Home / Ekobis / The Fed Diramal Pangkas Suku Bunga 2x, IHSG Bakal Pesta Pora?

The Fed Diramal Pangkas Suku Bunga 2x, IHSG Bakal Pesta Pora?

The Fed Diramal Pangkas Suku Bunga 2x, IHSG Bakal Pesta Pora?

 

Jakarta,REDAKSI17.COM  – Pasar keuangan Indonesia berhasil mencatatkan penguatan selama dua hari beruntun. Akan tetapi penguatan hal hal tersebut masih terbatas lantaran penanam modal masih menunggu rilis data-data penunjang kebijakan moneter bank sentral.

Investor terus mencermati bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve terkait kapan tren suku bunga tinggi dapat berakhir.

Data-data makro AS juga komentar-komentar para pejabat The Fed mampu menjadi petunjuk, yang mana hal tersebut sudah pernah dirangkum oleh pada dalam halaman tiga. Beserta rencana penting yang digunakan digunakan dapat menjadi sentimen penggerak pasar keuangan Indonesia pada dalam halaman empat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melesat 0,9% ke posisi 7.099,31 pada perdagangan Selasa (4/6/2024). IHSG sempat melesat lebih lanjut lanjut dari 1% serta juga sempat menyentuh kembali level psikologis 7.100. Namun pada tempat akhir perdagangan, penguatan IHSG sedikit terpangkas juga tetap bertahan dalam level psikologis 7.000.

Nilai transaksi indeks pada akhir perdagangan kemarin mencapai sekitar Rp 12 triliun dengan melibatkan 17 miliar lembar saham yang diperdagangkan sebanyak 1,1 jt kali. Sebanyak 291 saham terapresiasi, 273 saham terdepresiasi, serta 214 saham cenderung stabil.

Secara sektoral, sektor konsumer non-primer menjadi penopang terbesar IHSG pada akhir perdagangan kemarin, yakni mencapai 1,23%.

Saham emiten pertambangan mineral Grup Salim yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penopang terbesar IHSG pada hari ini yakni mencapai 35,9 indeks poin.

IHSG kembali bergairahnya dalam tengah melandainya kembali imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) masih mencatatkan penurunan hingga Senin kemarin, menciptakan pasar kembali berselera untuk memburu aset berisiko.

Yield obligasi pemerintah AS (US Treasury) acuan tenor 10 tahun langsung turun 12 basis poin (bp) menjadi 4,39%. Penurunan yield Treasury disinyalir dikarenakan data aktivitas manufaktur AS yang digunakan itu melemah.

Data aktivitas manufaktur AS yang digunakan tergambarkan pada Purchasing Manager’s Index (PMI) versi ISM periode Mei 2024 turun ke hitungan 48,7, dari sebelumnya dalam area bilangan bulat 49,2 pada April lalu. Hal ini menandakan bahwa aktivitas manufaktur Negeri Paman Sam makin berkontraksi.

PMI menggunakan bilangan 50 sebagai titik mula. Jika pada area atas 50, maka artinya dunia bidang perniagaan sedang dalam fase ekspansi. Berlaku juga sebaliknya.

Sementara itu mata uang rupiah perkasa di area tempat hadapan dolar AS. Dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup menguat tipis 0,06% di area area nomor Rp16.215/US$ pada hari ini, Selasa (4/6/2024).

Rupiah menguat di tempat area tengah deflasi sebesar 0,03% month-to-month secara bulanan pada periode Mei akibat turunnya nilai pangan. Terutama beras yang mana dimaksud mengalami deflasi 0,15% mom.

Secara tahunan tumbuh sebesar 2,84% atau tambahan lanjut rendah dibandingkan konsensus yang mana yang disebut dihimpun CNBC Indonesia dari 13 institusi memperkirakan inflasi Mei 2024 diperkirakan menembus 2,94% year on year/yoy.

Inflasi yang tersebut digunakan tambahan rendah ini dinilai cukup baik sebab hal ini terpantau akan lebih lanjut besar menggerakkan perekonomian di dalam tempat tengah kemampuan konsumsi warga yang digunakan dimaksud belum begitu pulih dengan baik.

 

REDAKSI17.COM

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *