Yogyakarta (11/09/2025) REDAKSI17.COM – Wakil Gubernur DIY, KGPAA Paku Alam X menyambut baik rencana digelarnya Jumpa Bakti Gembira Palang Merah Remaja (Jumbara PMR) pada 27–29 September 2025 mendatang. Ajang empat tahunan ini akan mempertemukan relawan muda PMI dari berbagai kabupaten/kota se-DIY.
“Saya mendukung sekali Jumbara ini,” ujar Sri Paduka pada Kamis (11/09).
Ketua PMI DIY, GBPH Prabukusumo, menegaskan bahwa kegiatan ini sangat penting untuk menyiapkan generasi penerus relawan kemanusiaan. “Jumbara ini ajang untuk generasi ke generasi, supaya nanti bisa menggantikan kita-kita yang sudah tua. Baik KSR, TSR, maupun PMR, mereka akan tetap setia pada kegiatan kemanusiaan,” ujarnya usai bertemu Sri Paduka, di Gedhong Pare Anom, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta.
Menurut GBPH Prabukusumo, Jumbara tidak hanya berisi kegiatan bakti sosial, tetapi juga perlombaan dan penilaian di berbagai bidang. Melalui semangat kompetisi itu, anak-anak akan terpacu untuk menjadi yang terbaik. Acara ini akan digelar di Jaka Garong Camp Ground dan Outbound, Sleman.
“Kalau sudah pernah jadi juara, anak-anak akan termotivasi untuk terus jadi juara. Ini penting sekali untuk generasi sekarang. Jadilah yang terbaik, itu yang kita harapkan,” tambahnya.
Kegiatan ini diikuti oleh peserta dari berbagai jenjang, mulai dari SD, SMP, SMA hingga relawan PMI. Total peserta tercatat sekitar 300 orang, dengan tambahan pendamping dan penilai yang akan terlibat dalam rangkaian kegiatan diperkirakan total bisa mencapai 500 orang.
Ia menekankan bahwa Jumbara juga menjadi ruang bagi masyarakat untuk melihat bahwa kegiatan PMI lebih luas daripada sekadar urusan donor darah. “PMI hadir untuk banyak hal: membantu pohon tumbang, evakuasi kecelakaan, hingga kesiapsiagaan bencana. Bahkan polisi pun menunggu PMI datang di lokasi kecelakaan, karena kita yang punya keahlian,” jelasnya.
Selain Jumbara, PMI DIY juga berencana meluncurkan sebuah buku berisi catatan sejarah panjang kiprah PMI di Yogyakarta. Buku tersebut mengungkap banyak hal yang belum banyak diketahui publik, termasuk peran PMI sejak 1934. “Ada cerita tentang kesenian yang diundang ke acara kemanusiaan internasional, juga tentang pesawat yang ditembak jatuh saat membawa obat-obatan dari Malaya ke Jogja. Itu semua menunjukkan pengakuan dan legitimasi keberadaan Indonesia sejak awal,” tutur Gusti Prabu.
GBPH Prabukusumo menambahkan, proses penyusunan buku tersebut berjalan cepat karena dukungan dari berbagai pihak, mulai dari museum, perusahaan, hingga komunitas. “Alhamdulillah, semua tertarik karena masyarakat sekarang senang dengan sesuatu yang baru dan bermanfaat bagi orang banyak,” katanya.
Ia menjelaskan bahwa buku ini bukan penerbitan pertama yang dilakukan pihaknya. Sebelumnya, PMI DIY telah menyusun buku Standar Operasional Prosedur (SOP) yang melibatkan banyak tim dan seksi. “Waktu itu saya hanya memberi ide sederhana, lalu dibentuk tim. Masing-masing seksi menyusun konsep sesuai bidangnya, kemudian dikembangkan. Hasilnya bisa bermanfaat luas,” jelasnya.
Dengan semangat serupa, peluncuran buku sejarah PMI kali ini diharapkan dapat memperkaya wawasan masyarakat sekaligus memperkuat semangat kemanusiaan di kalangan relawan muda.
Humas Pemda DIY