Home / Teknologi / Terungkap! Baterai LFP Ternyata Lebih Murah dari Nikel, Tapi..

Terungkap! Baterai LFP Ternyata Lebih Murah dari Nikel, Tapi..

Terungkap! Baterai LFP Ternyata Lebih Murah dari Nikel, Tapi..

Jakarta,REDAKSI17.COM – Beberapa minggu belakangan ini topik mengenai pemanfaatan akumulator berbasis Nickel-Mangan-Cobalt (NMC) kemudian sel berbasis Lithium Ferro Phosphate (LFP) oleh Tesla menjadi sorotan publik. Terutama seusai debat Cawapres yang digunakan itu digelar KPU beberapa waktu lalu.

Awalnya, Calon Wakil Presiden (Cawapres) nomor urut 1, Gibran Rakabuming Raka menuding Co-captain AMIN Thomas Lembong, melakukan kebohongan publik, lantaran menyebut Tesla sudah tak lagi menggunakan nikel kemudian beralih menggunakan LFP. Padahal, menurut Gibran Tesla masih menggunakan komponen nikel.

Pro kontra mengenai pemanfaatan sel Tesla juga menyebabkan para pembantu Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) akhirnya turun gunung. Diantaranya seperti Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman juga Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan lalu juga Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia.

Terlepas dari kontroversi dalam tempat atas, Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri sektor ESDM, Agus Tjahajana Wirakusumah memberikan penjelasan mengenai perbedaan penyimpan daya berbasis LFP dengan akumulator berbasis NMC.

Agus menjelaskan ketersediaan dari suatu item menjadi penentu tarif dari barang itu sendiri. Sementara pada dunia saat ini, ketersediaan NMC lebih tinggi lanjut sedikit dibandingkan dengan LFP. Karena itu, harga jual jual NMC otomatis tambahan tinggi mahal dibandingkan sel berbasis LFP.

Namun, dari sisi kualitas, menurut Agus elemen penyimpan daya berbasis LFP mempunyai kandungan kepadatan energi (RI) yang mana lebih tinggi besar rendah daripada elemen penyimpan daya berbasis NMC. Agus mencontohkan, apabila akumulator berbasis NMC mempunyai kapasitas penyimpanan skala 10, maka untuk LFP semata-mata sekali 5.

Artinya apabila kepadatan energi dari LFP ingin menyamai NMC, maka kapasitas baterainya harus diperbesar. Sehingga untuk mobil-mobil premium, pemakaian elemen penyimpan daya berbasis LFP dinilai kurang cocok.

“Kalau kamu pakai mobil mahal habis beratnya dengan baterai, ya gak cocok. Jadi kalau barang mahal pakai akumulator mahal yang mana mana enteng jarak masih berjauhan jadi LFP akan bagus untuk kendaraan yang digunakan digunakan truk atau bus. Karena dia gak tergantung berat,” kata Agus ditemui dalam Gedung Kementerian ESDM, dikutip Senin (29/1/2024).

Meski begitu, penyimpan daya yang digunakan berbasis LFP dinilai mempunyai umur yang digunakan lebih banyak banyak panjang dibandingkan dengan NMC. Hal itu dapat terlihat dari panas yang dimaksud dihasilkan dari penyimpan daya jenis LFP itu sendiri

“LFP itu panasnya lebih besar tinggi kecil. Karena dayanya rendah. Kalau panas lebih banyak tinggi tinggi umurnya jadi pendek tapi semuanya lagi dicoba supaya umur tambahan panjang, jarak tempuh panjang itu yang digunakan yang jadi tantangan teknologi,” kata dia.


Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *