Jakarta,REDAKSI17.COM – Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengatakan bahwa risiko insiden militer pada sepanjang perbatasan negaranya dengan Ukraina cukup tinggi.
Berdasarkan laporan RIA Novosti, yang mana mana dikutip Al Jazeera, Jumat (26/4/2024), Belarusia sudah pernah lama memindahkan beberapa batalion siap tempur dari wilayah Vitebsk, yang dimaksud digunakan terletak dalam perbatasannya dengan Rusia, ke batas barat negara itu.
Hal itu terjadi ketika delegasi Majelis Rakyat Seluruh Belarusia (VNS) dengan pengumuman bulat menyetujui doktrin militer baru yang dimaksud dimaksud menekankan bahwa Belarusia adalah negara yang dimaksud mana cinta damai.
Lukashenko menambahkan bahwa negara tetangga Polandia – di area dalam sebelah barat negara itu – seharusnya tak mengharapkan tindakan agresif dari Belarusia.
Laporan yang digunakan dimaksud diperbarui hal itu mencantumkan negara-negara dengan syarat ancaman, rentang ancaman internal lalu eksternal terhadap keamanan militer, juga juga posisi pemanfaatan senjata nuklir taktis, tanpa memerinci negara-negara yang tersebut disebutkan.
Lukashenko, sekutu utama Presiden Rusia Vladimir Putin, sering kali mengemukakan bahaya serangan NATO atau Ukraina sebagai pembenaran untuk menjaga aparat militer kemudian keamanannya tetap waspada.
Doktrin militer yang tersebut menyatakan kesiapan Belarusia untuk bertindak sebagai sistem penyelesaian konflik secara damai lalu keterbukaannya terhadap kerja serupa di tempat tempat bidang militer dengan negara manapun, termasuk NATO.
Kantor berita Rusia TASS mengutip Lukashenko yang mana mengatakan akan ada “kiamat” jika Rusia menggunakan senjata nuklir sebagai pembalasan atas tindakan Barat.
Rusia telah lama terjadi mengerahkan senjata nuklir taktis, rudal, juga pasukan pada tempat negara tersebut.
Pada pertemuan VNS hari Kamis, Lukashenko menuduh pihak oposisi berencana merebut sebuah distrik dalam bagian barat negara itu kemudian meminta-minta dukungan dari pasukan NATO.
“Saya tak ada tahu kenapa merekan memilih distrik Kobrin, dia banyak membicarakannya. [Mereka berencana untuk] merebutnya… lalu memohon NATO untuk mengerahkan pasukan,” klaim Lukashenko.
Tidak jelas apakah dia memberikan bukti mengenai rencana tersebut. Semua tokoh oposisi utama negara itu dipenjara atau terpaksa diasingkan.