Home / Daerah / Sumbu Filosofi: Warisan Nilai Hadapi Bencana dan Konflik

Sumbu Filosofi: Warisan Nilai Hadapi Bencana dan Konflik

Yogyakarta (09/05/2024)REDAKSI17.COM – “Mampukah Sumbu Filosofi Yogyakarta Bersahabat dengan Bencana dan Konflik?” menjadi pertanyaan kunci yang dibahas dalam Diskusi Publik memperingati Hari Warisan Dunia 2025 di Taman Budaya Yogyakarta, pada (09/05). Sumbu Filosofi Yogyakarta tidak lagi sekadar dianggap sebagai poros spiritual dan budaya, namun mulai ditegaskan sebagai pusat nilai dan kekuatan masyarakat yang harus mampu bertahan menghadapi bencana dan konflik.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dinas Kebudayaan DIY (Kundha Kabudayaan), Dian Lakshmi Pratiwi, saat membuka diskusi publik peringatan Hari Warisan Dunia 2025. Diskusi ini menghadirkan tiga narasumber: Prof. Bagus Putra Muljadi (Asisten Profesor di Departemen Teknik Lingkungan dan Kimia di University of Nottingham), Dr. Daud Aris Tanudirjo (Dosen Sejarah dan Arkeologi Universitas Gajah Mada), dan Rizki Ferdian (UNESCO Jakarta).

Dengan tema global “Heritage under Threat from Disasters and Conflicts”, diskusi ini menggugah kesadaran akan pentingnya menjadikan Sumbu Filosofi sebagai warisan budaya yang hidup bukan hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga nilai-nilai filosofisnya yang membentuk pola pikir dan perilaku masyarakat.

“Sumbu Filosofi berdasarkan pada filosofi ‘sangkan paraning dumadi’. Kawasan sumbu filosofi inilah yang menjadi panduan dan pegangan hidup kita,” tegas Dian dalam sambutannya.

Dian menyoroti bahwa ancaman terhadap warisan dunia tidak hanya datang dari bencana alam, namun juga konflik sosial yang lahir dari kelalaian manusia. “Kami berharap diskusi publik pada hari ini mampu membuka wawasan dan pemahaman kita terhadap pengelolaan warisan dunia, karena tanggung jawab tidak semata hanya pada sebagian kelompok, menjaga kelestarian adalah tanggung jawab kita bersama, sebagaimana juga kita bertanggungjawab menyiapkan warisan-warisan kita untuk generasi masa depan yang lebih baik,” jelas Dian.

Oleh sebab itu, ia menekankan pentingnya kolaborasi lintas sektor dan generasi untuk merawat nilai-nilai Sumbu Filosofi secara berkelanjutan. Serta menjadikannya sumber kekuatan sosial yang adaptif.

Dengan hadirnya narasumber dari berbagai institusi, seperti UNESCO Jakarta, Nottingham University, serta pakar kebudayaan dan pengelolaan situs warisan, diskusi publik ini diharapkan menjadi momentum strategis untuk memperluas pemahaman dan menyatukan langkah dalam upaya pelestarian Sumbu Filosofi secara berkelanjutan.

 

HUMAS PEMDA DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *