Home / Daerah / Ritual Jamasan 14 Pusaka Dari Dinas Kebudayaan Kulon Progo

Ritual Jamasan 14 Pusaka Dari Dinas Kebudayaan Kulon Progo

Kulon Progo,REDAKSI17.COM -( 25 Juli 2024 ) – Dinas Kebudayaan Kulon Progo hari ini menyelenggarakan acara ritual jamasan 14 pusaka yang berlangsung di depan Rumah Dinas Bupati Kulon Progo. Acara ini merupakan bagian dari upaya melestarikan tradisi dan kebudayaan daerah yang telah diwariskan turun-temurun oleh leluhur.

Acara dimulai dengan prosesi pembukaan yang dihadiri oleh Triyanto Raharjo, S.Sos.M.Si selaku Staf Ahli Bupati Kulon Progo, Ketua Dinas Kebudayaan Kulon Progo, Drs. Eka Pranyata, para pejabat pemerintahan daerah, tokoh masyarakat, serta warga setempat. Prosesi pembukaan tersebut diiringi oleh musik tradisional yang menambah khidmat suasana.

Drs. Eka Pranyata selaku Kepala Dinas Kebudayaan Kulon Progo, dalam kesempatannya mengatakan bahwa acara ini bertujuan untuk memperkenalkan tradisi sekaligus memperlihatkan dua pusaka pemberian Kesultanan. Pusaka Kanjeng Kyai Bantar Angin, yang merupakan pemberian dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Sedangkan Pusaka Kanjeng Kyai Amiluhur, pemberian Kadipaten Pakualaman.

”Selama ini pusaka-pusaka itu ada yang dilakukan pembersihan secara rutin siraman atau Jamasan, ada yang belum bahkan ada yang tidak dilakukan. Kita laksanakan sambil kita kenalkan seperti ini. Untuk tradisi siraman atau Jamasan itu untuk membersihkan pusaka-pusaka tersebut,” ujar Eka.

Menurut Eka, acara tradisi Jamasan ini dimaknai sebagai penambah keyakinan atau kekuatan.
“Istilahnya budaya orang Jawa itukan untuk lebih menambah keyakinan atau sifat kekuatan”, jelas Eka.

Sementara itu, Staf Ahli Bupati Kulon Progo  Triyanto Raharjo, S.Sos.,M.Si menjelaskan makna mendalam dari arti Jamasan tersebut.

“Jamasan berasal dari kata jamas, sebuah kata berasal dari jawa krama inggil. Jamasan dapat di artikan sebagai mandi, membersihkan atau mencuci. Jamasan mengandung sejumlah nilai-nilai kehidupan yang dapat di amalkan pada keseharian manusia seperti, nilai gotong royong, kebersamaan, ketelitian, dan nilai-nilai religius” ujar Triyanto.

“Tradisi Jawa Muharram bulan Suro selalu identik dengan di awali sesuci atau membersihkan diri baik lahir, batin, maupun lingkungannya,” tukas Triyanto.

Menurut penuturan Triyanto, peninggalan pusaka dari nenek moyang memiliki kekuatan magis yang akan mendatangkan perlindungan, jika dirawat dengan baik dan apabila tidak dirawat, maka kekuatan yang dimiliki pusaka akan pudar atau hilang.

Diharapkan melalui acara ini masyarakat dapat lebih banyak mengenal juga mengetahui pusaka-pusaka beserta tradisi Jawa yang ada agar kelestarian budaya tetap terjaga bersama generasi kedepannya. /MC.Kab.Kulon Progo/humas

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *