Sleman (04/11/2025) REDAKSI17.COM— Harmoni musik berpadu dengan hangatnya persahabatan lintas bangsa. Konser Orkestra dan Paduan Suara Serenade Bunga Bangsa XI bertajuk “Zuttomo – Mitra Sinarawedi” sukses memukau penonton di Auditorium Driyarkara, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Selasa (4/11) malam. Pertunjukan ini bukan sekadar persembahan seni, melainkan simbol eratnya hubungan persahabatan abadi antara Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Prefektur Kyoto, Jepang, yang telah terjalin selama empat dekade.
Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, mewakili Wakil Gubernur DIY, menyampaikan bahwa konser ini menjadi momen reflektif sekaligus selebratif atas hubungan harmonis DIY–Kyoto yang tumbuh melalui kerja sama kebudayaan. “Persahabatan yang terjalin sejak tahun 1985 ini bukan sekadar kemitraan administratif, tetapi juga jalinan kebudayaan yang berakar dari saling pengertian, rasa hormat, dan cinta terhadap nilai kemanusiaan,” ujarnya.
Ni Made menjelaskan, tema “Zuttomo – Mitra Sinarawedi” memiliki makna mendalam tentang persahabatan yang kekal. Zuttomo berasal dari bahasa Jepang Zutto Tomodachi yang berarti “selalu berteman”, sedangkan Mitra Sinarawedi dalam bahasa Jawa berarti “teman yang selalu terngiang di hati”. Kedua makna tersebut berpadu menjadi simbol persahabatan yang hidup, tumbuh, dan menginspirasi generasi muda di kedua daerah, tak lekang oleh waktu.
“Kekuatan budaya menjadi soft power yang mampu menautkan hati antarbangsa dan mempererat perdamaian dunia. Melalui bahasa musik dan paduan suara, kita diingatkan bahwa budaya adalah jembatan yang menyatukan bangsa-bangsa di tengah perbedaan,” tuturnya.
Lebih lanjut, Ni Made mengajak generasi muda untuk meneruskan semangat harmoni dan perdamaian yang menjadi landasan hubungan DIY – Kyoto. “Melalui harmoni nada dan jiwa yang berpadu malam ini, marilah kita terus berkarya, mempererat persaudaraan, dan merawat perdamaian bagi dunia yang lebih berkeadaban,” imbuhnya.
Hadir dalam kesempatan tersebut Wakil Gubernur Kyoto, Furukawa Hironori, Ketua DPRD Kyoto, Ryuzo Aramaki, Direktur Divisi Hubungan Internasional Yamamoto Takahiro, Asisten Direktur Otani Mioko, Asisten Direktur Sekretariat Nagamori Takaya, dan Staf Senior Majelis Prefektur Kyoto, Fujita Hibiki. Turut hadir pula unsur Forkopimda DIY, pejabat perangkat daerah, Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, serta para tamu undangan.
Wakil Gubernur Kyoto, Furukawa Hironori mengungkapkan rasa bahagianya dapat hadir dan menikmati penampilan para musisi muda dalam konser Serenade Bunga Bangsa XI yang begitu mengesankan. “Saya sangat senang dapat mendengarkan penampilan para musisi malam ini. Apalagi saya datang dari tempat yang jauh, dari Kyoto ke Yogyakarta dalam semangat persahabatan,” ucapnya.
Furukawa menambahkan, sejak penandatanganan kerja sama Sister Province pada tahun 1985, hubungan DIY dan Kyoto telah berkembang dan semakin mendalam di berbagai bidang, termasuk kerajinan, khususnya batik. “Melalui seni dan budaya, termasuk musik, kita dapat terus memperkuat jalinan persahabatan antara DIY dan Kyoto, sekaligus antara Jepang dan Indonesia. Saya yakin hubungan persahabatan ini akan tetap abadi,” terangnya.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY, Dian Lakshmi Pratiwi melaporkan, Serenade Bunga Bangsa merupakan bagian dari program Internalisasi Kesejarahan yang diinisiasi oleh Bidang Pemeliharaan dan Pengembangan Sejarah, Bahasa, Sastra, dan Permuseuman. “Serenade bukan sekadar konser, tetapi cara kami menanamkan nilai sejarah dan kebangsaan melalui medium yang indah dan mudah diterima generasi muda,” tandasnya.
Dian menjelaskan, Serenade Bunga Bangsa menjadi ruang diplomasi budaya yang melibatkan para musisi muda Indonesia dalam pelestarian nilai-nilai sejarah dan semangat kebangsaan. Tahun 2025 ini merupakan penyelenggaraan ke-11 yang rutin digelar untuk memperingati Hari Pahlawan, sekaligus memperkuat hubungan antara DIY dan Kyoto sebagai Sister Province sejak tahun 1985.
“Tema tahun ini kami angkat sebagai bentuk penghormatan atas empat dekade persahabatan yang telah terjalin. Melalui konser ini, kita belajar bahwa sejarah tidak hanya diingat, tetapi juga dirasakan melalui musik, harmoni, dan persahabatan yang abadi,” paparnya.
Selain menjadi ajang diplomasi budaya, Serenade Bunga Bangsa juga bertujuan menumbuhkan rasa cinta tanah air dan kebanggaan terhadap jati diri bangsa. Melalui musik dan karya seni, nilai-nilai sejarah serta kepahlawanan diharapkan dapat diinternalisasi secara kreatif dan menyenangkan oleh generasi muda.
Konser yang dipersiapkan dengan matang ini melibatkan 70 musisi muda berusia 13–27 tahun, satu konduktor, dan satu solois yang lolos melalui proses seleksi ketat. Mereka berasal dari berbagai sekolah dan komunitas musik di DIY, mencerminkan semangat kolaborasi lintas generasi.
Konduktor sekaligus komposer muda Nabila Farazhafira memimpin orkestra dengan sentuhan segar yang menggabungkan unsur sejarah, semangat kepahlawanan, dan persahabatan lintas budaya. Sementara itu, solois cilik Garda Gandara berhasil mencuri perhatian dengan suara jernih dan permainan pianika yang menggetarkan hati.
Konser ini membawakan delapan repertoar bernuansa sejarah dan budaya, termasuk karya legendaris maupun komposisi baru karya anak muda DIY. Adapun repertoar tersebut antara lain “Maju Tak Gentar” ciptaan C. Simanjuntak, “Kuwi Opo Kuwi” karya Ki Tjokrowarsito, “Medley Anime” (Naruto–One Piece–Dragon Ball), “Jogjakarta Kembali” karya Vishnu Satyagraha, “Gembira” ciptaan H. Mutahar, “Rekishi Rasa” karya Eki Satria, “Hotaru No Hikari”, dan ditutup dengan “Sukiyaki”.
Humas Pemda DIY




