Yogyakarta,REDAKSI17.COM – Gerakan pemberdayaan perempuan di DIY kembali mendapat sorotan pada acara audiensi panitia Peringatan Hari Ibu bersama lima komponen organisasi wanita se-DIY pada Jumat (12/12) di Kantor Harian Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta. Pertemuan ini menjadi forum penting untuk memperkuat peran perempuan sebagai pilar ketahahanan keluarga sekaligus agen perubahan di masyarakat.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian peringatan Hari Ibu 2025. Ketua Pelaksana, GKBRAA Paku Alam menyampaikan bahwa tema peringatan tahun ini, Srawung Wanudyo menekankan pentingnya interaksi dan kolaborasi antar perempuan dari berbagai organisasi dan generasi.
“Tema Srawung Wanudyo, bermakna perempuan-perempuan yang bertemu, berkumpul melakukan kegiatan-kegiatan bermakna dan edukatif. Lintas organisasi, lintas generasi TP-PKK dan BKOW,” ujar Gusti Putri.
Gusti Putri menjelaskan bahwa kegiatan peringatan Hari Ibu 2025 juga difokuskan untuk menumbuhkan kepedulian dan empati dalam keluarga. Melalui lomba read aloud dan menulis surat untuk ibu, perempuan diharapkan dapat menanamkan kasih sayang dan perhatian terhadap anggota keluarganya.
“Bahwa seorang perempuan juga yang pertama dan utama untuk mendidik anaknya. Jadi kita melaksanakan lomba-lomba read aloud, menulis surat untuk ibu. Supaya menumbuhkan rasa empati, menumbuhkan rasa kepedulian terhadap keluarganya sendiri. Yang pertama itu, perempuan sebelum keluar berkegiatan, keluarganya harus bahagia dahulu,” jelasnya.
Ditemui usai audiensi, Gusti Putri berharap perempuan, khususnya pemangku kebijakan di organisasi dapat terus berperan positif bagi komunitas dan organisasnya. “Jadi saya ingin perempuan-perempuan di Yogyakarta, apalagi ini pemangku kebijakan di organisasi masing-masing, supaya bisa melakukan hal-hal positif dan untuk organisasinya,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk (DP3AP2) DIY, Erlina Hidayati Sumardi menyampaikan bahwa ada isu yang dihadapi perempuan saat ini masih berkaitan dengan perjuangan sejak Kongres Perempuan 1928. Kesetaraan gender dan pemenuhan hak-hak perempuan tetap menjadi permasalahan penting yang perlu terus diperhatikan.
“Pada saat itu yang diperjuangkan itu pendidikan perempuan, kemudian hak perempuan untuk tidak dinikahkan dini, kemudian hak kesehatan perempuan. Nah sampai hari ini pun yang tiga ini juga masih menjadi permasalahan kita,” tegas Erlina.
Erlina juga menambahkan, peran perempuan dalam memperkuat ketahanan keluarga kembali menjadi perhatian. Pengasuhan dan komunikasi dalam keluarga disebut sebagai fokus yang terus didorong melalui program organisasi perempuan di DIY.
“Pengasuhan dan komunikasi di dalam keluarga artinya ketahanan keluarga yang lebih baik. Nah, itu yang kami harapkan dengan semua bergerak, ibu-ibu melalui komponen masing-masing, baik selama peringatan Hari Ibu maupun selama setahun. Program-program dari organisasi perempuan di Yogyakarta ini kami sangat berharap didukung oleh media,” pungkasnya.
Humas Pemda DIY





