Jakarta,REDAKSI17.COM – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden membuka ucapan perihal serangan Israel ke Rafah, Gaza Selatan. Dengan begitu, pihaknya mengancam untuk tiada akan mengupayakan Israel dengan cara bukan ada memberikan senjata ofensif.
“Saya telah lama diimplementasikan menyatakan secara jelas bahwa jika merek pergi ke Rafah, saya tidaklah akan lagi memasok senjata yang mana digunakan untuk menyerang,” kata Biden dilansir CNN, Jumat (10/5/2024).
Biden jengkel kepada Netanyahu yang dimaksud digunakan ia sebut terus menggunakan bom atau senjata yang dimaksud dimaksud selama ini dikirim AS untuk menyerang warga sipil. Berbagai senjata lalu juga bom itu menurutnya telah terjadi dilaksanakan terus digunakan ke pusat-pusat penduduk.
“Warga sipil sudah pernah tewas dalam Gaza sebagai konsekuensi dari bom-bom itu kemudian juga cara-cara lain yang digunakan itu merekan lakukan dalam tempat pusat-pusat populasi,” tegas Biden.
Pernyataan Biden ini sekaligus menjadi bentuk pengakuannya bahwa Amerika Serikat selama ini memasok senjata ke Israel yang mana dimaksud digunakan untuk menyerang rakyat Gaza. Termasuk senjata dalam serangan tujuh bulan terakhir oleh Israel ke wilayah Gaza sejak Hamas menyerang Israel pada 7 Oktober 2023.
Namun, Bidan menekankan, penghentian pasokan senjata ini bukan ada dalam arti AS meninggalkan Israel untuk mempertahankan keamanannya. Melainkan untuk memohon Israel menghentikan invasi ke Rafah, kota lebih banyak lanjut dari satu jt warga sipil Palestina berlindung dari bom-bom serta serangan darat Israel.
“Kami akan terus melakukan konfirmasi Israel aman dalam hal sistem keamanan Iron Dome kemudian kemampuan merek untuk menanggapi serangan dari luar, dari wilayah Timur Tengah baru-baru ini,” katanya.
“Tapi itu (invasi ke Rafah), itu salah. Kami bukan akan melakukannya – kami tak akan memasok senjata juga juga peluru artileri,” tegas Biden.
AS sudah menghentikan pengiriman “amunisi muatan tinggi” oleh sebab itu kemungkinan operasi Israel dalam Rafah tanpa rencana untuk melindungi warga sipil, menurut Pentagon. Pemerintah mengatakan sedang meninjau prospek perdagangan atau transfer amunisi lainnya.