Jakarta,REDAKSI17.COM – Dewan Keamanan PBB sudah pernah mengadopsi resolusi proposal tiga fase penyanderaan untuk gencatan senjata di dalam tempat Gaza versi Amerika Serikat (AS), Senin. Ini pertama kalinya badan yang dimaksud mengupayakan perjanjian perdamaian komprehensif untuk mengakhiri perang Gaza.
Empat belas anggota dewan memberikan pernyataan untuk resolusi. Hanya Rusia yang digunakan mana abstain terhadap resolusi tersebut.
Duta Besar Rusia untuk PBB, Vassily Nebenzia, mengatakan bahwa Moskow miliki alasan kuat mengapa abstain dari resolusi itu. Ia menyebut proposal rincian rencana tiga fase AS itu belum diungkapkan dengan rinci serta mempunyai banyak pertanyaan.
“Hamas diminta untuk menerima apa yang mana digunakan disebut kesepakatan ini, namun masih belum ada kejelasan yang digunakan dimaksud jelas mengenai kesepakatan resmi dari Israel,” kata Nebenzia dikutip TRT World, Rabu (12/6/2024).
N
ebenzia mengatakan pihaknya ragu Israel akan mengakhiri pembantaiannya pada dalam daerah kantong yang digunakan diblokade tersebut. Pasalnya, hingga saat ini, Tel Aviv belum memberikan sinyal mundur dari operasi militernya dalam dalam Gaza, bahkan malah ingin melanjutkannya sampat Hamas benar-benar lenyap.
“Mengingat banyaknya pernyataan Israel mengenai perpanjangan perang hingga Hamas benar-benar dikalahkan…apa secara spesifik yang tersebut digunakan disetujui Israel?,” tambahnya.
Meski begitu, Duta Besar Aljazair untuk PBB, Amar Bendjama, yang dimaksud yang merupakan perwakilan Arab di tempat area dewan tersebut, mengatakan bahwa meskipun naskah yang mana belum sempurna, teks hal itu menawarkan secercah harapan bagi rakyat Palestina, yang dimaksud digunakan saat ini terus mengalami penyiksaan kemudian pembunuhan.
“Kami memilih teks ini untuk memberikan prospek diplomasi untuk mencapai kesepakatan yang digunakan mana akan mengakhiri agresi terhadap rakyat Palestina yang mana yang disebut sudah berlangsung terlalu lama,” tambah Bendjama.
Sebelumnya, pihak AS mengatakan proposal perdamaian yang digunakan digunakan dirancang oleh Presiden Joe Biden itu sudah dikirimkan kepada Hamas lalu Israel. Tawaran itu terdiri dari tiga fase penting, yakni gencatan senjata pembebasan sandera Israel juga tahanan Palestina serta rekonstruksi Gaza.
Dalam fase pertama, Biden mengatakan gencatan senjata akan berlangsung selama enam minggu. Ini akan mencakup gencatan senjata penuh juga menyeluruh, pada mana poin-poinnya adalah penarikan pasukan Israel dari semua wilayah berpenduduk dalam Gaza, pembebasan banyak sandera termasuk perempuan kemudian juga lanjut usia, serta yang tersebut mana terluka dengan imbalan pembebasan ratusan tahanan Palestina.
Lalu, dalam fase kedua, Biden menyebut ada upaya untuk mengakhiri permusuhan secara permanen. Namun, ia menambahkan, negosiasi untuk mencapai tahap kedua bisa saja belaka memakan waktu lebih lanjut lanjut dari enam minggu lantaran akan terjadi perbedaan pendapat di tempat dalam antara kedua belah pihak.
Di fase ketiga, rekonstruksi akan dijalankan terhadap Gaza secara besar-besaran. Sisa sandera yang digunakan mana terbunuh, juga akan dikembalikan ke keluarga mereka.
Proposal itu sendiri disambut baik oleh Hamas, Jihad Islam, lalu PA. Dalam pernyataannya, Hamas mengatakan siap bekerja sebanding dengan para mediator untuk menerapkan prinsip-prinsip rencana tersebut.
“Hamas menyambut baik apa yang digunakan mana termasuk dalam resolusi Dewan Keamanan yang mana dimaksud menegaskan gencatan senjata permanen pada Gaza, penarikan penuh, pertukaran tahanan, rekonstruksi, pengembalian pengungsi ke daerah tempat tinggal mereka, penolakan terhadap perubahan demografi atau pengurangan apa pun dalam tempat wilayah Jalur Gaza, juga pengiriman bantuan yang dimaksud mana dibutuhkan kepada rakyat kami pada Jalur Gaza,” kata kelompok militan itu dalam sebuah pernyataan yang itu dikutip Reuters.
Di sisi lain, belum ada komentar resmi dari pihak Israel terkait hal ini. Namun Penasihat Menteri Reut Shapir Ben Naftaly mengatakan posisi Israel tetap kuat pada demiliterisasi Hamas.
“Ini juga berarti bahwa Israel tidaklah akan terlibat dalam perundingan yang dimaksud mana tak berarti kemudian tanpa akhir, yang dimaksud hal tersebut dapat dimanfaatkan oleh Hamas sebagai cara untuk mengulur waktu,” tambahnya.