Dikisahkan karakter utama Ter (Thiti Mahayotaruk) berani mencuri demi mempertahankan hubungannya dengan Mind (Jomjam-Karnpicha). Meskipun Ter berusaha menabung untuk membangun kehidupan baru, dia menyadari bahwa uang nggak dapat memecahkan semua masalah.
Di sisi lain, Som (Sydney Supitcha), putri orang pelacur jalanan yang bernama Aoi (Krongthong Ratchatawan). Aoi menjalani kehidupan sulit untuk membiayai lembaga pendidikan Som di area sekolah yang bagus. Namun, Som merasa muak dengan kehidupannya kemudian percaya bahwa cinta pertamanya dapat membawanya keluar dari lingkungan yang digunakan penuh kebencian.
Kisah ini semakin menarik dengan kemunculan Peach (Faii Sumitra), seseorang idola sekolah yang mengubah hidup Som. Meskipun hubungan mereka itu berkembang, Som menyadari bahwa cinta pertamanya di tempat dunia nyata membawa penderitaan.
Ulasan:
“RedLife” benar-benar menciptakan gambaran suram yang digunakan tampak realistis. Film ini seolah-olah, menantang penontonnya untuk tetap kuat mengikuti alur kisahnya dengan latar, yang memaparkan berbagai berantakannya aspek kehidupan, tetapi juga sekaligus merangkum kompleksitas problematika tiap-tiap karakter dalam dalam kota Bangkok.
Satu aspek yang digunakan sangat mencolok adalah kemampuan film ini untuk membangkitkan emosi penonton. Namun, disamping kekuatan emosionalnya, film ini agaknya sangat nggak ramah. Tema yang mana diangkat, meskipun dewasa dan juga realistis, mungkin sulit diterima oleh sebagian penonton Indonesia. Adegan-adegan kissing dan juga nuansa seksualitas yang digunakan tajam menjadi batasan yang tersebut begitu tajam.
Terkait dengan plot, aku merasa, film ini terjebak dalam pusaran yang tersebut berulang-ulang. Pengulangan plot yang tersebut terus-menerus, meskipun mungkin mencerminkan realitas kehidupan yang mana terus berputar, tapi nyatanya bikin jengah. Keinginan untuk melihat perkembangan baru serta segar dalam alur cerita menjadi hal yang dimaksud begitu kritis di area sini.
Walau begitu, setiap aktor dalam film ini, keberanian merek dalam membawakan peran dengan totalitas, bolehlah diapresiasi. Thiti Mahayotaruk, Sydney Supitcha, serta Sumitta Duangkaew mampu membawa kehidupan pada karakter masing-masing.
Sejalan dengan pandangan positif terhadap akting, film ini berhasil mengekspresikan tema-tema yang digunakan kompleks lalu serius dengan gaya visual yang digunakan tajam. Karya sutradara Ekalak Klunson dapat dilihat melalui pencahayaan yang tersebut dramatis lalu pemilihan framing yang tersebut tepat, sehingga menciptakan visual yang digunakan memperkuat cerita.
Meskipun memiliki beberapa kelemahan, “RedLife” tetap menjadi pengalaman sinematik yang digunakan mengesankan. Skor dariku: 7/10. Buat penonton yang dimaksud lebih tinggi mementingkan cerita dan juga enjoy semata dengan hal-hal vulgar, film ini sanggup jadi rekomendasi yang tepat buat kamu. Selamat menonton, ya!
Cek berita dan juga artikel lainnya diĀ REDAKSI17.COM