Sebab, strategi yang disebut justru menimbulkan sentimen negatif yang mana tinggi sebagaimana hasil analisis Drone Empirit.
Agung menduga strategi menyerang Gibran awalnya digunakan untuk menunjukkan posisi tawar dirinya sebagai cawapres yang mana pantas di dalam banding dua kompetitornya Cak Imin kemudian Mahfud. Selain itu juga untuk menarik pemilih rasional sebagai upaya untuk memenangkan kontestasi Pilpres 2024 satu putaran sebagaimana yang tersebut terus digaungkan Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran.
“Pertama, secara personal, untuk meningkat posisi tawar Gibran sebagai seseorang cawapres yang juga pantas sebagaimana Cak Imin juga Mahfud. Kedua, secara elektoral, untuk menjaga arahan 1 putaran sehingga diperlukan penampilan yang digunakan optimal pada panggung debat agar pemilih rasional tertarik memilih,” kata Agung kepada Suara.com, Senin (22/1/2024).
Kendati begitu, kata Agung, upaya hal itu justru menjadi bumerang yang tersebut membahayakan perolehan pengumuman bagi Prabowo-Gibran.
“Sayangnya, ‘serangan’ Gibran ke Cak Imin kemudian Mahfud justru menghadirkan bumerang kebijakan pemerintah yang digunakan membahayakan posisi elektoral Prabowo-Gibran. Karena yang dimaksud mengemuka malah sentimen negatif sebagaimana temuan Drone Emprit,” ungkapnya.
Selain itu dia jugha meniali serangan serta gimmick yang dimaksud digunakan Gibran untuk menjatuhkan Cak Imin dan juga Mahfud juga berpotensi menimbulkan antipati dari kalangan pemilih rasional.
“Justru antipati bagi pemilih rasional. Karena dikerjakan dengan gimmick kemudian ekspresi kurang etik,” jelasnya.
Agung juga menyoroti pengguna istilah asing yang kembali dipakai Gibran untuk menyulitkan Cak Imin juga Mahfud dalam debat. Menurutnya TKN Prabowo-Gibran sudah kecolongan lantaran menggunakan strategi yang tersebut sejenis lalu terbaca oleh pihak lawan.
![Ketiga Cawapres saling bersalaman usai debat Capres-Cawapres keempat pada JCC Senayan, Jakarta, Mnggu (21/1/2024). [Suara.com/Alfian Winanto]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2024/01/21/59633-debat-capres-cawapres-debat-cawapres-kedua-muhaimin-iskandar-mahfud-md-gibran-rakabuming.jpg)
“Secara institusional, TKN ‘kecolongan’, lantaran menggunakan strategi yang tersebut sebanding seperti di tempat debat cawapres sesi 1. Dan itu dibaca dengan baik oleh Timnas AMIN kemudian TPN Gama,” ujarnya.
Sebagaimana diketahui berdasar hasil analisa Drone Empirit, Gibran memperoleh sentimen negatif paling besar dalam lini masa Twitter atau X pasca debat cawapres. Berdasar data, sentimen negatif terhadap cawapres pendamping capres Prabowo Subianto hal tersebut mencapai 60 peran.
Di sisi lain, dua kompetitornya Cak Imin serta Mahfud memperoleh sentimen positif yang tersebut tinggi. Sentimen positif terhadap Cak Imin mencapai 80 persen. Sedangkan sentimen positif terhadap Mahfud sebesar 79 persen.