Jetis,REDAKSI17.COM – Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan, dibuat kagum saat melihat inovasi warga Cokrodiningratan yang mampu mengubah sampah rumah tangga menjadi tabungan lewat budidaya maggot. Wawan menilai upaya ini selaras dengan program Pemerintah Kota Yogyakarta MAS JOS atau Masyarakat Jogja Olah Sampah sekaligus menjadi contoh nyata pemberdayaan masyarakat dalam mengatasi persoalan sampah.

Hal tersebut diketahuinya saat melakukan kegiatan Sambang Kampung di wilayah Kemantren Jetis, Jumat (22/8). Kegiatan rutin yang digelar setiap pekan ini menjadi sarana bagi Pemerintah Kota Yogyakarta untuk menyapa warga, menggali potensi wilayah, serta memastikan berbagai program pembangunan berjalan baik di tingkat kampung.

Kegiatan dimulai dengan apel pagi di halaman Kantor Kemantren Jetis sekitar pukul 06.30 WIB, dilanjutkan dengan bersepeda bersama menyusuri sejumlah titik potensi ekonomi lokal. Berbeda dengan biasanya yang banyak menyoroti UMKM, kali ini Wakil Wali Kota Yogyakarta, Wawan Harmawan meninjau potensi ekonomi masyarakat yang berbasis pada pengelolaan sampah dan kelompok tani.

Dalam kesempatan tersebut, Wawan Harmawan mengunjungi Bank Sampah Jantra di Jalan Tentara Zeni Pelajar RT 07 RW 02 Pingit Bumijo, Kelompok Tani Sumber Rejeki di Jalan Gowongan Lor No.53, Gowongan, serta Bank Sampah Dadi Mulyo di RT 12 RW 03 Cokrodiningratan.

Wakil Wali Kota Yogya Wawan Harmawan mengunjungi bank sampah Jantra

Salah satu yang menarik perhatian adalah inovasi kolaborasi warga di Kampung Cokrodiningratan. Di kampung ini, Bank Sampah Dadi Mulyo, Kelompok Tani Dadi Mulyo, dan kelompok Magot Mitra Dayoku saling bersinergi dalam pengelolaan sampah. Magot Mitra Dayoku mengembangkan sistem pengolahan sampah organik berbasis rumah tangga menggunakan maggot. Setiap rumah memiliki satu boks maggot untuk mengurai sampah organik, yang kemudian dipanen setiap dua minggu sekali dan ditabung layaknya sistem tabungan sampah anorganik di bank sampah.

“Inovasi ini bisa menjadi contoh yang bagus, sejalan dengan semangat MAS JOS. Saya berharap praktik baik ini bisa ditiru, ditularkan, dan disosialisasikan ke wilayah lain. Mohon dukungan dari para pemangku wilayah, baik mantri maupun lurah, untuk mendorong partisipasi masyarakat. Saya apresiasi sekali,” tegas Wawan Harmawan.

Sementara itu, Ketua Kampung Cokrodiningratan sekaligus Ketua Magot Mitra Dayoku, Anwar Surwantoro, menjelaskan bahwa kolaborasi antara bank sampah, kelompok tani, dan Magot Mitra Dayoku merupakan terobosan baru untuk mengurai sampah organik. Selama ini, tabungan sampah lebih banyak berupa sampah anorganik. Namun dengan hadirnya maggot, kini warga dapat menabung sampah organik sekaligus membantu pemerintah mengurangi volume sampah yang dibuang ke TPA.

Ketua kampung Cokrodiningratan, Anwar Surwantoro

“Magot Mitra Dayoku mulai berdiri tahun 2024. Awalnya, pengolahan sampah dengan maggot dilakukan di satu tempat sekretariat, kemudian setelah dipelajari dan diuji coba selama satu tahun, kami kembangkan menjadi sistem berbasis rumah tangga. Setiap rumah memiliki satu boks maggot yang mampu mengurai sekitar dua kilogram sampah organik per hari, baik sisa masak maupun sisa makanan,” jelas Anwar.

Menurutnya, program ini sempat menghadapi tantangan karena sebagian warga merasa geli, jijik, atau terganggu bau yang ditimbulkan. Namun setelah melalui uji coba bersama delapan warga, program ini semakin berkembang. “Sekarang sudah ada 25 rumah yang ikut budidaya maggot. Panen dilakukan setiap dua minggu sekali, hasilnya dikumpulkan dan dijual. Sebagian keuntungan digunakan untuk membeli bibit maggot baru. Hingga saat ini sudah sembilan kali panen,” tambahnya.

 

Anwar mengungkapkan program ini masih dalam proses sosialisasi, ia berharap ke depan semakin banyak warga yang berpartisipasi sehingga seluruh rumah tangga di kampung dapat memiliki tanggung jawab menyelesaikan sampahnya sendiri.

“Dengan begitu, sampah bisa selesai dari sumbernya, dan kampung kami bisa berkontribusi langsung dalam mendukung program MAS JOS Pemerintah Kota Yogyakarta,” pungkasnya.