Home / Ekobis / Termasuk Perang, Sri Mulyani Ungkap Alasan Dunia Kini Masih Gelap

Termasuk Perang, Sri Mulyani Ungkap Alasan Dunia Kini Masih Gelap

Termasuk Perang, Sri Mulyani Ungkap Alasan Dunia Kini Masih Gelap

Tbilisi,REDAKSI17.COM  – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati meyakini pertumbuhan perekonomian dunia tetap lambat beberapa tahun ke depan. Ini tak lepas dari dampak perang hingga tren suku bunga acuan tinggi.

Demikianlah disampaikan Sri Mulyani dalam Pertemuan Tahunan Asian Development Bank (ADB) pada tempat Tbilisi, Georgia akhir pekan lalu.

“Kita sudah lama menyaksikan bersama-sama situasi perekonomian global yang mana dimaksud sangat menantang dalam 2 tahun terakhir. Meskipun telah terjadi terjadi menunjukkan ketahanan lalu diperkirakan akan terus tumbuh, pertumbuhan kegiatan dunia usaha global akan tetap lambat dalam beberapa tahun ke depan,” ungkapnya.

Perang Rusia juga Ukraina belum usai walau sudah berjalan selama dua tahun. Kemudian ditambah dengan perang antara Israel kemudian Hammas, ketegangan pada dalam Laut Merah serta terbaru adalah antara Israel lalu juga Iran.

“Konflik geopolitik yang itu terus berlanjut sudah memperbaharui risiko lonjakan nilai komoditas, yang tersebut memacu kenaikan inflasi,” ujarnya.

Lonjakan inflasi direspons dengan kenaikan suku bunga acuan. Seperti yang digunakan yang dikerjakan oleh Amerika Serikat (AS) menaikkan suku bunga atau Fed Fund Rate secara agresif kemudian justru menimbulkan gejolak di tempat area pasar keuangan.

“Lonjakan inflasi yang tersebut dimaksud baru terjadi dalam beberapa bulan terakhir serta masih kuatnya kinerja sektor ekonomi AS sudah pernah memicu ekspektasi akan suku bunga global yang tersebut hal tersebut tinggi untuk jangka waktu yang mana dimaksud lebih besar banyak lama,” ujarnya.

“Ini memicu fenomena penguatan dolar AS yang mana digunakan memberikan tekanan kepada negara-negara berkembang,” tegas Sri Mulyani.

Aliran modal bergerak menuju AS (capital outflow) serta memacu depresiasi mata uang lokal negara berkembang seperti yang dimaksud dimaksud terjadi pada rupiah. Situasi lebih lanjut banyak buruk dialami negara miskin oleh sebab itu bunga tinggi menghasilkan utang melonjak.

“Biaya pinjaman yang digunakan dimaksud lebih lanjut tinggi tinggi juga menyebabkan banyak negara menghadapi keterbatasan ruang kebijakan, dikarenakan beban utang meningkat lalu kerentanan mereka itu terhadap tekanan utang juga meningkat,” ujarnya.

Laporan ADB mengenai Asian Development Outlook (ADO) yang dimaksud dirilis pada April 2024, menunjukkan negara berkembang di dalam dalam Asia diperkirakan akan mengalami pertumbuhan yang digunakan solid tahun ini, meskipun ada ketidakpastian dalam konteks global.

Pada tahun 2024 kemudian 2025, negara-negara berkembang pada Asia diproyeksikan tumbuh sebesar 4,9%, sedikit lebih banyak tinggi rendah dibandingkan pertumbuhan tahun 2023 sebesar 5,0%.


Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *