Jakarta,REDAKSI17.COM – Pasar keuangan kompak menguat pada perdagangan kemarin, Kamis (16/5/2024). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta juga rupiah menguat, sedangkan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) turun sebagai indikasi kenaikan harga.
Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan volatile pada hari ini. Pergerakan IHSG, rupiah, juga juga SBN akan dipengaruhi oleh banyaknya data lalu program penting hari ini.
Selengkapnya mengenai sentimen juga proyeksi pasar hari ini sanggup dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para penanam modal juga dapat mengintip jadwal serta rilis data yang digunakan mana terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri serta luar negeri pada halaman 4.
IHSG pada perdagangan kemarin, Rabu (15/5/2024) ditutup menguat 0,93% ke level 7.246,69. Mengutip RTI, tercatat turnover IHSG berada dalam hitungan Rp 14 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 18,9 miliar lembar, dimana 312 saham naik, 210 turun, lalu 250 tak berubah.
Berdasarkan data Refinitiv, penguatan IHSG didorong dari kenaikan delapan sektor pada mana sektor utilities menjadi sektor dengan pendorong IHSG terbesar mencapai 3,93%, kemudian disusul sektor real estate sebesar 3,04%.
Saham milik Prajogo Pangestu yakni PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) juga PT Barito Pacific Tbk (BRPT) menjadi pendorong terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin, masing-masing mencapai 15,5 juga 16,5 indeks poin.
Beralih ke pasar mata uang dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat 0,66% dalam dalam nomor Rp15.920/US$ pada Kamis (16/5/2024). Penguatan rupiah ini melanjutkan apresiasi kemarin (15/5/2024) sebesar 0,4%.
U.S. Bureau of Labor Statistics mengumumkan data inflasi konsumen AS tercatat 3,4% secara tahunan (year on year/yoy) pada April 2024. Tingkat kenaikan biaya jual konsumen AS setara dengan perkiraan konsensus Trading Economics sebesar 3,4%. Tingkat inflasi ini lebih lanjut lanjut rendah jika dibandingkan periode Maret 2024 sebesar 3,5%.
Secara bulanan, inflasi AS ada di dalam tempat bilangan bulat 0,3% pada April 2024, atau melandai dibandingkan Maret yang mana tercatat 0,4%.
Inflasi inti dalam area luar nilai energi serta pangan melandai ke 3,6% (yoy) pada April 2024, dari 3,8% (yoy) pada Maret 2024. Secara bulanan, inflasi inti melandai ke 0,3% pada April 2024 dari 0,4% pada Maret 2024.
Perlambatan inflasi lalu juga stagnasi pelanggan ritel menandakan perlambatan dalam permintaan domestik, yang mana sejalan dengan tujuan Fed untuk mencapai “soft-landing” bagi ekonomi.
Survei perangkat CME FedWatch Tool juga menunjukkan bahwa probabilitas pemangkasan suku bunga The Fed berpotensi terjadi sebanyak dua kali dengan total 50 basis poin (bps).
Hal ini menjadi angin segar bagi pasar keuangan domestik mengingat jika hal yang dimaksud benar terjadi, maka tekanan terhadap rupiah akan semakin minim.
Sementara dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun turun sebanyak tiga kali perdagangan beruntun. Yield SBN turun sebesar 2,45% pada level 6,76% pada perdagangan Rabu (15/5/2024). Imbal hasil obligasi yang melemah menandakan bahwa para pelaku pasar sedang membeli Surat Berharga Negara (SBN).