Jakarta,REDAKSI17.COM – Korea Utara (Korut) menyebut pihaknya akan mengerahkan angkatan bersenjata yang dimaksud mana lebih tinggi tinggi kuat dalam tempat perbatasannya dengan Korea Selatan (Korsel).
Pernyataan ini dikeluarkan Korut sehari setelah Korsel menangguhkan sebagian dari perjanjian militer tahun 2018 antara kedua negara sebagai berunjuk rasa atas peluncuran satelit mata-mata oleh Pyongyang.
Kementerian Pertahanan Korut mengatakan dalam sebuah pernyataan yang mana disiarkan oleh kantor berita KCNA bahwa pihaknya akan memulihkan semua tindakan militer yang digunakan digunakan sudah dihentikan berdasarkan perjanjian yang dirancang untuk mengurangi ketegangan dalam tempat sepanjang perbatasan dengan K
|
“Mulai sekarang, tentara kami tidaklah akan pernah terikat oleh Perjanjian Militer Utara-Selatan 19 September,” kata pernyataan itu pada Kamis (23/11/2023), seperti dikutip Reuters.
“Kami akan menarik langkah-langkah militer yang tersebut digunakan diambil untuk mencegah ketegangan kemudian konflik militer di area tempat semua bidang termasuk darat, laut lalu juga udara, lalu mengerahkan angkatan bersenjata yang hal itu tambahan banyak kuat juga perangkat keras militer tipe baru dalam dalam wilayah sepanjang Garis Demarkasi Militer.”
Peluncuran satelit pada Selasa adalah upaya ketiga Korut tahun ini, setelah dua kegagalan lalu perbuatan lanjut dari perjalanan langka pemimpin Korut Kim Jong Un ke Rusia, di tempat area mana Presiden Vladimir Putin berjanji membantu Pyongyang membangun satelit.
Para pejabat Korsel mengatakan peluncuran terbaru kemungkinan besar melibatkan bantuan teknis Rusia di area area bawah kemitraan yang digunakan dimaksud berkembang dimana Pyongyang memasok jutaan peluru artileri ke Rusia.
Rusia juga Korut menolak kesepakatan senjata namun menjanjikan kerja serupa yang dimaksud lebih besar tinggi mendalam, termasuk dalam bidang satelit.
Korsel pada Rabu menangguhkan sebagian dari perjanjian antar-Korea sebagai tanggapan atas peluncuran Pyongyang serta mengatakan akan segera meningkatkan pengawasan dalam sepanjang perbatasan dengan Korut yang dimaksud dimaksud dijaga ketat.
Korut menuduh Korsel membatalkan perjanjian tersebut, yang mana digunakan dikenal sebagai Perjanjian Militer Komprehensif (CMA), serta juga mengatakan Seoul akan “bertanggung jawab sepenuhnya jika terjadi bentrokan yang tersebut hal tersebut tidaklah dapat diperbaiki lagi” antara kedua Korea.