Yogyakarta (06/08/2025) REDAKSI17.COM– Selama bertahun-tahun, melalui setiap Rapat Kerja nasional (Rakernas) JKPI, telah terbangun simpul-simpul pemahaman dan saling percaya terhadap upaya pelestarian pusaka di tiap daerah. Namun lebih dari itu, Rakernas JKPI ke-11 tahun 2025 ini harus pula mampu menjadi ruang refleksi bersama yang jujur dan mendalam dari setiap anggota JKPI.
Demikian diungkapkan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam Pembukaan Rakernas dan Seminar Internasional JKPI pada Rabu (06/08) di Hotel Tentrem, Yogyakarta. Sri Sultan menuturkan, melalui Rakernas ini, seluruh anggota sudah saling berbagi strategi, berbagi tantangan, dan yang paling penting, berbagi kesadaran, bahwa menjaga pusaka adalah proses lintas generasi.
“Namun, kita tentu sependapat, tantangan hari ini tidaklah sama seperti satu dekade lalu. Maka Rakernas ini, menurut hemat saya, bukan hanya ruang untuk bertukar praktik baik. Melainkan, harus pula menjadi ruang refleksi yang jujur dan mendalam, karena di sinilah nilai jejaring diuji,” imbuh Sri Sultan.
Sri Sultan menjelaskan, refleksi yang jujur artinya berani mengakui bahwa tidak semua pendekatan yang dulu berhasil, masih relevan hari ini. Dan refleksi yang mendalam artinya bersedia menggali pertanyaan-pertanyaan yang mungkin tidak nyaman, namun perlu ditanyakan. Misalnya saja tentang apakah strategi pelestarian selama ini sudah cukup melibatkan suara warga yang hidup di dalam kawasan pusaka itu sendiri? Atau apakah regulasi dan kebijakan yang kita dorong, sudah memberi ruang untuk inovasi sembari tetap berpijak pada nilai?
“Lebih jauh, ada sebuah tendensi dalam setiap upaya pelestarian, bahwa kita sering kali, tanpa disadari, lebih fokus pada yang tangible, pada bangunan, struktur, zona, kawasan. Dan perlahan-lahan, ‘lupa’ pada yang intangible, (berupa) nilai-nilai, ingatan kolektif, praktik hidup, dan makna yang membentuk jiwa dari tempat itu sendiri. Sehingga penting bagi kita semua, untuk jangan sampai ikut terjebak dalam tendensi tadi,” papar Sri Sultan.
Sri Sultan menuturkan, DIY telah mengalami sendiri bagaimana pusaka menghadapi tekanan ruang, desakan ekonomi, dan ekspektasi masyarakat yang terus berubah. Di tengah itu semua, DIY belajar untuk menjaga pusaka tidak hanya sebagai objek, tetapi sebagai proses sosial yang hidup, serta yang harus terus dirawat lewat dialog, partisipasi, dan keberanian untuk membaca ulang konteks.
“Kuncinya adalah bagaimana agar nilai-nilai dasar harus tetap menjadi jangkar. Tapi cara menjaganya perlu terus berkembang agar lebih inklusif, lebih responsif, dan lebih berakar pada kesadaran kolektif masyarakat kota itu sendiri. Karena sejatinya, yang ingin dirawat bukan hanya objek, tetapi jati diri yang terus hidup di dalamnya,” tegas Sri Sultan.
Sri Sultan pun percaya JKPI punya peran strategis untuk menjadi lokomotif dalam proses pelestarian pusaka Indonesia. Bukan hanya sebagai penjaga, tapi sebagai penggerak, yang mampu menempatkan warisan sebagai sumber daya nilai dalam membentuk masa depan kota secara cerdas, beretika, dan kontekstual.
Dalam kesempatan yang sama, Presidium JPKI, Muhammad Yamin HR menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada DIY atas kesediaannya menjadi tuan rumah JKPI 2025 dan membuat kegiatan ini terasa istimewa. Menurutnya, JKPI akan melakukan program strategis, yaitu perluasan anggota, didukung dengan advokasi tentang kebudayaan dan benda pusaka.
“Rakernas hari ini harus menjadi momentum untuk belajar, berbagi dan saling bersinergi. Upaya pelestarian yang diinisiasi oleh seluruh anggota JPKI, bukan hanya sekadar menjaga bangunan dan situs bersejarah, tetapi juga merupakan ikhtiar luhur dalam mempertahankan jati diri bangsa,“ ujar pria yang juga menjabat sebagai Wali Kota Banjarmasin ini.
Yamin menuturkan, salah satu hal terdekat yang akan dilakukan JKPI adalah mengupayakan songket sebagai warisan budaya dunia. Dan seterusnya, melalui kebudayaan, JKPI berupaya menumbuhkan rasa bangga, dan mewariskan nilai-nilai luhur kepada generasi mendatang. “JKPI harus terus berkobar, menjadikan kota-kota pusaka di Indonesia sebagai sumber inspirasi dan kekuatan dalam menghadapi tantangan zaman,” imbuhnya.
Sementara itu, Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo mengatakan, pihaknya berbangga menjadi tuan rumah penyelenggaraan JKPI 2025. Selama tanggal 5-9 Agustus 2025, Pemerintah Kota Yogyakarta akan menunjukkan seluruh potensi, keragaman, dan ciri khas warisan budaya yang ada di Yogyakarta.
“Mulai dari Festival Sastra Yogyakarta di Embung Giwangan, Pasar Malam Indonesia, hingga Karnaval Budaya di sepanjang Malioboro. Selama JKPI juga akan dibahas berbagai isu krusial dalam upaya pelestarian warisan budaya. Rakernas ini juga menjadi perhelatan budaya berskala nasional yang diharapkan menggugah semangat pelestarian nilai-nilai pusaka dengan manfaat yang luas,” imbuhnya.
HUMAS DIY