Jateng,REDAKSI17.COM – Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DPRD Provinsi Jawa Tengah menyampaikan protes terhadap pemberitaan yang ditayangkan oleh Trans7 karena dianggap menampilkan narasi yang tidak berimbang dan berpotensi merendahkan martabat pesantren serta para kiai sepuh.
Tayangan tersebut dinilai membentuk persepsi keliru di tengah masyarakat dengan menggambarkan kehidupan pesantren secara implisit, sensasional, dan jauh dari realitas keseharian santri yang sesungguhnya. Wakil Ketua Fraksi PPP Jateng sekaligus anggota Komisi E DPRD Provinsi Jawa Tengah, H. Ja’far Shodiq, M.Hum., menegaskan bahwa permasalahan ini bukan terletak pada satu potongan ucapan semata, melainkan pada pola narasi keseluruhan yang mengandung bias terhadap dunia pesantren.
“Cara Trans7 membingkai isu ini menunjukkan kurangnya pemahaman dan empati terhadap kultur pesantren. Pesantren bukan sekadar institusi pendidikan, tapi ruang pembentukan akhlak dan moral bangsa yang seharusnya dihormati,” tegas Ja’far Shodiq. Menurutnya, pemberitaan tersebut telah melukai perasaan jutaan santri dan alumni pesantren di seluruh Indonesia. Fraksi PPP menilai, sebagai media nasional, Trans7 seharusnya memiliki tanggung jawab moral dan sosial untuk menjaga kepekaan dalam menayangkan isu- isu yang berkaitan dengan agama dan simbol keulamaan.
“Kritik terhadap pesantren bukan hal yang tabu. Tapi bila dikemas tanpa empati dan tanpa pemahaman atas nilai yang hidup di dalamnya, hasilnya bukan edukasi, melainkan stigmatisasi,” lanjutnya. Fraksi PPP Jateng mendesak agar Trans7 segera menyampaikan permintaan maaf secara terbuka kepada masyarakat pesantren, khususnya kepada para kiai sepuh yang disebut atau tersinggung oleh pemberitaan tersebut.
PPP juga mengimbau agar redaksi Trans7 melakukan evaluasi menyeluruh terhadap cara kerja dan pendekatan jurnalistiknya, agar tidak lagi menimbulkan keresahan publik akibat kelalaian dalam membaca konteks budaya dan keagamaan.
Sebagai partai yang lahir dari rahim pesantren, PPP menilai penting bagi media untuk memelihara empati dan kehati-hatian dalam setiap pemberitaan. “Kita perlu mengembalikan etika dalam ruang publik. Media dan pesantren semestinya menjadi mitra dalam mencerdaskan bangsa — bukan saling melukai,” pungkas Ja’far Shodiq. Tayangan program XPOSE di Trans7 telah memicu kecaman publik setelah viralnya narasi yang dianggap merendahkan sosok Kyai Sepuh Ponpes Lirboyo dan NU yaitu KH Anwar Manshur dan menampilkan ucapan sensasional seperti “rela ngesot demi berkah kyai”.
Media pemberitaan menyebut konten tersebut sebagai bentuk framing yang menyudutkan ulama dan menyebarkan informasi hoaks atas nama tokoh pesantren. Publik, khususnya kalangan santri dan komunitas pesantren, merespons melalui protes luas di media sosial dengan tagar #BoikotTrans7, menyatakan bahwa tayangan itu merendahkan martabat ulama sepuh dan melewati batas etika pemberitaan.
Oleh : Rizky Adam