Yogyakarta (03/06/2025) REDAKSI17.COM— Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X mendorong transformasi pengembangan dan pengelolaan kopi di DIY dari sistem tradisional menuju pendekatan industri yang presisi dan berkelanjutan. Transformasi tersebut diharapkan tetap mengedepankan nilai-nilai budaya khas Yogyakarta.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Plh. Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Tri Saktiyana, seusai mendampingi Sri Sultan menerima audiensi Dewan Pengurus Daerah (DPD) Asosiasi Petani Kopi Indonesia (ASKI) DIY–Jawa Tengah (Jateng) di Gedhong Willis, Kompleks Kepatihan, pada Selasa (3/6). Pertemuan yang berlangsung lebih dari tiga jam tersebut turut dihadiri oleh Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Syam Arjayanti, serta membahas penguatan ekosistem kopi di DIY dari hulu hingga hilir.
“Kita berbicara tentang kopi dari hulu ke hilir, dari penyiapan lahan, penanaman, pengemasan, hingga greeting atau penyambutan tamu di warung kopi yang mencerminkan budaya Yogyakarta. Pak Gubernur menekankan pentingnya perubahan pola pikir para petani kopi, dari sekadar mengandalkan pengalaman tradisional menjadi pendekatan industri yang terukur dan presisi,” ujar Tri Saktiyana.
Tri Saktiyana mengatakan transformasi ini perlu diwujudkan dalam praktik teknis konkret, seperti standar takaran dan durasi penyeduhan yang berpengaruh langsung terhadap cita rasa. Dengan pendekatan industri berbasis budaya, kopi DIY diyakini mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.
“Pemda DIY siap mendukung pengembangan budidaya kopi, termasuk pemanfaatan lahan potensial di kawasan Gunung Merapi. Kami terbuka untuk menjalin kerja sama dan akan memfasilitasi melalui dinas-dinas terkait,” tambahnya.
Ketua Umum DPD ASKI DIY–Jateng, Rendy Mahardika menyampaikan aspirasi para pelaku kopi, mulai dari petani hingga barista, yang berharap adanya dukungan berkelanjutan dari Pemerintah Daerah dalam pengembangan industri kopi lokal. Menurutnya, kolaborasi dengan Pemda DIY harus diperkuat agar seluruh mata rantai industri kopi mendapatkan dampak yang selaras.
“Jumlah warung kopi di DIY sangat banyak dan beragam. Lebih dari sekadar tempat menyeduh kopi, warung kopi harus menjadi ruang budaya, dari cara menyambut tamu hingga menyajikan kopi dengan hati. Itulah nilai lebih dari kopi Yogyakarta,” ungkap Rendy.
Pihaknya juga menyoroti potensi besar pengembangan kopi di kawasan Merapi dan Menoreh. ASKI mendorong keterlibatan aktif Pemda DIY dalam pelatihan dan pameran kopi sebagai bentuk dukungan langsung kepada petani, roastery, serta pelaku UMKM di bidang kopi.
Menutup pertemuan, Sri Sultan berpesan agar seluruh pelaku industri kopi tetap semangat memberikan kontribusi positif kepada masyarakat luas. Transformasi ini tidak semata bertujuan menghasilkan kopi yang berkualitas, tetapi juga menciptakan dampak sosial dan ekonomi yang signifikan.
“Dengan potensi geografis, kekayaan budaya, serta semangat kolaboratif yang dimiliki, kopi DIY berada di jalur yang tepat untuk tampil di panggung industri yang lebih luas tanpa kehilangan jati dirinya,” pungkasnya.
Humas Pemda DIY