Home / Daerah / Terus Hujan, Masyarakat Diimbau Waspadai Bahaya Lahar

Terus Hujan, Masyarakat Diimbau Waspadai Bahaya Lahar

Yogyakarta (10/12/2024) REDAKSI17.COM – Sejak beberapa hari terakhir hingga Selasa (10/12), hujan terus mengguyur di wilayah puncak dan lereng Gunung Merapi dengan volume, durasi, dan intensitas yang berbeda-beda. Menyusul kondisi tersebut, Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kebencanaan Geologi (BPPTKG) pun mengimbau untuk mewaspadai bahaya lahar, terutama bagi masyarakat yang berada di sekitar sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi serta Awan Panas Guguran di daerah potensi bahaya.

Secara berkala, pemberitahuan terkini mengenai informasi hujan yang terjadi di sekitar puncak dan lereng Gunung Merapi dilaporkan BPPTKG kepada masyarakat melalui akun media sosial X (@BPPTKG) dan Instagram (BPPTKG). Seperti sebelumnya, pada Minggu (08/12) pukul 16:36 WIB, BPPTKG melaporkan bahwa terjadi hujan di puncak dan lereng Gunung Merapi mulai pukul 14:16 WIB, dengan volume 35 mm, durasi 2 jam 20 menit, dan intensitas 15 mm/jam. Sementara, pada Senin (09/12) pukul 03:53 WIB, hujan di puncak dan lereng Gunung Merapi dilaporkan terjadi mulai pukul 03:15 WIB dengan volume 31 mm, durasi 36 menit, dan intensitas 51 mm/jam.

Adapun pada Selasa (10/12), hujan kembali dilaporkan mengguyur sekitar puncak dan lereng Gunung Merapi dengan volume, durasi, dan intensitas yang berbeda-beda. Pada pukul 11:25 WIB, BPPTKG menyampaikan, terjadi hujan di puncak dan lereng Gunung Merapi mulai pukul 11:11 WIB dengan volume 2 mm, durasi 11 menit, dan intensitas 11 mm/jam. Sedangkan pada pukul 13:50 WIB, dilaporkan hujan terjadi di puncak dan lereng Gunung Merapi mulai pukul 12:04 WIB dengan volume 38 mm, durasi 1 jam 43 menit, dan intensitas 38 mm/jam. Pada pukul 17:35 WIB, BPPTKG pun kembali mengupdate bahwa terjadi hujan di puncak dan lereng Gunung Merapi mulai pukul 15:50 WIB dengan volume 78 mm, durasi 1 jam 42 menit, dan intensitas 79 mm/jam.

Kondisi curah hujan yang terus mengguyur di sekitar puncak dan lereng Gunung Merapi dalam beberapa hari terakhir ini, kemudian membuat BPPTKG memantau dengan intens potensi lahar hujan di Gunung Merapi. Menurut Kepala BPPTKG, Agus Budi Santoso, potensi terjadinya lahar hujan dari Gunung Merapi sangat tinggi, utamanya di sungai-sungai yang berhulu di Merapi.

“Secara potensi sendiri, bahaya lahar di Gunung Merapi ini masih tinggi ya karena endapan awan panasnya juga cukup lumayan akibat dari erupsi sudah berlangsung 4 tahun ini. Sehingga material-materialnya tertimbun di hulu-hulu sungai yang merupakan arah erupsi saat ini, yaitu di barat daya. Jadi, material yang berpotensi untuk menjadi lahar di Gunung Merapi ini cukup banyak, puluhan juta meter kubik,” jelas Agus saat dihubungi pada Senin (09/10).

Meskipun hingga kini belum ada laporan terkait kejadian lahar di sungai yang berhulu di Gunung Merapi, masyarakat tetap diminta untuk terus memantau perkembangan situasi dan mengikuti arahan dari pihak berwenang demi keselamatan. Agus pun menyebutkan, terdapat empat faktor yang menyebabkan terjadinya lahar hujan.

“Pertama, itu ada endapan awan panas hasil erupsi yang sedang terjadi atau hasil erupsi yang telah lalu. Yang kedua, mungkin ini termasuk yang satu juga ya karena dia erupsi, dia mengandung abu, abu vulkanik yang kandungannya cukup cukup besar ya, lebih dari 3 persen kalau nggak salah,” jelas Agus.

Kemudian faktor ketiga adalah tingkat kemiringan. Dikatakan Agus, Gunung Merapi yang berbentuk kerucut berpotensi menjadikan material yang tertimbun menjadi lahar hujan. Faktor terakhir ialah intensitas curah hujan.

