Yogyakarta (29/09/2024) REDAKSI17.COM – Kebudayaan saat ini harus lebih dilihat sebagai proses revitalisasi progresif, guna merangsang dinamika kebudayaan agar tidak stagnan, dan memberikan manfaat nyata bagi masyarakat. Dalam membangun Indonesia yang lebih baik, memperkuat nilai budaya dan kebangsaan dapat menjadi fondasi menuju Indonesia Emas 2045.
Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X saat menjadi Keynote Speaker dalam Seminar Nasional Semarak Dirgantara 2024 di Hotel Royal Ambarrukmo, Yogyakarta pada Minggu (29/09). Mengangkat tema “Ketahanan Sosial Budaya Sebagai Modal Dasar Menuju Indonesia Emas 2045”, Sri Sultan menegaskan, dinamika kebudayaan dan nasionalisme Indonesia menjadi daya dukung pembangunan Indonesia baru yang lebih baik.
“Proses revitalisasi kebudayaan ini, tidak hanya memberi ruang pada perubahan, tetapi tetap menyisakan ruang untuk hal-hal yang telah terlebih dulu ada. Dalam konteks inilah, dinamika kebudayaan dan nasionalisme Indonesia, sebagai dua entitas saling berinteraksi, harus diarahkan,” ungkap Sri Sultan.
Untuk mendukung hal tersebut, Sri Sultan menyampaikan, sudah banyak konsep sustainable development, yang sebenarnya telah ada pada kebudayaan lokal. Misalnya dari Yogyakarta, kita dapat memetik pelajaran dari filosofi “Hamemayu”. Dimana filosofi ini, memiliki resonan dengan nilai-nilai warisan budaya dunia sumbu filosofi.
“Filosofi ‘Hamemayu Hayuning Bawana’ itu menyandang misi akbar bagi manusia di dunia dalam tiga substansi yaitu, Hamengku Nagara, Hamangku Bumi, Hamengku Buwana. Saya berkeyakinan, bahwa prinsip-prinsip ‘Hamemayu’ dapat terus diperkuat melalui pendekatan yang sistematis dan berkelanjutan,” ucap Sri Sultan.
Di sisi, Sri Sultan mengatakan, semua elemen masyarakat harus tetap menjaga dan memelihara semangat nasionalisme. Dengan demikian, dinamika kebudayaan yang berinteraksi dengan nasionalisme Indonesia, diharapkan mampu merangsang tumbuhnya semangat nasionalisme baru yang tidak inferior, tetapi mampu memerangi segala bentuk kemiskinan, keterbelakangan, korupsi, serta penyelewengan lainnya.
“Nasionalisme baru ini, hanya bisa dicapai melalui transformasi budaya, yang mampu menyaring dan mengadaptasi budaya iptek global bermutu. Disamping sambil mengukuhkan jati diri bangsa, yang berbasis pada pengakuan akan kebhinekaan,” kata Sri Sultan.
Sementara itu, Komandan Kodiklatau, Marsdya TNI Dr. Arif Mustofa, M.M.CGRE, menyampaikan, bahwa ketahanan sosial budaya, bagi bangsa yang besar dan majemuk seperti Indonesia, bukan hanya sekadar konsep abstrak, tetapi fondasi yang menyatukan bangsa. Ketahanan sosial budaya ini terbangun dari nilai-nilai budaya dan kearifan lokal yang terpelihara dan tersebar di seluruh nusantara menjadi modal dasar kekuatan bangsa.
“Ketahanan sosial budaya yang terbangun dari nilai-nilai lokal dan kearifan yang tersebar di seluruh nusantara, telah menjadi modal dasar bagi kekuatan kita khususnya kekuatan pertahanan Indonesia. Namun, perubahan zaman menuntut kita untuk terus adaptif dan menyesuaikan diri tanpa pernah kehilangan jati diri,” tutur Arif.
Arif menerangkan, TNI Angkatan Udara dalam perjalanannya sebagai salah satu pilar pertahanan negara, telah melihat langsung bagaimana ketahanan sosial budaya berperan penting dalam menjaga kedaulatan bangsa. “lnilah tanggung jawab kita bersama untuk memastikan bahwa Pancasila dan nilai-nilai budaya nusantara tetap hidup dan berkembang di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi,” imbuhnya.
Sinergi antara pemerintah, TNI, akademisi, dan masyarakat luas merupakan kunci utama. Arif mengatakan, semua elemen masyarakat harus berjalan bersama dalam menjaga, memperkuat, dan mengembangkan ketahanan sosial budaya bangsa Indonesia. Ketahanan sosial budaya bukan hanya soal menjaga kebudayaan dalam wujudnya yang klasik, tetapi bagaimana nilai-nilai itu bisa tetap relevan dan memberi manfaat bagi pembangunan nasional dan kemajuan bangsa.
“Oleh karena itu, melalui seminar ini kita berharap bisa menemukan langkah-langkah yang solutif dan inovatif, yang mampu menjawab tantangan zaman tanpa kehilangan jati diri kita sebagai bangsa Indonesia. Saya optimis, dengan semangat kebersamaan dan kolaborasi, kita mampu menghadapi semua tantangan ini dan membawa Indonesia menuju kejayaan yang telah kita impikan bersama, yakni Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.
Humas Pemda DIY