Kulon Progo,REDAKSI17.COM – Familiarization Trip, atau yang sering disingkat Fam Trip, adalah kegiatan yang diselenggarakan untuk mengundang perwakilan dari industri pariwisata (seperti agen perjalanan, operator tur, dan media) untuk mengunjungi suatu destinasi. Tujuannya adalah agar mereka dapat secara langsung merasakan dan melihat potensi wisata yang ditawarkan. Dengan begitu, mereka bisa lebih percaya diri dalam mempromosikan destinasi tersebut kepada pelanggan mereka.
Fam Trip yang berlangsung di Laguna Pantai Glagah diselenggarakan Dinas Pariwisata DIY sebagai bagian promosi wisata dengan dukungan dari Dana Keistimewaan DIY, dalam Fam Trip ini Bupati Kulon Progo Dr. H. R. Agung Setyawan, S.T., M.Sc., M.M.. didampingi Kepala Dinas Pariwisata DIY Drs. Imam Pratanadi, M.T. dan Kepala Dinas Pariwisata Kulon Progo Joko Mursito, S.Sn., M.A.. beserta jajarannya menyambut langsung tamu dari Yodarnia yang terdiri dari Influencer ternama dan Biro Wisata Hadeel Mr Khalid Ibrahim Dawwas Mr Hazem Mahyuni Murni Miss Miss Reem Mohd Ali AI Masadeh dan Mr Fadlullah Aria Bima dari KBRI. (28/8/25)
Sendratari Sugriwa Subali adalah sebuah pertunjukan seni tari yang memadukan gerak tari dengan alur cerita, tanpa dialog, yang mengisahkan perseteruan antara dua bersaudara, Sugriwa dan Subali. Pertunjukan ini biasanya diiringi oleh musik gamelan Jawa, untuk pagelaran di Laguna Pantai Glagah ada penambahan aktraksi Sugriwa Subali tercebur laguna, dengan tujuan menambah daya Tarik dan menyesuaikan dengan tempat pertunjukan tanpa mengubah alur cerita.
Kisah dimulai di Kerajaan Kiskenda, sebuah kerajaan kera yang dipimpin oleh raja perkasa bernama Subali. Ia memiliki seorang adik bernama Sugriwa. Persaudaraan mereka begitu erat, hingga suatu hari datanglah seorang raksasa sakti bernama Maesasura, yang mengamuk dan menantang Subali. Pertarungan sengit terjadi, dan Maesasura berhasil melarikan diri ke dalam sebuah gua. Subali pun mengejarnya ke dalam gua, namun sebelum masuk, ia berpesan kepada Sugriwa, “Apabila nanti yang keluar darah berwarna putih, itu tandanya aku yang kalah. Apabila yang keluar darah berwarna merah, itu tandanya aku yang menang.”
Sugriwa menunggu di luar gua. Tak lama kemudian, ia melihat darah berwarna putih mengalir keluar dari gua. Mengira kakaknya telah gugur, Sugriwa segera menutup mulut gua dengan batu besar. Ia pun kembali ke kerajaan dan dinobatkan sebagai raja menggantikan kakaknya.
Namun, ternyata Subali berhasil mengalahkan Maesasura. Setelah pertarungan usai, ia berusaha keluar dari gua namun terhalang oleh batu besar. Dengan kesaktiannya, Subali berhasil menghancurkan batu tersebut. Saat ia kembali ke kerajaan, ia melihat Sugriwa telah menjadi raja dan menikahi istrinya, Dewi Tara. Subali murka dan menuduh Sugriwa berkhianat. Pertarungan saudara pun tak terhindarkan. Pertarungan ini dimenangkan oleh Subali, dan Sugriwa diusir dari kerajaan.
Di pengasingan, Sugriwa bertemu dengan Rama, seorang pangeran dari Kerajaan Ayodya yang sedang mencari istrinya, Dewi Sinta, yang diculik oleh Rahwana. Sugriwa meminta bantuan Rama untuk merebut kembali kerajaannya. Rama menyetujui, dengan syarat Sugriwa harus membantunya mengalahkan Rahwana dan merebut kembali Dewi Sinta.
Dengan bantuan Rama, Sugriwa kembali ke Kiskenda untuk menantang Subali. Pertarungan sengit terjadi lagi antara kedua saudara. Kali ini, Rama membantu Sugriwa dengan memanah Subali dari kejauhan. Subali akhirnya gugur ditangan adiknya sendiri, yang dibantu oleh Rama.
Kisah ini mengandung pesan moral yang mendalam tentang kesalahpahaman, pengkhianatan, dan persaudaraan. Meskipun Sugriwa berhasil merebut kembali takhtanya, ia merasa bersalah dan menyesali perbuatannya terhadap Subali. Sendratari ini menggambarkan bagaimana dendam dan emosi dapat menghancurkan hubungan persaudaraan yang erat.
Dalam sesi wawacara, Joko menyampaikan “Kami ada kegiatan pentas atraksi wisata budaya untuk promosi Wisata Kulon Progo. Kita menampilkan Sentratari Sugriwa Subali yang ini menjadi identitasnya Kulon Progo dan menjadi salah satu wisata budaya yang akan kita mainkan di Gua Kiskenda Hari ini kebetulan kita kedatangan tamu dari Yordania. Tamu Yordania ini yang dua adalah influencer yang di sana cukup berpengaruh, kemudian ada dari KBRI, juga ada dari Biro Perjalanan, dari kegiatan ini kita berusaha menangkap peluang untuk promosi para wisata dan budaya, karena setiap bulan mulai 2026 mendatang berusaha akan mendatangkan minimal 100 wisatawan dari Yordania ke Yogyakarta”
Lanjut Joko, “kita mengemas Sendratari Tari Sugriwa Subali menyesuaikan dimanapun adi kita sesuaikan dengan alam dan lingkungan, di sini, di pantai, di Laguna Pantai Glagah ini kita nanti akan selenggarakan dengan beberapa penari nanti akan menari di atas air.
“Kesenian ini yang biasa kita pentaskan rutin di Goa Kiskenda, namun demikian untuk keperluan-keperluan tertentu, beberapa waktu yang lalu juga kita harus tampil di hotel, sebagai bagian promosi wisata di sana. Alur cerita tidak diubah, hanya karena lokasinya lebih sempit, ini hanya bloggingnya saja yang diubah, kemudian nanti aksen-aksennya juga akan agak berbeda, jumlah penari semuanya sekitar 40-an ya, 40-45 mungkin ya, terus pengerawet dan semua yang terlipat ya sekitar 80-an”., Jelas Joko.
“Dari kegiatan ini, kita coba tangkap peluang ini karena memang kita perlu kesempatan- kesempatan seperti ini dan kerjasama dengan ASITA, GIPI, Badan Promosi Pariwisata, dan HPI tentunya yang ini levelnya sudah DIY, serta kita mendukung program daerah untuk kemajuan Yogyakarta”., Jelas Joko.
“Saat ini kan ada dua kesenian wisata budaya yang sedang kita giatkan yang pertama adalah Sendratari Sugriwa Subali itu untuk menguatkan destinasi wisata gua Kiskenda, yang kedua Bendongan, Bendongan itu dimainkan di Tonegoro Banjaroyo, yang itu nanti setiap malam bulan Purnama kita mainkan tetapi masih tentative”., Imbuh Joko.
“Untuk pengembangan wisata, kita harus kolaborasi bersinergi dengan daerah lain, dengan tujuan paket-paket wisata didesain agar bisa merata, contohnya, misal datang ke Borobudur, setelah ke Borobudur mampir ke Kulon Progo, setelah Kulonprogo terus ke Parang Tritis, terus ke Ngelanggeran, jadi paket kita tidak terkotak-kotak, tersekat-sekat, jika berbicara Kulonprogo juga bicara Bantul, bicara Gunung Kidul, juga berbicara Jogja, bahkan Jogja-Jateng harus sudah mulai ada kolaborasi sinergi”., tambah Joko.
“Kunjungan yang sekarang tren adalah desa wisata, yang paling laris, wisatawan luar negeri sering ke Ngargosari Samigaluh, kita punya puncak Widosari, di sana ada Geopark Nasional, bisa makan di tengah sawah, terus ada Rajendra, khusus di Ngargosari kita mengembangkan petik teh, sampai nanti dimasak, diolah sendiri, terus sampai nanti diminum dengan camilan geblek, jadi kalau wisatawan Luar Negri sekarang trennya ke desa-desa wisata, hidup dengan masyarakat, seperti di Sentolo sudah lama dengan dengan sepada masuk kampung, mereka lebih menyukai desa wisata tentang pola hidup masyarakat pedesaan, nginepnya di home stay, kemudian dibangunkan diajak ke sawah, bertani kemudian pulang diajak masak pakai kayu kemudian makan ala desa kemudian siang pertunjukan budaya atau latihan karawitan, untuk Kulon Progo sudah ada 28 desa wisata yang variatif, mulai dari sport tourism, influencer, wisata budaya dan lainnya, semua kita bina dan dorong untuk lebih variatif”., Pungkas Joko
Disesi lain Miss Reem Mohd Ali AI Masadeh “Saya merasa sangat menarik, saya tidak pernah melihat sesuatu seperti ini sebelumnya, karena saya berasal dari kultur yang sangat berbeda, saya dari Jordan, jadi menari kami bergantian namanya tarian tradisional Dabke, itu sangat berbeda dengan ini, saya melihat pertunjukan ini penuh dengan kultur, penuh dengan gerakan, penuh dengan karakter, penuh dengan cerita, jadi itu benar-benar menakjubkan, saya sangat suka, Ini pertama kali saya melihatnya, tapi saya melihat tarian ini yang sama di Bali, tetapi ini berbeda, dan saya sangat menikmatinya”.