Jakarta,REDAKSI17.COM – Pertemuan Presiden Rusia Vladimir Putin serta Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un mendapat perhatian penuh dari aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyatakan prihatin mengenai dukungan yang dimaksud mana dapat diberikan Rusia untuk program rudal kemudian nuklir Korea Utara, ketika Putin memulai perjalanan pertamanya ke negara tertutup yang mana mempunyai senjata nuklir dalam 24 tahun.
Putin, dalam kunjungan kenegaraan untuk melakukan pembicaraan dengan Kim, berjanji untuk memperdalam hubungan perdagangan lalu keamanan kemudian menyokong Korea Utara melawan Amerika Serikat (AS), sekutu dekat saingan beratnya, Korea Selatan.
AS menuduh Korea Utara memasok “lusinan rudal balistik lalu juga lebih banyak tinggi dari 11.000 kontainer amunisi ke Rusia” untuk digunakan pada dalam Ukraina.
Stoltenberg mengatakan pada konferensi pers bersama setelah pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bahwa perang Rusia dalam Ukraina didukung oleh China, Korea Utara, lalu juga Iran, yang mana mana semuanya ingin melihat aliansi Barat gagal.
“Kami tentu belaka juga prihatin dengan prospek dukungan yang tersebut dimaksud diberikan Rusia kepada Korea Utara dalam mengupayakan program rudal kemudian nuklir mereka,” kata Stoltenberg, dikutip dari Reuters, Rabu (19/6/2024).
Dia mengatakan hal ini lalu dukungan China terhadap kegiatan ekonomi perang Rusia menunjukkan bagaimana tantangan keamanan di area dalam Eropa terkait dengan Asia serta menambahkan bahwa pertemuan puncak NATO bulan depan pada Washington akan menyaksikan penguatan tambahan lanjut kemitraan aliansi itu dengan Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, lalu Jepang.
Stoltenberg mengatakan perlu ada “konsekuensi” pada tahap tertentu bagi China.
“Mereka tak sanggup jadi terus menjalin hubungan perdagangan normal dengan negara-negara pada dalam Eropa juga pada saat yang dimaksud yang disebut sejenis memicu perang terbesar yang digunakan pernah kita saksikan pada tempat Eropa sejak Perang Dunia Kedua,” ujarnya.
Stoltenberg mengatakan masih terlalu dini untuk mengatakan apa konsekuensinya, “tetapi ini harus menjadi hambatan yang dimaksud digunakan perlu kita atasi sebab tidaklah mungkin melanjutkan seperti yang tersebut hal tersebut kita lakukan saat ini.”
Pada Senin, juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan Washington mengamati hubungan Korea Utara-Rusia “sangat, sangat erat” oleh sebab itu “mungkin ada timbal balik … yang mana digunakan dapat mempngaruhi keamanan di tempat tempat Semenanjung Korea.”
Pada Selasa, juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan pada konferensi pers bahwa memperdalam kerja sebanding Rusia-Korea Utara adalah “tren yang yang disebut harus menjadi perhatian besar bagi siapa pun yang digunakan tertarik untuk menjaga perdamaian lalu stabilitas pada Semenanjung Korea.”
Dia mencatat bahwa pernyataan Putin serta Presiden China Xi Jinping dari pertemuan puncak bulan Mei telah lama dikerjakan menekankan cara-cara urusan urusan politik juga diplomatik sebagai satu-satunya cara untuk menyelesaikan hambatan Korea.
“Kami berharap ini adalah pesan yang dimaksud akan disampaikan Putin kepada Kim dalam pertemuan mereka.”
Pada pengarahan dengan Stoltenberg, Blinken mengatakan perjalanan Putin ke Pyongyang adalah tanda “keputusasaan” Putin untuk memperkuat hubungan dengan negara-negara yang dimaksud dapat mengupayakan perangnya dalam tempat Ukraina.
Dia menambahkan bahwa dukungan China sudah pernah memungkinkan Rusia mempertahankan basis industri pertahanannya, memasok 70% impor peralatan mesin Moskow lalu juga 90% mikroelektronika. “Itu harus dihentikan,” katanya.
Pekan lalu, Wakil Menteri Luar Negeri AS Kurt Campbell mengatakan Washington khawatir dengan apa yang digunakan dimaksud akan diberikan Rusia kepada Korea Utara sebagai imbalan atas senjata yang digunakan dipasok Pyongyang.
“Mata uang keras? Apakah energi? Apakah kemampuan yang digunakan yang disebut memungkinkan merekan mengembangkan komoditas nuklir atau rudalnya? Kami tak tahu. Tapi kami prihatin dengan hal itu dan juga juga memperhatikannya dengan cermat,” katanya.
Pejabat tinggi pengawasan senjata Amerika, Wakil Menteri Luar Negeri Bonnie Jenkins, mengatakan dia yakin Korea Utara tertarik untuk memperoleh pesawat tempur, rudal permukaan-ke-udara, kendaraan lapis baja, peralatan atau material produksi rudal balistik, lalu teknologi canggih lainnya dari Rusia.