Danurejan,REDAKSI17.COM – Pemerintah Kota Yogyakarta mulai memberlakukan Manajemen Rekayasa Lalu Lintas (MRLL) di Jalan Kleringan menuju Jembatan Kewek pada Rabu (10/12/2025). Kebijakan ini diterapkan menyusul kondisi jembatan yang dinilai semakin ringkih dan membutuhkan pembatasan beban kendaraan.
Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo menjelaskan bahwa skema rekayasa lalu lintas tersebut telah dirumuskan sejak awal dan mendapat persetujuan Gubernur DIY.
“Ya sudah seperti skenario yang direncanakan semula dan sudah kita presentasikan juga di depan Ngarsa Dalem. Sudah mendapatkan arahan dari Pak Gubernur untuk kemudian ditutup secara parsial,” ujar Hasto.
Menurutnya, akses Jembatan Kewek masih dapat dilalui kendaraan kecil, terutama motor, namun kondisional.
“Kalau over capacity, misalnya saat malam Tahun Baru dan Natal, bisa kita kondisikan. Jembatan sebelah sana jelas tanggulnya sudah ringkih. Itu yang putus duluan, sehingga pemanfaatan harus minimal,” ungkapnya.
Hasto mengakui bahwa rekayasa ini berpotensi menimbulkan kepadatan lalu lintas. Pemkot telah menyiapkan beberapa langkah antisipasi.
“Kita sudah memasang portal-portal di Kridosono supaya kendaraan tinggi dan besar tidak masuk ke sini. Kemudian di depan Gramedia juga mulai kita atur agar alur lalu lintas tidak terlalu membebani kawasan ini,” jelasnya.
Pemkot juga menyiapkan opsi penggunaan Lapangan Kridosono sebagai kantong parkir pada masa libur Natal dan Tahun Baru.
“Itu menjadi salah satu skenario ketika keadaan overload terjadi,” kata Hasto.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho, meminta maaf kepada masyarakat atas ketidaknyamanan yang ditimbulkan atas kebijakan ini. Ia menegaskan bahwa keselamatan warga menjadi prioritas utama.
“Ini langkah yang harus kita lakukan untuk menjamin keselamatan masyarakat, khususnya yang melewati Jembatan Kewek,” ujarnya.
Dishub memprediksi adanya perubahan pola perjalanan warga dalam beberapa hari ke depan.
“Sekarang masyarakat masih berharap jalur terdekat menuju Malioboro bisa lewat sini. Tapi 1–2 hari lagi, potensi peningkatan arus justru terjadi di Simpang Kridosono dan simpang Gramedia,” jelas Agus.
Dishub juga mengamati kepadatan dari koridor Sudirman hingga Galeria, serta menyiapkan intervensi lalu lintas di Jalan Bausasran jika dibutuhkan.
“Jaringan jalan itu seperti organ tubuh, semua saling mengait. Pasti ada masalah, tapi insyaallah kami akan lakukan yang terbaik,” tegasnya.
Rekayasa lalu lintas ini akan berlangsung hingga proyek pembangunan Jembatan Kewek selesai. Terkait waktu pelaksanaan, Agus menyebut hal itu menunggu kepastian proses pengadaan dan anggaran.
Kepala DPUPKP Kota Yogyakarta, Umi Akhsanti, memastikan Jembatan Kewek akan dibongkar total dan dibangun kembali pada 2026. Proyek tersebut akan dibiayai melalui APBN dan dikerjakan oleh Kementerian PUPR.
“Pembangunan diperkirakan dimulai April 2026. Januari masih review DED, kemudian proses tender. Durasi pembangunan kurang lebih sembilan bulan,” jelasnya.
Secara teknis, kondisi jembatan yang telah berusia 101 tahun dinilai sudah rusak dan tidak lagi layak menahan beban lalu lintas.
“Memang harus direvitalisasi, dibongkar, dan dibangun kembali,” ujarnya.
Meski bukan termasuk bangunan cagar budaya, jembatan berada di kawasan cagar budaya sumbu filosofi sehingga fasadnya tetap harus disesuaikan.
“Kami masih konsultasi dengan Dinas Kebudayaan dan para ahli untuk penyesuaian desainnya,” tambah Umi.
Proyek pembangunan jembatan diperkirakan membutuhkan anggaran sekitar Rp19 miliar. Model jembatan baru akan menggunakan konstruksi beton seperti saat ini, dengan penyesuaian fasad sesuai regulasi kawasan.



