Jakarta,REDAKSI17.COM – Nilai tukar rupiah cenderung tertekan pada hadapan dolar Amerika Serikat (AS) selama pekan ini. Mata uang garuda tiada sendirian oleh sebab itu dua tetangga RI turut takluk pada depan greenback.
Menurut data Refinitiv, rupiah ditutup di area dalam bilangan Rp15.605/US$ atau menguat 0,03% terhadap dolar AS pada Jumat (6/10/2023).
Posisi ini berkebalikan dengan penutupan perdagangan Kamis (5/10) yang tersebut mana menguat 0,10%. Sedangkan secara mingguan, rupiah terpantau melemah sebesar 1% atau melemah dalam lima minggu berturut-turut.
Sementara indeks dolar AS (DXY) pada Jumat (6/10) berada pada posisi 106,04 atau turun 0,27% jika dibandingkan penutupan perdagangan Kamis (5/10) yang digunakan mana berada dalam tempat posisi 106,33.
Selain rupiah, baht Thailand juga melemah hingga 1,04% sepekan terhadap dolar AS. Demikian pula ringgit Malaysia yang tersebut digunakan loyo hingga minus 0,35% dalam periode yang mana mana sama.
Berbeda, Yen Jepang juga Peso Filipina sama-sama berhasil menguat sangat tipis, yakni 0,02%, dalam seminggu belakangan. Kemudian, Won Filipina juga menguat 0,56% terhadap dolar Paman Sam.
Namun, sedikit berbeda dengan yuan China yang tersebut dalam tujuh hari terakhir stagnan 0,00% akibat terjadi Festival Pertengahan Musim Gugur serta libur Hari Nasional tahun ini atau yang dimaksud dikenal sebagai pekan emas yang dimaksud digunakan dimulai dari 29 September hingga 6 Oktober 2023.
Dari domestik, Bank Indonesia (BI) pada Jumat pagi sudah pernah lama merilis data cadev yang dimaksud hal tersebut masih tetap tinggi namun mengalami penurunan dibandingkan periode sebelumnya.
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2023 sebesar US$134,9 miliar atau turun dibandingkan dengan posisi pada akhir Agustus 2023 sebesar US$137,1 miliar. Bahkan bilangan yang dimaksud berada dalam area bawah proyeksi pasar yang digunakan digunakan berada dalam tempat posisi US$136 miliar.
Kendati demikian, posisi cadangan devisa hal itu setara dengan pembiayaan 6,1 bulan impor atau 6,0 bulan impor juga pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di tempat tempat atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa hal itu mampu menggalang ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi juga sistem keuangan.
Menanggapi pelemahan rupiah yang digunakan mana kian terjadi, Christopher Andre Benas Head of Research BCA Sekuritas mengungkapkan, dunia bidang usaha Indonesia sangat baik, trade balance, CAD (current account deficit) yang tersebut mana masih baik.
Menurut Andre hambatan pelemahan nilai tukar rupiah berasal dari Amerika Serikat (AS). Situasi negeri Paman Sam hal itu masih akan memproduksi bank sentral AS (The Fed) menaikkan suku bunga acuan.
Ekspektasi kenaikan suku bunga The Fed semakin kencang setelah data menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih kencang. The Fed juga mengisyaratkan kenaikan pada pertemuan bulan lalu.
Sebagai informasi, data AS mengenai klaim awal tunjangan pengangguran negara menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja yang tersebut masih tangguh, sehari setelah laporan menunjukkan gaji swasta AS meningkat kurang dari perkiraan pada bulan September.
Pengajuan awal tunjangan pengangguran mencapai 207.000 pada pekan yang tersebut berakhir 30 September, naik belaka 2.000 dari periode sebelumnya lalu dalam area bawah perkiraan konsensus Dow Jones sebesar 210.000.
Laporan gaji bulanan pada hari Jumat bisa jadi jadi menjadi berita kegiatan sektor ekonomi paling penting minggu ini, namun pemodal masih khawatir mengenai apakah bank sentral AS (The Fed) akan mempertahankan suku bunga tambahan tinggi untuk jangka waktu yang tersebut digunakan lebih tinggi besar lama.
Selain itu, data tingkat pengangguran yang dimaksud digunakan dirilis hari ini (6/10/2023) pun patut menjadi perhatian invsetor. Sebagai informasi, tingkat pengangguran AS mencapai 3,8% pada Agustus 2023. Pelaku pasar memperkirakan pengangguran akan tetap berada di dalam dalam bilangan bulat 3,8% pada September tahun ini.
Sementara itu, penciptaan lapangan kerja non-farm payrolls diharapkan semata-mata naik 150.000 pada September 2023, dari 170.000 pada Agustus.
Tingkat pengangguran lalu non-farm payrolls merupakan data yang mana digunakan menjadi pertimbangan The Fed dalam menentukan suku bunga. Jika kedua data yang mana menunjukkan pasar tenaga kerja AS masih panas maka The Fed diperkirakan masih akan hawkish.
Pasalnya, inflasi akan sulit melandai bila pasar tenaga kerja AS masih kencang. Apabila ini terjadi dapat berdampak pada keperkasaan dolar AS yang berlanjut, imbasnya rupiah dapat tertekan lantaran ada capital outflow.
Di tengah gempuran sentimen negatif yang tersebut dimaksud ada, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Destry Damayanti mengungkapkan bahwa ebetulnya bukan ada permasalahan yang mana digunakan mampu memengaruhi sentimen pelaku pasa keuangan hingga menciptakan rupiah terus tertekan. Ia mengatakan, ini tercermin dari pertumbuhan perekonomian Indonesia yang digunakan mana masih akan mampu jadi terus terjaga pada area level 5% setelah kuartal II-2023 tumbuh 5,17%.
CNBC INDONESIA RESEARCH