Yogyakarta (22/04/2025) REDAKSI17.COM – Dalam menghadapi tantangan abad ke-21, pemimpin harus ikut bertransformasi menjadi manajer. Peran tersebut, harus menyatu dan melekat, dalam sosok pemimpin yang mampu menjawab tantangan zaman.
Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X menyampaikan hal demikian pada Kunjungan Studi Strategis Dalam Negeri (SSDN) P4N LXVIII TA 2025 Lemhanas, Selasa (22/04) di Gedhong Pracimasana, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta. SSDN 2025 dilaksanakan di 4 provinsi yaitu Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah dan DIY. Pemilihan keempat provinsi tersebut, didasarkan pada pertimbangan, bahwa masing-masing provinsi tersebut memiliki karakteristik kondisi wilayah yang spesifik dan dibutuhkan pemimpin dalam mengelolanya.
Sri Sultan juga mengajak para pemimpin untuk tidak hanya berfokus pada kekuasaan, tetapi juga pada nilai-nilai yang berpihak pada rakyat. “Kepemimpinan di abad ke-21 harus bertransformasi. Seorang pemimpin harus mampu menjawab tantangan zaman dengan bijak,” ujar Sri Sultan.
Kepemimpinan sejati bukan diukur dari seberapa jauh ia melangkah, atau seberapa tinggi kuasa diraih, melainkan kepemimpinan yang berpihak pada nilai dan arah, menuju kesejahteraan rakyatnya. Sri Sultan berharap, bahwa giat hari ini bukan sekedar pertemuan gagasan, tetapi juga pijakan bersama, menuju Indonesia yang lebih arif, adil, dan bermartabat.
Dalam kunjungan tersebut Sri Sultan menjelaskan, hingga saat ini, Yogyakarta tetap teguh sebagai pusat kebudayaan yang kaya akan nilai-nilai luhur. Filosofi Hamemayu Hayuning Bawana sebagai landasan dalam kepemimpinan modern. Filosofi ini menjadi blueprint moralitas bagi aparatur negara dalam menjalankan tugas pengabdian. Falsafah ini sekaligus menjadi panduan moral menciptakan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.
Ada tiga nilai adiluhung yang terkandung dalam filosofi Hamemayu Hayuning Bawana. Pertama, Rahayuning Bawana Kapurba Waskithaning Manungsa. Nilai ini menekankan pentingnya kebijaksanaan manusia. Kemudian Darmaning Satriya Mahanani Rahayuning Nagara, yang menggarisbawahi tanggung jawab menjaga keselamatan negara. Terakhir, Rahayuning Manungsa Dumadi Karana Kamanungsane, yang menempatkan kemanusiaan sebagai inti dari kesejahteraan sosial.
“Di DIY, nilai ini disinergikan oleh prinsip ‘sawiji, greget, sengguh, ora mingkuh,’ fokus yang menyatu, semangat yang menyala, keyakinan diri yang rendah hati, dan tanggung jawab yang tak tergoyahkan. Inilah kerangka kerja kebudayaan khas Yogyakarta, yang menjadi sendi pemerintahan dan transformasi birokrasi di DIY,” jelas Sri Sultan.
Pimpinan rombongan kunjungan studi ini, Marsda TNI Djoko Tjahjono, pada kesempatan tersebut menjelaskan, program ini dilakukan dalam rangka mencetak dan mempersiapkan kader-kader pemimpin nasiona. Program pendidikan ini, dilaksanakan selama 6 bulan, dengan komposisi peserta terdiri dari TNI, Polri, Aparatur Sipil Negara (ASN), Non ASN, termasuk peserta dari negara sahabat.
Program ini merupakan salah satu kegiatan utama berupa kunjungan studi strategis, dengan cara melakukan orientasi, dalam rangka meningkatkan kemampuan para peserta didik dalam menganalisis dan memahami berbagai permasalahan yang terjadi di suatu daerah. Aspek yang dianalisa adalah Pancagatra (Ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, dan Hankam). Pemimpin Nasional yang dihasilkan melalui program ini, diharapkan kelak akan mampu menterjemahkan dan mengimplementasikan cita-cita tujuan nasional, yang tertuang dalam Asta Cita dan RPJMN 2025-2029, dalam berbagai lingkup tugas kedepan sebagai kader pimpinan nasional.
“Kami berharap, melalui SSDN ini, peserta dapat memahami dan menganalisis berbagai permasalahan yang ada di daerah,” ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama,Sekda DIY, Beny Suharsono turut memaparkan 5 isu strategis di DIY terkait urusan sosial, diantaranya; kemiskinan, penyandang disabilitas, anak terlantar, kebencanaan, dan lanjut usia. Pemda DIY telah melakukan berbagai hal dalam rangka mengatasi masalah tersebut, seperti pemanfaatan camp assessment, perlindungan anak melalui Rumah Perlindungan Sosial (RPS) Anak, perlindungan kelompok marginal melalui Shelter PPKS, fasilitasi pendampingan dan family support lanjut usia, pembinaan Tagana dan Sahabat Tagana, penyaluran bantuan sosial seumur hidup bagi lansia berusia 60 tahun keatas dengan target 8 ribu penerima bantuan per-bulan.
Humas Pemda DIY