Home / Ekobis / Saham New York Bancorp Terjun 38%, Krisis Bank AS Masih Lanjut?

Saham New York Bancorp Terjun 38%, Krisis Bank AS Masih Lanjut?

Saham New York Bancorp Terjun 38%, Krisis Bank AS Masih Lanjut?

Jakarta, REDAKSI17.COM – Saham New York Community Bancorp (NYCB) anjlok 38% pada perdagangan Rabu (31/1/2024) dalam Bursa Efek New York (NYSE). Ini terjadi setelah perusahaan mengalami kerugian kuartal keempat juga memutuskan untuk memangkas dividen demi penguatan modal setelah pembelian aset Signature Bank yang bangkrut tahun lalu.

Mengutip The Wall Street Journal, NYCB mengalami kerugian US$ 252 jt (Rp3,97 triliun) pada akhir Desember. Angka hal itu terjun bebas dibandingkan dengan laba sebesar US$ 172 jt (Rp2,71 triliun) pada periode yang tersebut sebanding tahun sebelumnya.

Kerugian pinjaman melonjak, kemudian bank menyisihkan jutaan dolar tambahan lanjut banyak untuk mempersiapkan kemungkinan kerugian pada masa depan. Alhasil saham NYCB turun 38% pada hari Rabu, ditutup dalam nomor US$6,47 kemudian menjadi rekor terburuk kinerja saham bagi bank regional tersebut.

CEO Thomas Cangemi mengatakan perusahaan sedang menyesuaikan diri dengan tuntutan peraturan untuk menjadi bank besar setelah pembelian aset lalu liabilitas dari Signature Bank. Mengingatkan saja, Signature bank merupakan salah satu dari tiga bank yang mana bangkrut secara berturut-turut pada awal tahun 2023 setelah kepanikan nasabah berakhir dengan penarikan uang tunai secara massal (bank run).

Dengan kesepakatan Signature pada bulan Maret lalu, total aset NYCB melampaui US$ 100 miliar (Rp1.578,25 triliun), yakni aturan threshold utama yang digunakan disertai dengan standar permodalan juga likuiditas yang mana yang disebut tambahan banyak ketat. Sebelumnya, NYCB juga mengakuisisi Flagstar Bancorp pada akhir tahun 2022.

Sebagai bagian dari langkahnya untuk meningkatkan tingkat permodalan serta juga likuiditas, perusahaan memotong dividen triwulanannya menjadi 5 sen per saham, dari 17 sen per saham.

“Kami mengambil tindakan tegas untuk membangun permodalan, memperkuat neraca kami, memperkuat proses manajemen risiko, kemudian juga tambahan tinggi menyelaraskan diri dengan bank-bank sejenis,” kata Cangemi, dikutip dari Wall Street Journal, Kamis (1/2/2024).


Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *