Jakarta,REDAKSI17.COM – Pasar keuangan Indonesia bergerak diiringi pengumuman suku bunga Bank Indonesia pada perdagangan hari ini (20/6/2024). Pasar saham maupun rupiah saat ini berada dalam posisi terendah dalam beberapa waktu, sehingga kebijakan suku bunga BI akan menjadi krusial bagi pasar.
Suku bunga Bank Indonesia serta beragam sentimen lain yang dimaksud yang akan mengiringi pergerakan pasar hari ini akan diulas lengkap dalam tempat halaman tiga. Serta program serta rilis makro kegiatan dunia usaha akan hadir di dalam tempat halaman empat.
Pasar keuangan Indonesia bergerak tidaklah searah pada perdagangan kemarin (19/6/2024). Kala pasar saham berakhir pada area zona hijau, mata uang rupiah mampu perkasa di area tempat hadapan dolar Amerika Serikat.
IHSGÂ berakhir terkoreksi pada perdagangan Rabu (19/6/2024), setelah sempat bergerak di tempat dalam zona hijau pada kemarin.
Hingga akhir perdagangan, IHSG ditutup turun 0,12% ke posisi 6.726,92. IHSG masih bertahan pada tempat level psikologis 6.700.
Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan hari ini mencapai sekitar Rp 9,7 triliun dengan volume transaksi mencapai 24 miliar lembar saham dan juga juga sudah ditransaksikan sebanyak 1 jt kali. Sebanyak 188 saham menguat, 394 saham melemah, juga 202 sisanya cenderung stagnan.
Tercatat sektor transportasi menjadi penekan terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin yakni mencapai 1,6%.
Selain itu, beberapa saham juga terpantau menjadi penekan (laggard) IHSG pada akhir perdagangan hari ini. Berikut daftarnya.
Saham bank raksasa PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) menjadi penekan terbesar IHSG dalam akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 9,8 indeks poin.
Di sisi lain, rupiah menguat terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pasca neraca perdagangan terpantau alami kenaikan melebih konsensus pasar.
Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,21% dalam hitungan Rp16.360/US$ pada hari ini, Rabu (19/6/2024). Apresiasi ini berbanding terbalik dengan amblesnya rupiah pada Jumat (14/6/2024) sebesar 0,8%.
Badan Pusat Statistik (BPS) sudah merilis hasil neraca perdagangan yang dimaksud hal tersebut mengalami surplus US$2,93 miliar. Ini adalah surplus 49 bulan beruntun sejak Mei 2020.
Kinerja ekspor Indonesia tercatat sebesar US$22,33 miliar atau naik 13,82% (month to month/mtm) atau naik 2,86% (year on year/yoy). Sementara Impor tercatat US$19,40 miliar atau naik 14,82% (mtm) kemudian turun 3,82% (yoy).
Surplus ini lebih lanjut besar tinggi jika dibandingkan konsensus yang mana mana dihimpun oleh CNBC Indonesia dari 10 lembaga memperkirakan surplus neraca perdagangan pada Mei 2024 akan mencapai US$2,65 miliar.
Sentimen positif ini tentu menjadi angin segar bagi pasar keuangan domestik akibat akan diharapkan akan semakin banyak supply dolar AS pada dalam negeri.





