Imbauan yang mana disampaikan sebagai kewaspadaan lalu selalu memonitor perkembangan erupsi gunung api Marapi. Pemerintah desa juga memanfaatkan pengeras ucapan di dalam mesjid serta mushala daerah setempat.
Darizal mengungkap warga di tempat sekitar lereng gunung telah terjadi terbiasa dengan hembusan abu vulkanik bagaimanapun juga erupsi yang dimaksud terjadi pada Minggu (3/12/2023) mempunyai intensitas yang digunakan lebih tinggi besar.
“Di awal erupsi, memang sebagian besar langsung berhenti berladang sebab adanya pengumuman gemuruh yang cukup besar, namun tak berapa lama mereka kembali bekerja seperti biasa,” katanya.
Menurutnya, Batu Palano dengan jarak lima kilometer dari puncak Gunung Marapi menjadi pintu masuk para pendaki gunung. Namun, saat awal erupsi tidak ada jelas terlihat sebab tertutup kabut.
“Kebetulan bukan terlihat letusannya, yang mana terasa hanya sekali getaran serta disangka warga adalah gempa kecil, ada lima desa kecil atau jorong di area daerah ini, Jorong Simpang 4, Simpang 3, Padang Tarok, Giring-Giring lalu Aceh Baru,” kata Darizal.
Ia mengungkap hingga saat ini, untuk wilayah Batu Palano Sungai Pua bukan mengalami kerugian berarti apalagi adanya korban jiwa.
Salah individu petani cabai di tempat Batu Palano, Husniah (50) mengatakan dirinya sempat dilarang ke ladang oleh anaknya oleh sebab itu takut terdampak erupsi, tapi ia bersikeras tetap bekerja.
“Awalnya memang dilarang anak, namun lantaran erupsi yang dimaksud lalu juga tak terlalu mengganggu, maka saya kembali semata ke ladang,” kata dia.
Sungai Pua menjadi daerah pertanian subur di tempat Sumbar dengan ragam hasil tani dalam bentuk cabai, tomat, wortel, kol serta sawi. “Hasil panen musim ini cukup berhasil, semua kami jual hingga luar daerah, paling banyak pesanan ke Riau,” pungkas Husniah. (Antara)