Bantul (21/08/2025) REDAKSI17.COM – Ketahanan bangsa, menurut Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X, tidak hanya lahir dari individu, tetapi tumbuh dari kebersamaan, kemampuan untuk bekerja sama, bersinergi, dan bergotong royong. Pesan itu disampaikan saat menjadi pembina Apel Besar Hari Pramuka ke-64 Tahun 2025, Kamis (21/8) di Lapangan Trirenggo, Bantul.
Apel diikuti ribuan anggota Pramuka dari tingkat siaga hingga pandega, serta dihadiri jajaran Forkopimda DIY, bupati/wali kota, dan pengurus Kwarda maupun Kwarcab se-DIY. Sri Sultan menekankan bahwa peringatan Hari Pramuka bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum refleksi untuk memperkuat karakter generasi muda.
Hal ini sesuai dengan tema nasional, “Kolaborasi untuk Membangun Ketahanan Bangsa”, Pramuka diharapkan terus hadir sebagai garda depan dalam menjaga persatuan, kemandirian, serta ketangguhan bangsa menghadapi perubahan zaman. “Ketahanan bangsa tidak lahir dari individu semata, melainkan dari kebersamaan, dari kemampuan untuk bekerja sama, bersinergi, dan bergotong royong,” ujar Sri Sultan.
Sejarah panjang Gerakan Pramuka di Indonesia pun kembali diingatkan. Yogyakarta memiliki peran penting dalam lahirnya kepanduan nasional, dengan momen bersejarah All Indonesian Jamboree tahun 1941. Sri Sultan menyinggung kembali peran Yogyakarta dalam sejarah kepanduan nasional, termasuk kiprah Sri Sultan Hamengku Buwono IX sebagai Bapak Pramuka Indonesia. Teladan itu, kata Sri Sultan, harus menjadi inspirasi bagi generasi penerus. Tetap konsisten menunjukkan kesederhanaan dan jiwa kepeloporan melalui kegiatan perkemahan hingga tingkat internasional.
“Pramuka bukan sekadar seragam atau baris-berbaris, melainkan gerakan pembentukan karakter. Satya Dharma, Dwi Dharma, dan Dasa Dharma adalah kompas moral yang tak boleh lekang oleh waktu,” lanjut Sri Sultan.
Pramuka menurut Sri Sultan juga harus adaptif terhadap tantangan zaman, mulai dari perubahan iklim, arus globalisasi, hingga transformasi digital. Selain menjaga tradisi, Pramuka juga dituntut berinovasi agar tetap relevan dalam membangun ketahanan sosial, ekonomi, lingkungan, dan digital.
Namun begitu, tetap harus menjunjung tinggi nilai kebersamaan, kreativitas, dan etika. Sri Sultan menambahkan, regenerasi adalah kekuatan utama Gerakan Pramuka. Pendidikan berjenjang dari siaga hingga pandega disebutnya sebagai kunci agar nilai luhur Pramuka terus diwariskan lintas generasi.
“Regenerasi ini harus terus dijaga. Bukan hanya pergantian kepemimpinan, tetapi juga kesinambungan nilai, pengetahuan, dan keterampilan,” ungkap Sri Sultan. Pramuka memiliki tanggung jawab besar memastikan bahwa nilai-nilai luhur tidak berhenti pada satu generasi saja. Wajib diwariskan secara berkelanjutan. Dengan regenerasi yang sehat, maka, bisa dipastikan Pramuka tidak hanya menjadi bagian dari masa lalu, tetapi juga aktor penting dalam membangun masa depan bangsa.
“Jadilah generasi yang tangguh, berintegritas, kreatif, dan peduli. Tidak hanya siap menghadapi perubahan, tetapi juga mampu memimpin perubahan itu sendiri. Dan dapat membuktikan bahwa Dasa Dharma bukan sekadar janji, melainkan laku hidup sehari-hari,” pesan Sri Sultan.
Peringatan Hari Pramuka ini menjadi momentum yang tepat untuk meneguhkan kembali semangat kepramukaan. Semangat pengabdian yang diwariskan Sri Sultan Hamengku Buwono IX, semangat kolaborasi untuk membangun ketahanan bangsa, dan semangat regenerasi agar Pramuka terus hadir sebagai cahaya harapan di tengah masyarakat.
“Mari kita jaga Pramuka sebagai sekolah kehidupan. Kita wariskan nilai-nilai luhur ini kepada generasi penerus, agar bangsa Indonesia tetap berdiri tegak, tangguh, dan berdaulat di tengah perubahan zaman,” tutup Sri Sultan.
Humas Pemda DIY