Home / Ekobis / Sentimen Global Lagi Adem Ayem, Masa Iya IHSG dan Rupiah Ambles Lagi?

Sentimen Global Lagi Adem Ayem, Masa Iya IHSG dan Rupiah Ambles Lagi?

Sentimen Global Lagi Adem Ayem, Masa Iya IHSG juga Rupiah Ambles Lagi?

 

Jakarta,REDAKSI17.COM – Pasar keuangan Tanah Air secara mayoritas kembali merana pada perdagangan Senin (27/5/2024) kemarin, setelah libur panjang dalam rangka Hari Waisak.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan kemarin ditutup melemah 0,64% ke posisi 7.176,42. IHSG terkoreksi kembali menyentuh level psikologis 7.100.

Nilai transaksi IHSG pada kemarin mencapai sekitar Rp 15 triliun dengan melibatkan 21miliar saham yang tersebut yang berpindah tangan sebanyak 1,3 jt kali. Sebanyak 207 saham terapresiasi, 367 saham terdepresiasi, lalu juga 205 saham cenderung stagnan.

Namun sayangnya, penanam modal asing masih mencatatkan perdagangan bersih (net sell) kemarin, hingga mencapai Rp 1,32 triliun pada pasar reguler. Padahal pada perdagangan Rabu pekan lalu, net sell asing sempat berkurang cukup ekstrem hingga mencapai puluhan miliar rupiah.

Secara sektoral, sektor properti menjadi pemberat terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin, yakni mencapai 1,68%.

Sedangkan di area tempat bursa Asia-Pasifik kemarin, secara mayoritas menguat. Hanya empat indeks acuan yang dimaksud dimaksud melemah kemarin, yakni PSEI Filipina, IHSG, KLCI Malaysia, serta S&P BSE Sensex India.

Berikut pergerakan IHSG serta bursa Asia-Pasifik pada perdagangan Senin kemarin.

Sedangkan untuk mata uang rupiah pada perdagangan kemarin kembali ditutup melemah pada dalam hadapan dolar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan data Refinitiv, rupiah mengakhiri perdagangan kemarin dalam dalam posisi Rp 16.060/US$ dalam pasar spot, melemah 0,44% pada hadapan dolar AS.

Parahnya, rupiah menjadi yang mana dimaksud paling parah koreksinya kemarin pada antara mata uang Asia lainnya. Selain rupiah, ada rupee India lalu yuan China yang mana hal tersebut juga tak kuat melawan The Greenback (dolar AS).

Berikut pergerakan rupiah kemudian mata uang Asia pada perdagangan Senin kemarin.

Adapun di tempat dalam pasar surat berharga negara (SBN), pada perdagangan kemarin harganya terpantau melemah, terlihat dari imbal hasil (yield) yang dimaksud dimaksud mengalami kenaikan.

Melansir data dari Refinitiv, imbal hasil (yield) SBN tenor 10 tahun yang digunakan hal tersebut merupakan SBN acuan negara terpantau naik 1,2 basis poin (bp) menjadi 6,886%.

Yield berlawanan arah dari harga, sehingga naiknya yield menunjukkan tarif obligasi yang dimaksud sedang melemah, demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1%. Ketika yield naik, maka tandanya pemodal sedang melepas SBN.

IHSG merana oleh sebab itu beberapa emiten besar sudah memasuki periode cum date dividen tunai kemarin. Bahkan, ada juga yang digunakan dimaksud sudah memasuki periode ex date dividen tunai, sehingga volatilitas IHSG cenderung tinggi.

Sedangkan pada tempat rupiah, koreksi masih terkait dengan risalah Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) minutes bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang digunakan menunjukkan keresahan dari para pengambil kebijakan tentang kapan saatnya untuk melakukan pelonggaran kebijakan.

Pertemuan hal yang menyusul serangkaian data yang tersebut menunjukkan inflasi masih lebih besar lanjut tinggi dari perkiraan para pejabat the Fed sejak awal tahun ini. Sejauh ini, The Fed masih menargetkan inflasi melandai 2%.

“Para pejabat mengamati bahwa meskipun inflasi sudah mengecil selama setahun terakhir, namun dalam beberapa bulan terakhir masih kurang ada kemajuan menuju target 2%,” demikian isi risalah the Fed.

Risalah juga menjelaskan bahwa “Sebagian pejabat menyatakan kesediaan-nya untuk memperketat kebijakan lebih banyak besar lanjut guna mengatasi risiko inflasi yang mana masih panas”.

Hal ini pada akhirnya menekan rupiah dikarenakan indeks dolar AS (DXY) berpotensi terus berada di area area level yang tersebut cukup tinggi setidaknya dalam beberapa waktu ke depan.

Selain itu, pelaku pasar juga sedang bersikap wait and see perihal beberapa pidato dari para pejabat The Fed khususnya mengenai kisi-kisi kebijakan The Fed sebagai acuan bagi para pelaku pasar untuk memprediksi keputusan suku bunga AS periode berikutnya.

REDAKSI17.COM

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *