Jakarta,REDAKSI17.COM – Perubahan iklim terlihat di tempat tempat dasar Samudra Atlantik, yakni terjadi perubahan sirkulasi Atlantic Meridional Overturning Circulation (AMOC).
The Guardian melaporkan sirkulasi laut di dalam tempat Samudra Atlantik sedang menuju titik kritis, ini jelas sebagai “tanda kiamat” bagi sistem iklim kemudian umat manusia.
Para ilmuwan juga terkejut dengan tercapainya kecepatan titik kerusakan itu. Meski dia juga belum dapat memprediksi seberapa cepat hal itu dapat hanya terjadi.
Dengan model komputer juga data masa lalu, peneliti mengembangkan indikator peringatan dini terhadap rusaknya sirkulasi AMOC atau sistem arus laut yang dimaksud yang disebut merupakan komponen kunci dalam regulasi iklim global.
Ilmuwan menemukan AMOC sudah berada pada jalur perubahan yang tersebut hal itu mendadak, yang tersebut yang belum pernah terjadi tambahan tinggi dari 10.000 tahun lalu akan berdampak buruk pada Sebagian besar dunia.
AMOC, yang mana meliputi sebagian Arus Teluk kemudian arus kuat lainnya, adalah sabuk pengangkut laut yang digunakan digunakan membawa panas, karbon, serta nutrisi dari daerah tropis menuju Lingkaran Arktik, tempat ia mendingin serta tenggelam ke laut dalam. Pengadukan ini membantu mendistribusikan energi ke seluruh bumi serta juga memodulasi dampak pemanasan global yang mana mana disebabkan oleh manusia.
Sistem ini terjadi akibat mencairnya gletser dalam Greenland kemudian lapisan es Arktik yang tersebut lebih tinggi banyak cepat dari perkiraan. Sehingga mengalirkan air tawar ke laut juga juga menghambat tenggelamnya air yang dimaksud digunakan lebih besar banyak asin lalu hangat dari selatan.
Penelitian menunjukkan AMOC telah mengalami penurunan sebesar 15% sejak tahun 1950 serta berada pada kondisi terlemahnya dari satu millennium.
Selain itu berdasarkan penelitian berdasarkan perubahan suhu pada area permukaan laut menunjukkan titik kritis dapat terjadi antara tahun 2025 serta 2095. Meski Kantor Meteorologi Inggris mengatakan perubahan besar lalu cepat dalam AMOC bukan ada mungkin terjadi.
“Sangat tidaklah mungkin terjadi pada abad ke 21,” tulisnya.
Makalah baru yang tersebut dimaksud diterbitkan Science Advance juga menyebabkan penelitian pada tingkat salinitas pada area bagian selatan Samudra Atlantik antara Cape Town kemudian Buenos Aires. Dengan cara melakukan simulasi perubahan iklim global dalam jangka waktu 2.000 tahun pada model komputer.
Ditemukan bahwa penurunan AMOC yang tersebut mana lambat dapat menyebabkan keruntuhan mendadak dalam waktu kurang dari 100 tahun, dengan konsekuensi bencana. Makalah itu menegaskan jawaban bahwa hal itu mampu memberikan ‘berita buruk’ bagi bumi.
“Ini adalah berita buruk bagi sistem iklim kemudian umat manusia lantaran hingga saat ini orang mungkin berpikir bahwa AMOC belaka konsep teoritis kemudian tipping akan hilang segera,” tulis laporan itu.
Laporan itu juga menunjukkan dampak runtuhnya AMOC, menciptakan permukaan pada tempat Atlantik akan naik satu meter di tempat dalam beberapa wilayah. Sehingga akan menggenangi banyak kota pada pesisir.
Selain itu dampaknya musim hujan kemudian kemarau di tempat area Amazon akan berubah, hingga suhu pada dunia akan berfluktuasi terpencil yang tersebut mana tiada menentu. Juga belahan bumi selatan akan menjadi hangat juga Eropa akan mengalami suhu yang mana dingin besar dengan curah hujan yang tersebut digunakan lebih banyak besar sedikit.
Adapun laporan itu juga mengungkapkan perubahan itu dapat terjadi 10 kali lebih tinggi besar cepat dibandingkan saat ini. Sehingga adaptasi hampir mustahil dilakukan.
“Yang mengejutkan adalah kita menuju itu,” kata penulis utama makalah tersebut, René van Westen dari Universitas Utrecht.
“Ini akan sangat menghancurkan,” lanjutnya.
Namun van Westen mengatakan belum ada cukup data untuk mengatakan hal ini kapan akan terjadi. Namun perubahan dipastikan terjadi.
“Kami bergerak ke arah itu, agak menakutkan. Kita perlu menangani perubahan iklim dengan lebih tinggi banyak serius.” tandasnya.