Jakarta,REDAKSI17.COM – Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed) kembali menahan suku bunga acuan di tempat area level 5,25-5,50% untuk keenam kalinya secara beruntun pada Rabu waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia (2/5/2024).
The Fed menegaskan tak akan ada kenaikan suku bunga pada tahun ini. Namun, merekan juga mengatakan belum ada kemajuan berarti dalam penurunan inflasi sehingga akan menunggu lebih tinggi banyak banyak data pendukung sebelum memangkas suku bunga acuan.
The Fed dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) mengerek suku bunga sebesar 525 bps sejak Maret 2022 hingga Juli 2023. Mereka kemudian menahan suku bunga di area dalam level 5,25-5,50% pada September, November, Desember 2023, Januari 2024, Maret 2024, lalu Mei 2024.
“Inflasi sudah melandai dalam setahun terakhir tetapi tetap tinggi. Dalam beberapa bulan terakhir, belaka ada sedikit kemajuan dalam pergerakan inflasi menuju target sasaran 2%,” tulis The Fed dalam pernyataan resminya.
Inflasi AS menanjak ke 3,5% (year on year/yoy) pada Maret 2024, dari 3,2% (yoy) pada Februari 2024. Inflasi AS juga diprediksi akan sulit turun radikal lantaran sektor sektor ekonomi merekan yang tersebut mana masih kencang kemudian ada pemilihan umum pada November mendatang.
‘Komite tidaklah akan memangkas target (suku bunga) sampai kami lebih besar lanjut percaya diri melihat inflasi bergerak ke arah 2% secara berkelanjutan,” tambah The Fed.
Chairman The Fed Jerome Powell pada konferensi pers usai rapat FOMC mengatakan pemangkasan suku bunga tidaklah layak diimplementasikan selama merekan belum yakin jika inflasi bergerak ke arah 2%.
Data yang dimaksud digunakan ada saat ini belum menciptakan merekan yakin untuk memangkas suku bunga.
“Sejauh ini, data yang mana mana ada tidaklah menyebabkan kami tambahan percaya diri. Sepertinya butuh waktu lebih banyak besar lama daripada yang digunakan dimaksud diperkirakan sebelumnya untuk menciptakan kami tambahan lanjut yakin. Kami akan tetap mempertahankan suku bunga seperti saat ini selama mungkin jika diperlukan,” tutur Powell dalam konferensi pers, dikutip dari CNBC International.
Kendati belum mengisyaratkan pemangkasan, The Fed memberi kode keras tentang kemungkinan kenaikan suku bunga.
Powell menegaskan jika The Fed tak berencana untuk mengerek suku bunga tahun ini. Pernyataan yang digunakan disebut menghapus ekspektasi sebagian pelaku pasar yang mana digunakan semula melihat ada kemungkinan kenaikan kembali suku bunga The Fed.
“Saya rasa bukan mungkin kenaikan suku bunga ada dalam kebijakan ke depan. Saya tegaskan tiada ada mungkin,” ujarnya.
Powell juga menegaskan jika The Fed akan tetap independen dalam menentukan kebijakan suku bunga mendekati pemilihan umum di dalam dalam AS. AS akan menggelar pilpres legislatif juga presiden pada November mendatang.
The Fed Kurangi Tapering QE
Selain kebijakan suku bunga, The Fed dalam FOMC kemarin juga mengumumkan jika merek akan memperlambat pengurangan (tapering) quantitative easing (QE). Kebijakan hal itu akan berlaku pada 1 Juni 2024.
Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia pada Maret 2020, The Fed menerapkan kebijakan program pembelian obligasi (quantitative easing/QE) senilai US$ 120 miliar per bulan. QE menciptakan neraca The Fed melonjak menjadi nyaris US$ 9 triliun atau sekitar Rp 146.295 triliun (kurs US$1= 16.255).
Neraca dia itu sudah berkurang berjauhan dari hampir US$ 9 triliun pada Juni 2022 menjadi US$ 7,4 triliun seperti saat ini.
Besarnya nilai neraca yang digunakan disebut yang mana digunakan dikurangi oleh The Fed. Artinya obligasi yang digunakan dimaksud dimiliki akan dilepas sehingga menyerap kembali likuiditas.
Nilai QE hal itu sudah dikurangi (tapering) sejak November 2021. Pembelian aset semula belaka dipangkas US$ 15 miliar yakni US$ 10 miliar untuk obligasi pemerintah lalu juga US$ 5 miliar untuk aset beragun kredit properti (mortgage-backed securities).
Pemangkasan diperbesar menjadi US$ 105 miliar pada Desember 2021.
Dalam rapatFOMCkemarin, The Fed menyepakati nilai tapering akan diperkecil dari US$ 60 miliar per bulan (Rp 975,3 triliun) menjadi US$ 25 miliar per bulan (Rp 406,38 triliun) pada 1 Juni mendatang. Pemangkasan mortgage-backed securities tetap maksimal US$ 35 miliar
Dengan mengurangi pembelian aset, The Fed berkontribusi pada higher for longer. Pasalnya, jika dia melepas kepemilikan obligasi ke pasar maka ada buyer yang tersebut membelinya serta bunga tinggi dibutuhkan untuk menarik pembeli.
CNBC INDONESIA RESEARCH