Co-Founder lalu CTO Populix, Jonathan Benhi mengatakan pesatnya kemajuan teknologi kecerdasan buatan tak luput dari berbagai faktor, termasuk peningkatan daya komputasi, ketersediaan kumpulan data yang semakin luas, lalu terobosan inovatif dalam desain algoritma.
“AI membawa sekumpulan manfaat sekaligus risiko dalam penerapannya,” kata Jonathan dalam siaran pers, dikutip Jumat (1/12/2023).
Riset Populix menemukan kalau ternyata banyak orang Indonesia yang dimaksud khawatir AI bisa jadi menciptakan merekan jadi pengangguran. Sebanyak 55 persen responden menyatakan bahwa mereka itu khawatir pekerjaan dia akan digantikan oleh AI.
“Kekhawatiran publik akan kehilangan pekerjaan ini pun kemudian berdampak pada ketidakpuasan kerja juga meningkatnya stres,” imbuhnya.
Manfaat AI bagi orang Indonesia
Di sisi lain, banyak orang menganggap AI memungkinkan proses kerja yang dimaksud lebih besar efisien berkat kemampuan dalam mengotomatisasi tugas-tugas sederhana kemudian bersifat berulang. Dengan demikian, karyawan dapat lebih tinggi fokus pada aspek pekerjaan yang mana menuntut sisi kreatif.
Selain itu, analisis juga wawasan yang digerakkan oleh AI juga dapat memberikan informasi yang tersebut sangat berharga untuk mengupayakan pengambilan keputusan yang dimaksud tepat dan juga merumuskan strategi yang mana lebih besar efektif.
“Dengan peningkatan kualitas pekerjaan yang didukung oleh AI tersebut, karyawan merasa lebih tinggi puas dengan hasil pekerjaannya,” papar Jonathan.
Saat ini AI banyak dimanfaatkan untuk menimbulkan konten, termasuk konten iklan. Dengan dukungan AI, perusahaan dapat memanfaatkan Big Data untuk menyesuaikan pesan iklan dengan preferensi individu, sehingga menciptakan konten yang mana lebih besar relevan bagi audiens.
“Personalisasi ini tidak ada semata-mata meningkatkan pengalaman pengguna secara keseluruhan, tetapi juga menghasilkan iklan dengan konsep unik serta menarik minat mereka,” beber Jonathan.
Tercatat 37 persen responden mengatakan tertarik dengan iklan yang didukung oleh AI kemudian menganggapnya sebagai bagian dari pengalaman digital mereka.
Selain itu, AI juga kerap digunakan untuk proses pengambilan keputusan algoritmik dalam berbagai sektor, seperti persetujuan pinjaman dan juga rekrutmen kerja.
Dengan tujuan untuk pengambilan keputusan secara lebih besar cepat dan juga berbasis data, pemanfaatan AI yang dimaksud berbasis mesin pembelajaran ini pun memunculkan kegelisahan akan risiko bias dan juga diskriminasi dalam penerapannya.
Ancaman AI bagi orang Indonesia
Selain menyebabkan banyak orang Indonesia jadi pengangguran, riset Populix mengungkapkan kalau AI juga menimbulkan keresahan dari sisi privasi, keamanan, hingga bias.
Jonathan menyebutkan, teknologi AI yang tersebut berasal dari mesin pembelajaran membawa risiko bias kemudian diskriminasi ketika dimanfaatkan untuk pengambilan keputusan dalam konteks perekrutan tenaga kerja, persetujuan pinjaman, kemudian peradilan pidana.
Sementara itu, pengumpulan serta pemanfaatan data pribadi secara ekstensif untuk pengaplikasian teknologi AI menimbulkan pertanyaan tentang privasi data.
“Hal ini berpotensi pada pelanggaran data hingga penyalahgunaan informasi pribadi,” urai dia.
Lebih dari itu, semakin canggihnya serangan siber yang digunakan didukung AI pun turut membawa ancaman serius terhadap keamanan online. Dengan minimnya keterampilan literasi internet yang tersebut diajarkan dalam sistem sekolah di tempat Indonesia, risiko penyalahgunaan yang digunakan didukung AI menjadi semakin meresahkan.
Untuk itulah Jonathan menyarankan, perusahaan-perusahaan dalam Indonesia perlu mengambil serangkaian upaya untuk memverifikasi penyelenggaraan AI yang digunakan bertanggung jawab.
Untuk mengurangi risiko bias dalam penyelenggaraan AI, Jonathan mencontohkan, perusahaan dapat melakukan audit pada data yang digunakan untuk melatih model AI. Sebab penting untuk memverifikasi bahwa pengumpulan data serta pelabelan data bersifat netral serta mencakup representatif demografi yang mana merata.
Pada tahap desain lalu pengembangan model AI, perusahaan juga perlu menetapkan pedoman etika yang tersebut jelas lalu sejalan dengan nilai-nilai penduduk serta standar hukum yang mana berlaku.
“Serta melakukan uji coba dan juga pengecekan secara berkala untuk mendeteksi masalah-masalah keamanan dan juga privasi yang dimaksud berpotensi timbul pada kemudian hari,” saran dia.
Hal terakhir yang dimaksud perlu diperhatikan oleh perusahaan adalah menegaskan transparansi dengan memberikan penjelasan terperinci mengenai cara sistem AI beroperasi kemudian mengambil keputusan.
“Dengan menerapkan serangkaian upaya-upaya ini, perusahaan-perusahaan di area Indonesia diharapkan dapat semakin berkembang dengan dukungan dan juga penerapan AI yang dimaksud bertanggung jawab,” tandasnya.