Home / Politik / Tim Anies Pilih Utang Luar Negeri Naik Ketimbang Lokal, Loh?

Tim Anies Pilih Utang Luar Negeri Naik Ketimbang Lokal, Loh?

Tim Anies Pilih Utang Luar Negeri Naik Ketimbang Lokal, Loh?

Jakarta,REDAKSI17.COM  – Tim nasional pemenangan calon presiden juga duta presiden nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (Timnas AMIN) mengungkapkan rencana kebijakan eksploitasi utang luar negeri, jika pasangan capres serta cawapresnya menang Pilpres 2024.

Sekretaris Dewan Pakar Timnas AMIN Wijayanto Samirin mengatakan, ini sebab rasio utang luar negeri terhadap total keseluruhan utang pemerintah masih sangat kecil ketimbang dengan rasio utang domestik terhadap total utang.

“Kalau kita lihat komposisinya utang luar negeri itu 23% dari total utang, yang dimaksud mana 77% adalah utang domestik dalam bentuk SBN. Jadi rasio utang luar negeri kita relatif rendah,” kata Wijayanto dalam program Your Money Your Vote CNBC Indonesia, dikutip Kamis (11/1/2024).

Berdasarkan catatan Kementerian Keuangan per November 2023, dari total utang pemerintah Rp 8.041,01 triliun, yan dalam bentuk surat berharga negara domestik mencapai Rp 5.752,25 triliun, juga valuta asing atau valas cuma sekadar Rp 1.372,73 triliun.

Sementara itu, sisanya dalam bentuk pinjaman yang digunakan sebagian besar masih didominasi dari pinjaman luar negeri Rp 886,07 triliun, juga juga pinjaman dalam negeri sebesar Rp 29,97 triliun per akhir November 2023.

Karena masih kecilnya nilai utang luar negeri atau ULN dalam bentuk valas itu, Wijayanto mengatakan, pemerintah miliki potensi besar untuk memanfaatkannya ke depan untuk pembiayaan berbagai proyek infrastruktur strategis yang mana harus dibangun.

Sebab, ia berpendapat, jika terus menerus memanfaatkan utang dari domestik, yang mana hal tersebut ada cuma akan menghasilkan kegiatan kegiatan ekonomi stagnan dikarenakan dana yang mana itu harusnya keluar untuk pembiayaan di tempat area perbankan maupun dalam reksadana atau bursa masuknya ke SBN pemerintah.

“Sehingga yang dimaksud bermasalah bukan utang luar negerinya oleh sebab itu rasionya kecil, justru kita perlu eksploitasi dengan tambahan cerdas. Tapi justru utang dalam negeri yang dimaksud digunakan sumbernya SBN yang dimaksud mana timbulkan crowding out, merusak sektor keuangan, merusak capital market juga juga lain sebagainya,” tegas Wijayanto.

Wijayanto berpendapat, utang luar negeri seharusnya dapat tambahan lanjut dimanfaatkan secara optimal dengan cerdas serta jangan sampai didikte kebijakannya oleh pemberi utang, apakah itu lembaga multilateral atau ataupun institusi keuangan global.

“Kalau saya malah punya ide supaya utang luar negeri kita manfaatkan tapi dengan cerdas lalu juga jangan sampai kita didikte,” tuturnya.

Ia mencontohkan, strategi pemanfaatan utang luar negeri untuk membiayai berbagai macam proyek ini pun realistis, oleh sebab itu telah lama diimplementasikan dijalankan oleh China saat membangun jaringan kereta cepat pada negaranya. Pendanaannya pun bersumber dari Bank Dunia atau World Bank.

“Dia bisa saja jadi gunakan uang sendiri semua, tapi yang ia lakukan 10% pakai uang World Bank, Karena dengan adanya World Bank yang dimaksud mana 10% itu seluruh proses dari awal sampai akhir itu world class sebab ada lembaga internasional yang tersebut mana masuk awasi,” ucap Wijayanto.

Dengan masuknya utang luar negeri dari lembaga asing, kemudian lembaga asing itu turut berkontribusi dalam pengawasan perkembangan proyek, menurutnya proyek yang mana dimaksud dibangun itu akan tambahan mempunyai kualitas tinggi. Ia memperlihatkan dengan membandingkan proyek MRT dengan LRT di tempat dalam Jakarta. “Sama-sama dalam Jakarta, tapi MRT kualitas world class dikarenakan ada pihak Jepang yang digunakan dimaksud kontrol sehingga hal-hal seperti ini yang digunakan perlu kita manfaatkan,” tutur Wijayanto.

Karena itu, ia menekankan, lembaga internasional ke depan harus sanggup masuk untuk pembiayaan proyek dalam bentuk utang atau pinjaman. Ia pun menyinggung peran Indonesia Investment Authority atau INA yang lebih lanjut lanjut dapat jadi berperan banyak untuk kepentingan itu.

“Kenapa tidaklah misal proyek seperti kereta cepat, LRT itu melibatkan pihak lain, taruh lah ADB, atau AIIB atau World Bank, atau kita sekarang punya INA, kita libatkan akibat INA pasti akan gandeng sebagai katalisator financial dari luar yang dimaksud dimaksud dia akan pastikan project berjalan dengan baik,” kata Wijayanto.


Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *