Politikus beringin asal Jawa Timur ini bahkan mengatakan isu munaslub bukan baru mencuat belakangan ini, melainkan sudah lama didorong kader di lapangan karena penurunan suara Golkar.
“Banyak (dorongan) karena kader di bawah merasa suara terhadap Golkar berkurang, kader-kader di bawah itu rutin membuat kirka atau menghitung suara Partai Golkar di desa-desa. Nah mereka tahu bahwa pemilu hari ini suara kita turun, maka muncullah suara ketidaksenangan dan minta munaslub dari daerah-daerah. Jadi sejak Pak Bahlil menjadi Ketum, ketika turun jadi muncullah dorongan munaslub,” kata Ridwan dikutip, Kamis malam, 7 Agustus 2025.
Bagi dia isu munaslub adalah hal biasa di Golkar, bahkan isu itu justru makin menguatkan akar partai tertua di Indonesia ini.
“Golkar itu disenggol mekar, kalau Golkar harus disenggol biar mekar terus dia. Makin disenggol akarnya makin kuat, buat saya isu munaslub hal yang biasa di Golkar. Jadi ketum Golkar itu harus kuat senggol-senggolan, kalau tidak kuat yang jangan jadi ketum,” beber dia.
Isu Munaslub Golkar berawal dari adanya informasi yang diterima redaksi, bahwa restu disampaikan gamblang kepada Nusron Wahid, politikus Golkar yang juga menteri ATR/Kepala BPN. Nusron dipanggil menghadap Hambalang dan Munaslub mengganti Bahlil dari kursi Golkar-1 digelar sebelum pergantian tahun.
Namun Nusron membantah keras adanya isu munaslub tersebut. Menurutnya, istana tidak pernah membahas masalah munaslub.