud berbatasan dengan China juga Thailand.