Home / Nasional / Sri Sultan: Tekstil, Industri yang Tumbuh Merspons Kebutuhan Manusia

Sri Sultan: Tekstil, Industri yang Tumbuh Merspons Kebutuhan Manusia

Sleman (23/10/2025) REDAKSI17.COM – Dalam sejarahnya, tekstil adalah salah satu penanda peradaban. Dan esensi dari peradaban tekstil ialah industri yang tumbuh dengan merespons setiap kebutuhan dasar umat manusia.

Demikian disampaikan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X pada Kamis (23/10) di Hotel Royal Ambarrukmo. Dalam Welcome Dinner The International Textile Manufacturers Federation

(ITMF) and International Apparel Federation (IAF) Annual Meeting 2025, Sri Sultan mengatakan, dalam perjalanannya, fungsi dasar ‘sandang’ sebagai kebutuhan pokok manusia tidak pernah surut, justru semakin berevolusi.

“Seiring pertumbuhan populasi, dan peningkatan kelas menengah dunia, kebutuhan ini meluas bukan hanya dari segi kuantitas, tetapi juga kualitas, keberlanjutan, dan bahkan functionality. Kain tidak lagi hanya sekadar menutupi dan melindungi tubuh, tetapi telah menjadi medium bagi smart fabrics yang memantau kesehatan, bio-textiles yang ramah lingkungan, dan material canggih hasil rekayasa nano,” ungkap Sri Sultan.

Menurut Sri Sultan, industri tekstil ke depan menghadapi beberapa tantangan besar. Pertama, tekanan keberlanjutan yang multidimensi, di mana munculnya tuntutan transformasi radikal dari ekonomi linear menuju ekonomi sirkular yang regeneratif, akibat perubahan iklim. “Tantangan ini tidak hanya tentang mengurangi limbah, tetapi juga menekan konsumsi air yang masif, polusi mikroplastik, dan emisi karbon dari rantai produksi global,” imbuh Sri Sultan.

Tantangan selanjutnya ialah disrupsi digital dan kesenjangan teknologi. Dikatakan Sri Sultan, revolusi industri 4.0 membawa otomasi, AI, dan blockchain yang mengubah lanskap produksi. Namun, jurang antara perusahaan besar dan UMKM yang kesulitan mengakses teknologi, justru berpotensi menciptakan kesenjangan yang mengancam keberlangsungan pelaku industri tradisional.

“Tantangan lainnya adalah kompleksitas rantai pasok global, di mana dimungkinakan efisiensi, tetapi menciptakan kerentanan terhadap guncangan. Mulai dari pandemi, konflik geopolitik, hingga fluktuasi harga bahan baku global,” tutur Sri Sultan.

Berangkat dari tantangan tersebut, Sri Sultan mengatakan, visi ke depan mengharuskan untuk berpikir secara ekosistem, bukan hanya sektor. Kolaborasi yang dibangun melalui pertemuan ini, harus melampaui batas-batas konvensional.

“Industri tekstil di masa depan adalah kolaborasi antara data saintifik dan maestro tenun, antara insinyur bioteknologi dan perajin tradisional, antara regulator yang visioner dan pelaku industri yang gesit. Mari bersama membangun peta jalan menuju ‘Textile 5.0’, sebuah era di mana industri ini menjadi pionir dalam keberlanjutan, inklusivitas, dan kecerdasan buatan, tanpa kehilangan jiwa dan jati dirinya,” tutup Sri Sultan.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API), Jemmy Kartiwa Sastratmaja mengatakan, ITMF and IAF Annual Meeting 2025 ini diikuti oleh sekitar 350 tamu, yang terdiri dari 268 tamu mancanegara dan 89 tamu dari dalam negeri. Pertemuan ini akan menjadi ajang saling bertukar pengetahuan dan bersama merumuskan berkelanjutan industri tekstil dunia.

“Malam ini, kita bersama merayakan komitmen memajukan salah satu sektor penting di dunia, melalui kolaborasi dan saling belajar tanpa batasan. Tentu semua ini demi mewujudkan cita-cita bersama untuk masa depan keberlanjutan industri tekstil maupun pakaian jadi,” imbuhnya.

Jemmy mengatakan, tema ITMF and IAF Annual Meeting 2025 adalah ‘Menavigasi Ketidakpastian dan Mengadopsi Teknologi, Jalan Menuju Kekuatan Berkelanjutan dalam Industri Tekstil dan Pakaian Jadi’. Dan Yogyakarta dipilih sebagai tempat penyelenggaraan karena dinilai memiliki kekuatan kekayaan warisan seni, kerajinan, dan kreativitasnya.

“Yogyakarta juga dikenal memiliki esensi industri tekstil dan fashion yang mempertemukan tradisi dengan inovasi. DIY juga dikenal sebagai pusat produsen tekstil dan garmen yang maju berkembang, sehingga perlu mendapatkan perhatian dari pemangku kepentingan,” paparnya.

ITMF and IAF Annual Meeting 2025 berlangsung selama dua hari, yakni 24-25 Oktober 2025. Pada acara kali ini digelar pula Eksibisi Batik Dalam Daur Hidup oleh Afif Syakur dan fashion show persembahan Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) DIY.

HUMAS DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *