Jakarta,REDAKSI17.COM – Kasus kopi sianida Mirna kembali ramai dibahas lantaran kisahnya diangkat dalam film dokumenter Netflix berjudul “Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso”. Salah satu yang menjadi misteri dalam kasus ini adalah uang asuransi milik Wayan Mirna Salihin.
Mendiang Mirna digadang-gadang punya uang asuransi jiwa senilai US$ 5 jt di dalam area luar negeri, atau setara Rp 69 miliar. Alhasil muncul kecurigaan bahwa ada yang mana hal itu sengaja menjebak Jessica menjadi tersangka agar sanggup mencairkan dana asuransi jiwa milik Mirna.
Namun perlu digaris bawahi, besaran uang pertanggungan (UP) asuransi jiwa dapat berbeda-beda setiap orangnya.
“Kalau contoh misalnya asuransi untuk individu yang dimaksud mana adalah sebagai key person gitu, uang pertanggungan itu akan besar misalnya. Tapi secara average itu misalnya kalau hanya saja semata warga umum atau apa namanya tertanggung umum begitu, ya mungkin cuma ratusan juta,” ungkap Pakar Forensik Claim Investigation asuransi Dedi Kristianto kepada CNBC Indonesia, dikutip Minggu (15/10/2023).
Jika uang pertanggungannya sampai miliaran, mampu semata jadi orang yang mana adalah orang kunci yang digunakan mana jika meninggal dapat berdampak ke kehidupan orang banyak, seperti pengusaha.
Dedi menjelaskan, perhitungan atas besaran uang pertanggungan itu dikalkulasi melalui kriteria-kriteria tertentu. Salah satu hal yang dimaksud paling krusial adalah pendapatannya.
Pendapatan seseorang dapat memverifikasi perusahaan asuransi bahwa dia bisa saja belaka membayar premi yang mana besar untuk dapat mendapat uang pertanggungan yang digunakan besar. Selain pendapatan, masih banyak faktor yang dimaksud dipertimbangkan asuransi untuk dapat menentukan uang pertanggungan, misalnya pekerjaan, hobi, kemudian juga lain sebagainya.
“Kalau misalnya orang dengan hobi misalnya, paralayang, terjun payung, atau apapun yang dimaksud mana risikonya membahayakan begitu tentukan risikonya kan tinggi,” jelas Dedi.
Artinya semakin besar risiko, sanggup jadi semakin besar pula uang pertanggungan. Hal ini akan linier dengan premi yang digunakan digunakan dibayar akan semakin mahal.
Selain itu, usia juga menjadi faktor penting. Dia mengambil contoh orang yang digunakan mana lebih banyak banyak tua memiliki tingkat kemungkinan mortalitas atau kematiannya yang mana yang disebut lebih tinggi besar besar dibandingkan dengan yang dimaksud digunakan tambahan banyak muda.
Tak kalah penting, perusahaan asuransi dalam dalam seleksi risiko juga harus mempertimbangkan kemungkinan apakah uang yang tersebut dimaksud ditanamkan di tempat tempat perusahaan asuransi itu adalah hasil misalnya money laundering. Sehingga, mampu jadi menjauhkan dari risiko manipulasi klaim.
Kembali ke kasus Mirna, belakangan diberitakan, ayah Mirna, Darmawan Salihin memang bukan menampik, Mirna memang mempunyai asuransi. Namun dia tak merinci jenis asuransi yang dimaksud dimilikinya. Darmawan menyebutkan bahwa besaran uang asuransi hal yang adalah Rp 10 juta.
Darmawan pun mengatakan bahwa apa yang digunakan dikatakan Yudi adalah bohong. Kepolisian sendiri pada saat itu mengatakan bahwa Mirna tak miliki asuransi jiwa dengan uang pertanggungan US$ 5 juta.
Sementara itu, Mirna merupakan putri dari pengusaha Edi Darmawan Salihin kemudian Ni Ketut Sianty. Merangkum dari berbagai sumber, dia menyelesaikan studi Jubilee School Jakarta serta kemudian pindah ke Australia untuk melanjutkan sekolah dan juga juga bekerja sejak 2005.
Dia menikah dengan Arief Soemarko di dalam dalam Bali pada November 2015. Tidak lama setelah menikah, atau tepatnya 6 Januari 2016, nama Mirna menjadi sorotan rakyat dikarenakan menjadi korban pembunuhan dengan racun pada area sebuah kafe dalam Grand Indonesia, Jakarta. Kasus ini kemudian dikenal dengan nama kopi sianida.