Terkait intensitas curah hujan, Agus menuturkan, pihaknya tidak bisa memastikan berapa tepatnya angka intensitas curah hujan yang mampu menggugurkan material yang tertimbun hingga menjadikan lahar hujan. “Tidak ada angka yang fix ya, paling kita kasih rentang, biasanya dari 20 sampai 60 milimeter per jam ya, ini terjadi lebih dari 1 jam,” ujar Agus.

Agus menyatakan, lantaran belum bisa memastikan angka pasti intensitas curah hujan, untuk mengantisipasi atau menjadi peringatan dini, biasanya pihak Agus akan memberikan notifikasi hujan ketika terjadi curah hujan lebih dari 10 milimeter per jam, pada 10 menit pertama. “Kemudian, nanti kita update biasanya. Misalnya, ternyata curahnya sampai 60 milimeter per jam itu kan deras banget. Nah, kita update setiap 10 menit terus,” kata Agus.

BPTTKG juga telah melakukan assesmen potensi bahaya dari lahar hujan ini. Lahar hujan yang mungkin terjadi dengan pergerakan yang saat ini, bisa menjangkau sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi hingga belasan kilometer.

“Kalau Kali Boyong ini sampai 14 km, kalau Kali Krasak, Kopeng, ini sampai 20 km, emang jauh ya. Tapi penilaian bahaya potensi lahar ini lebih ke apakah alirannya akan melimpas (meluap) ke pemukiman atau tidak. Nah, ini ternyata hasil dari pemodelan kami meskipun jauh, ini mudah-mudahan tidak melimpas (meluap) sehingga masih aman,” papar Agus.

Selain potensi membahayakan rumah-rumah di bantaran Sungai, Agus mengungkapkan, terdapat pihak-pihak yang lebih rentan terdampak bahaya lahar hujan, seperti penambang pasir hingga pelaku wisata. Untuk itu, langkah preventif yang dilakukan BPPTKG agar tidak ada korban jiwa dari kelompok rentan tersebut, yakni dengan membagikan notifikasi dari grup WhatsApp yang sudah teraviliasi.

“Notifikasi ini kami sampaikan, untuk sementara ini ke grup ya. Grup pihak berkepentingan, dari instansi pemerintah, relawan, sampai masyarakat. Mudah-mudahan sudah menjangkau semua, termasuk para penambang. Dan kita lakukan secara otomatis, sehingga jika ini terjadi malam hari notifikasi itu (terus) berlangsung,” pungkas Agus.

Terpisah, sejak Selasa (26/11), Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad juga telah meminta masyarakat mewaspadai potensi bencana banjir lahar hujan Gunung Merapi selama musim hujan di DIY. Menurut Noviar, curah hujan yang tinggi bisa meningkatkan volume air di puncak Gunung Merapi, sehingga berpotensi memicu banjir lahar hujan apabila bercampur dengan endapan material vulkanik. Oleh karena itu, potensi aliran lahar hujan di sejumlah sungai berhulu Gunung Merapi seperti Sungai Gendol, Bedog, Bebeng, serta Boyong, perlu diwaspadai.

“Masyarakat yang tinggal atau beraktivitas berada di seputar aliran sungai berhulu Merapi yang perlu diwaspadai adalah banjir lahar hujan. Meningkatnya volume air di puncak Merapi tentu saja akan menjadi potensi terjadinya banjir lahar,” ucap Noviar.

Adapun untuk mengantisipasi banjir lahar hujan dari puncak Merapi tersebut, disebutkan Noviar, BPBD DIY memastikan seluruh perangkat Early Warning System (EWS) atau alat peringatan dini otomatis di sejumlah sungai dalam kondisi aktif. Pihaknya pun telah membentuk dan menyebar Satuan Tugas (Satgas) Siaga Bencana Hidrometeorologi yang siap melakukan penanganan darurat kala terjadi banjir di sejumlah wilayah.

Tidak hanya banjir lahar hujan, Noviar turut mengimbau masyarakat untuk mewaspadai dampak cuaca ekstrem lainnya, seperti tanah longsor yang dapat terjadi di sejumlah kawasan tebing di DIY. “Potensi bencana longsor itu ada di kawasan Kabupaten Kulon Progo, sebagian di Bantul, dan juga Gunungkidul,” tutur Noviar.

Humas Pemda DIY

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *