MERGANGSAN,REDAKSI17.COM – Mulai hari ini, Jumat (26/12), Simpang Tiga Mantrigawen-Jalan Brigjen Katamso resmi dipasang traffic light atau Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL). Pemasangan ini merupakan langkah Pemerintah Kota Yogyakarta melalui Dinas Perhubungan (Dishub) untuk meningkatkan kenyamanan, kelancaran, dan keselamatan berlalu lintas, khususnya di kawasan Simpang Tiga Mantrigawen–Jalan Brigjen Katamso.
Dishub Kota Yogyakarta bersama Satlantas Polresta Yogyakarta dan Polsek Mergangsan melaksanakan kegiatan sosialisasi sekaligus aktivasi APILL baru tersebut pada Jumat pagi sekitar pukul 09.00 WIB.
Saat ditemui, Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho menjelaskan, pemasangan traffic light ini bersifat jangka pendek atau darurat. Langkah tersebut diambil sebagai respons atas meningkatnya arus lalu lintas setelah penutupan Plengkung Gading.

“Setelah Plengkung Gading ditutup, lalu lintas di Simpang Tamansari dan Mantrigawen mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Volume kendaraan di kawasan Mantrigawen dan Katamso ini mencapai sekitar 7.000 kendaraan per jam, padahal kondisi normalnya hanya sekitar 700 kendaraan. Artinya terjadi peningkatan hampir sepuluh kali lipat,” jelas Agus saat ditemui.
Ia menambahkan, kondisi tersebut berpotensi menimbulkan konflik lalu lintas, baik kendaraan yang menuju maupun keluar dari kawasan Keraton, serta arus di jalan utama Brigjen Katamso. Oleh karena itu, pemasangan APILL dilakukan untuk meminimalisir risiko kecelakaan.
“Dengan kondisi seperti ini, tentu yang kita utamakan adalah keselamatan. Baik bagi pengendara maupun masyarakat yang menyeberang, crossing, masuk dan keluar kawasan ini agar bisa lebih aman,” ujarnya.
Menurut Agus, tingkat kerawanan kecelakaan di Simpang Tiga Mantrigawen tergolong tinggi. Hal ini berdasarkan laporan yang diterima Dishub dari Jasa Raharja serta Satlantas Polresta Yogyakarta dan jajaran Polsek.
Selain itu, Dishub juga memprediksi puncak kunjungan wisata ke Yogyakarta terjadi mulai hari ini, setelah perayaan Natal dan memasuki akhir pekan. Tambahnya, berdasarkan pantauan di enam simpang pintu masuk Kota Yogyakarta, volume kendaraan yang pada hari normal berkisar 100.000–150.000 kendaraan, kini meningkat drastis hingga mencapai sekitar 700.000 kendaraan per hari.

“Dari pemerintah pusat diperkirakan ada sekitar 7 juta kunjungan ke Yogyakarta selama periode Nataru, dengan lebih dari 3 juta di antaranya menggunakan kendaraan pribadi. Diperkirakan mulai malam ini hingga malam Minggu, jumlah kendaraan pribadi yang masuk Yogyakarta bisa mencapai sekitar 1 juta,” ungkapnya.
Untuk mengantisipasi lonjakan tersebut, Dishub bersama Satlantas Polresta Yogyakarta dan Ditlantas Polda DIY terus melakukan berbagai upaya, baik melalui pengaturan lalu lintas berbasis teknologi informasi seperti ATCS, pengaturan fisik di lapangan, hingga menerjunkan Tim Urai kemacetan.
“Kami lakukan pengaturan hampir tanpa henti. Tadi malam sampai pukul 01.30 WIB lalu lintas baru melandai, dan pagi pukul 07.30 sudah kembali padat,” tambahnya.
Ia juga menyinggung dampak positif dari rekayasa lalu lintas di Jembatan Kewek yang justru membuat arus kendaraan di kawasan Gardu Anim menjadi lebih lancar dibandingkan sebelumnya.
Sementara itu, untuk kawasan Pasar Ngasem dan wilayah Jeron Beteng, Dishub akan berkoordinasi dengan Keraton. Di mana setelah periode Nataru, akan dilakukan pemetaan dan manajemen rekayasa lalu lintas dengan mempertimbangkan aspek teknokrasi sekaligus kosmologi dan filosofi Yogyakarta. “Di Jogja, tidak bisa hanya pendekatan teknokrasi saja. Kosmologi dan filosofi juga harus berjalan. Inilah Yogyakarta,” imbuhnya.



