Home / Daerah / Tedjowulan Tegaskan Fadli Zon Masuk Sanggabuwana Keraton Solo Tak Lecehkan Adat

Tedjowulan Tegaskan Fadli Zon Masuk Sanggabuwana Keraton Solo Tak Lecehkan Adat

Kunjungan Menteri Kebudayaan Fadli Zon ke Keraton Solo pada Januari 2025. Foto: Dok. Kanjeng Pakoenegoro

Solo,REDAKSI17.COM – Mahamenteri Kanjeng Gusti Panembahan Agung (KGPA) Tedjowulan menegaskan Menteri Kebudayaan Fadli Zon tidak melanggar adat karena masuk ke Panggung Sanggabuwana saat peresmian pascarevitalisasi, Selasa (16/12) pekan lalu.
Penegasan tersebut disampaikan melalui juru bicaranya, sebagai respons atas pernyataan GKR Panembahan Timoer Rumbay Kusuma Dewayani yang sebelumnya menyebut ada pelecahan adat lantaran Fadli Zon masuk ke Sanggabuwana.

Juru bicara KGPA Tedjowulan, Kanjeng Pakoenegoro, mengatakan Fadli Zon masuk ke Panggung Sanggabuwana sudah seizin Mahamenteri. Saat Fadli Zon masuk ke Panggung Sanggabuwana juga disaksikan oleh KGPA Tedjowulan.

“Tidak ada (pelecehan adat), seluruh rangkaian kegiatan peresmian Tata Pamer Museum dan Panggung Sanggabuwana Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat sudah seizin Maha Menteri KGPA Tedjowulan sebagai pelaksana fungsi ad interim Raja atau Sunan di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan Ketua Tim Lima Revitalisasi Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat,” kata Pakoenegoro dalam keterangan tertulis yang diterima detikJateng, Rabu (24/12/2025).

Pihaknya juga mempertanyakan kenapa hal itu baru dipersoalkan sekarang. Pasalnya, Fadli Zon juga pernah masuk dan naik ke Sanggabuwana pada Januari lalu.

“Pada kunjungan kerja Pak Fadli Zon pada 23 Januari 2025 ketika SISKS Paku Buwono XIII taksih (masih) sehat, beliau (Fadli Zon) juga masuk dan naik ke Panggung Sanggabuwana dan tidak ada persoalan apa pun,” pungkasnya.

Tudingan Pelecehan Adat
Diberitakan sebelumnya, Fadli Zon meresmikan Panggung Sanggabuwana dan Museum Keraton Solo pascarevitalisasi, Selasa (16/12). Setelah itu, pihak Paku Buwono (PB) XIV Purbaya menuding ada pelecehan adat saat rombongan Kementerian Kebudayaan dan Paku Buwono XIV Mangkubumi masuk ke dalam Panggung Sanggabuwana.

Keesokan harinya, Penganggeng Sasana Wilapa versi Paku Buwono XIV Purbaya, GKR Panembahan Timoer Rumbay Kusuma Dewayani menuding ada pelecehan adat saat rombongan Kementerian Kebudayaan dan Paku Buwono XIV Mangkubumi masuk ke dalam Panggung Sanggabuwana. Hal itu terkait Panggung Sanggabuwana yang dianggap sakral.

“Ya, setahu kami, itu tempat sakral yang dipergunakan hanya untuk raja dan orang-orang yang, sudah disumpah raja untuk melakukan upacara, itu saja,” katanya saat dihubungi awak media, Rabu (17/12).

Pihaknya mengaku tidak menyangka bahwa Menteri Kebudayaan Fadli Zon akan masuk ke dalam Sanggabuwana saat peresmian. Dia menuding hal itu sebagai pelecehan adat.

“Kalau yang Sanggabuwana, kami tidak diajak rembukan untuk masalah, mereka akan naik. Menurut saya sih itu pelecehan, pelecehan adat ya,” kata dia.

Respons Fadli Zon
Fadli Zon pun buka suara soal tudingan pihak Paku Buwono (PB) XIV Purbaya yang mengatakan dirinya melecehkan adat karena memasuki Panggung Sanggabuwana. Ia menyebut, dirinya sudah beberapa kali memasuki Sanggabuwana.

“Pertama saya sudah sudah berkali-kali naik ke Sanggabuwana itu. Malah saya diminta oleh Ketua Tim 5 Panembahan Agung Tedjowulan dan juga oleh KGPH Hangabehi (PB XIV Mangkubumi). Bahkan saya menggunakan beskap,” kata Fadli Zon di TBRS Semarang, Jumat (19/12).

Ia mengatakan, dirinya sebagai Menbud juga perlu mengecek progres revitalisasi Sanggabuwana secara langsung. Terlebih, Paku Buwono XIV Mangkubumi membukakan pintu Sanggabuwana untuk mempersilakan Fadli Zon masuk.

“Selain itu tentu kan kami yang merevitalisasi. Kita harus cek hasil pekerjaannya. Mulai dari temboknya, dari catnya, itu kan dari kita semua. Jadi, anggapan itu sama sekali keliru,” tuturnya.

“Yang membukakan juga dari pihak keraton, mempersilakan, bahkan tempatnya ganti baju pun disiapkan. Jadi, semuanya sesuai dengan adat tata caranya,” lanjutnya.

Menurutnya, tujuan ia memasuki Sanggabuwana hanyalah mengecek revitalisasi dengan harapan hasilnya sudah baik. “Kita sebagai bagian dari pemerintah yang melihat itu untuk melihat hasil kerjanya, apakah sesuai dengan harapan kita dan ternyata berjalan dengan baik,” tuturnya.

“Sekarang Sanggabuwana yang tadinya keropos, banyak dimakan rayap, tembok-temboknya lembab, dan lain-lain. Sekarang sudah tampil kembali gagah sebagai cagar budaya kita, gedung tertinggi, menara tertinggi dulu di Tanah Jawa,” lanjutnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *