Yogyakarta,REDAKSI17.COM – Meneguhkan kecintaan terhadap batik sebagai warisan budaya bangsa, Gabungan Organisasi Wanita (GOW) Kota Yogyakarta bersama Komunitas Kamaniya menggelar kegiatan peringatan Hari Batik Nasional bertema “Pesona Batik, Menembus Jaman, Menguatkan Identitas Bangsa” di Ruang Bima, Balai Kota Yogya, Selasa (28/10).
Wakil Ketua I GOW Kota Yogyakarta, Siti Hafsah, menjelaskan kegiatan ini diisi dengan peragaan batik, edukasi makna filosofisnya dan skrining tes kesehatan. Ia juga menyampaikan rasa syukur atas antusiasme peserta dan makna mendalam dari kegiatan tersebut.
“Alhamdulillah, puji syukur, hari ini kami dari GOW bekerja sama dengan Komunitas Kamaniya dan Prodia telah melaksanakan kegiatan dalam rangka Hari Batik. Luar biasa, sangat antusias pesertanya,” ujarnya.
Menurutnya, kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang merayakan batik sebagai identitas bangsa, tetapi juga sarana edukasi agar masyarakat, khususnya perempuan, memahami filosofi batik secara mendalam.

Wakil Ketua I GOW Kota Yogya, Siti Hafsah memperagakan batik
“Beberapa ibu-ibu dari anggota organisasi memperagakan filosofi batik, mulai dari kain yang digunakan saat bayi baru lahir hingga menjelang akhir hayat. Ini luar biasa, bagaimana kita bisa mengetahui makna dan perjalanan hidup dalam selembar kain batik,” jelasnya.
Siti Hafsah menegaskan, memahami filosofi batik berarti menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap budaya sendiri. Ia berharap kegiatan seperti ini dapat terus berlanjut dan menjadi agenda rutin GOW serta organisasi wanita lainnya di Kota Yogyakarta.
“Mudah-mudahan kolaborasi ini bisa berjalan terus dan menjadi kegiatan tahunan kami, juga bagi organisasi-organisasi wanita lain. Hidup organisasi wanita Indonesia!” serunya penuh semangat.
Pihaknya juga mengingatkan pentingnya menjaga keaslian batik dengan tidak menggunakan batik printing. “Harapannya, kegiatan ini membuat kita semakin mencintai batik dan tidak salah dalam memakainya. Yang utama, jangan pakai batik printing,” tegasnya.

Penampilan angklung dari DWP Kota Yogya
Kegiatan peringatan Hari Batik diisi dengan sarasehan mengenal dan Memahami Penggunaan Batik Sesuai Pakem, yang mengupas filosofi serta tata cara penggunaan batik yang benar dan beretika. Kegiatan ini semakin menarik dengan parade Batik khas Yogyakarta oleh anggota GOW dan Komunitas Kamaniya yang menampilkan keindahan berbagai macam motif batik.
Selain itu, juga dilengkapi dengan skrining dan cek kesehatan bersama Prodia dan penampilan angklung sebagai hiburan selingan yang mempererat kebersamaan dan membuat suasana semakin semarak.
Skrining kesehatan oleh Prodia
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian Koperasi UKM Kota Yogyakarta, Tri Karyadi Riyanto Raharjo, mengapresiasi kegiatan yang mengangkat batik lokal Kota Yogyakarta dan mendorong agar semangat serupa diadopsi oleh berbagai organisasi lain. Menurutnya, kegiatan seperti ini memiliki nilai strategis karena turut mensosialisasikan Batik Segoro Amarto kepada masyarakat luas, tidak hanya di kalangan birokrat.
“Acara seperti ini bisa diadopsi oleh organisasi-organisasi yang lain. Ini menguntungkan bagi Pemkot karena bisa mensosialisasikan Batik Segoro Amarto. Jadi batik ini tidak hanya dikenal di kalangan birokrat saja, tapi juga masyarakat. Itu punya nilai tambah,” ujar Tri Karyadi.
Ia menambahkan, Pemkot Yogyakarta tengah mendorong agar Batik Segoro Amarto tidak hanya digunakan sebagai seragam resmi, melainkan juga dikenakan dalam kegiatan sehari-hari. Hal ini diharapkan membuka peluang bagi pelaku UMKM dan koperasi untuk terus berinovasi dalam desain serta produksi.
“Ke depan, Segoro Amarto bisa dipakai untuk keseharian. Jadi nanti ada varian-varian baru. Ini sudah mulai kita dorong supaya tidak hanya untuk uniform, tapi juga bisa dipakai untuk undangan, arisan, bahkan casual, jalan-jalan, atau nongkrong. Sehingga koperasi yang memproduksi juga terus bergerak dan berinovasi mengikuti selera konsumen,” jelasnya.

Kepala Perinkop UKM Kota Yogya, Tri Karyadi
Lebih lanjut, Tri Karyadi menegaskan bahwa perempuan memiliki peran yang sangat besar dalam sektor UMKM di Kota Yogyakarta. Dari berbagai pelatihan, sosialisasi, hingga kegiatan pengembangan usaha, perempuan menjadi motor utama yang menggerakkan roda ekonomi rakyat.
“UMKM itu banyak didominasi oleh perempuan. Luar biasa perannya. Kita tidak boleh memandang sebelah mata karena mereka benar-benar tulang punggung ekonomi. Mereka bukan sekadar sambilan, tapi justru menjadi pelaku utama,” ungkapnya.


