Jakarta,REDAKSI17.COM – Nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus turun juga menyentuh level terendah dalam empat tahun terakhir di area area masa Pandemi covid-19. Berdasarkan data Refinitiv, Rupiah anjlok 0,12% pada Jum’at (21/06) kemudian juga menyentuh nomor Rp16.445/USD.
CEO Star Asset Management, Hanif Mantiq menyebutkan 2 penyebab utama koreksi Rupiah yakni terkait posisi The Fed yang digunakan hal itu belum memangkas suku bunga acuan serta dimungkinkan semata-mata sekali memangkas Fed Funds Rate sebanyak satu kali, jarak jarak jauh dari ekspektasi pasar yang dimaksud mengharapkan 3 kali penurunan suku bunga. Selain itu sentimen dari dalam negeri terkait melebarnya defisit transaksi berjalan efek turunnya nilai tukar komoditas memproduksi pasokan valas menjadi berkurang.
Namun demikian Hanif Mantiq memandang pelemahan Rupiah sudah akan cukup terbatas juga berpotensi mulai menguat. Hal ini akan terjadi saat FFR mulai dipangkas lalu adanya prospek kenaikan tarif jual komoditas seiring dengan mulai membaiknya dunia usaha China sebagai mitra dagang RI.
Seperti apa pasar melihat arah pergerakan Rupiah? bagaimana dampaknya ke pasar keuangan domestik? Selengkapnya simak dialog Bramudya Prabowo dengan CEO Star Asset Management, Hanif Mantiq dalam Squawk Box,CNBCIndonesia (Senin, 24/06/2024)
