Home / Politik / PKS: Pemerintah Perlu Perkuat Daya Beli Masyarakat dan Mendorong Optimalisasi Sektor Industri Padat Karya

PKS: Pemerintah Perlu Perkuat Daya Beli Masyarakat dan Mendorong Optimalisasi Sektor Industri Padat Karya

    
Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (EKUIN) Handi Risza (Fathur/PKSFoto)

Jakarta,REDAKSI17.COM— Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia 5,04 persen secara tahunan pada triwulan III-2025.

Menurut Ketua DPP PKS Bidang Ekonomi, Keuangan, dan Industri (EKUIN) Handi Risza menilai pencapaian ini menunjukkan kondisi perekonomian nasional belum menunjukkan perubahan signifikan dan masih mencari jalan untuk bisa tumbuh lebih tinggi.

“Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan ekonomi triwulan III-2025 lebih rendah dari triwulan II-2025 sebesar 5,12 persen,” katanya di kantor DPP PKS, Jakarta (5/11/25).

Menurut Politisi PKS ini pertumbuhan tersebut utamanya ditopang oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh 4,89 persen dan berkontribusi 53,14 persen persen terhadap PDB.

“Berikutnya, diikuti pembentukan modal tetap bruto (PMTB) yang tumbuh 5,04 persen dan menyumbang 29,09 persen terhadap PDB. Komponen penopang lainnya adalah ekspor yang tumbuh 9,91 persen dan menyumbang 23,64 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.

Adapun konsumsi pemerintah tumbuh 5,49 persen dan berkontribusi 7,17 persen terhadap pembentukan PDB,” ungkapnya

Handi menyebutkan dari sisi lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh lima lapangan usaha utama, yaitu industri pengolahan yang tumbuh 5,54 persen, pertanian (4,93 persen), perdagangan (5,49 persen), konstruksi (4,21 persen), dan pertambangan (-1,98 persen).

“Sementara itu, sektor pertambangan menjadi satu-satunya sektor penopang pertumbuhan yang pertumbuhannya terkontraksi,” ujarnya.

Ekonom Paramadina ini juga mengungkapkan bahwa konsumsi rumah tangga yang tumbuh sebesar 4,89 persen sebagai mesin utama pertumbuhan dengan kontribusi 53,14 persen terhadap PDB, berada di bawah pertumbuhan ekonomi nasional, yakni sebesar 5,04 persen.

“Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena terjadinya normalisasi musiman setelah periode liburan keagamaan dan sekolah pada triwulan sebelumnya.

Selain itu, belum optimalnya bantuan sosial dan insentif khususnya untuk kelas menengah dan calon kelas menengah. Sehingga, membuat daya beli masyarakat masih tertekan dan berdampak terhadap konsumsi masyarakat,” paparnya.

Menurut pemerhati kebijakan publik ini kinerja industri pengolahan dan perdagangan yang tumbuh diatas pertumbuhan ekonomi nasional, dampaknya belum terlalu dirasakan oleh kelompok menengah dan calon kelas menengah.

“Pertumbuhan industri pengolahan cenderung ditopang oleh industri logam dasar terkait dengan hilirisasi,” ungkapnya.

Sebaliknya menurut Handi, pertumbuhan industri tekstil dan produk tekstil, alas kaki, serta makanan dan minuman yang berkontribusi signifikan terhadap penciptaan lapangan kerja tidak signifikan, bahkan justru banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK).

“Artinya kue ekonomi masih dirasakan secara terbatas untuk sektor padat modal,” katanya.

“Kita berharap, pada triwulan IV-2025 atau akhir tahun 2025, Pemerintah melalui kebijakan fiskal yang efektif, dapat mendorong efektivitas belanja melalui pelaksanaan program prioritas Makan Bergizi Gratis (MBG), penguatan dan proteksi daya beli, insentif, stabilisasi harga dan produksi, serta peningkatan sarana-prasarana dan produktivitas, dapat mengungkit pertumbuhan ekonomi lebih tinggi, sehingga membuat pencapaian pertumbuhan ekonomi tahun 2025 lebih tinggi,” pungkas Handi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *