Jakarta,REDAKSI17.COM – India mengaku puas dengan keputusannya dalam membeli minyak mentah dari Rusia. Ini terjadi saat negara-negara Barat pimpinan Amerika Serikat (AS) memutuskan untuk membekukan pembelian dari Moskow oleh sebab itu keputusan negara itu menyerang Ukraina.
Dalam sebuah pernyataan, Menteri Perminyakan juga Gas Alam India Hardeep Singh Puri mengatakan dunia seharusnya juga bergabung senang dengan keputusan Delhi yang digunakan dimaksud tetap membeli minyak dari Rusia. Menurutnya, keputusan ini sudah menimbulkan biaya minyak mentah global tetap terjangkau.
“Dunia berterima kasih kepada India lantaran membeli minyak Rusia. Bukannya mereka itu itu tidaklah ada ingin kita membeli minyak Rusia,” paparnya dikutip CNBC International, Jumat (9/2/2024).
“Jika kita mulai membeli lebih lanjut banyak banyak minyak Timur Tengah, tarif minyak tidak ada ada akan berada pada US$ 75 (Rp 1,17 juta) atau US$ 76 (Rp 1,15 juta) per barrel. Harganya US$ 150 (Rp 2,34 juta),” tambahnya.
Sejak serangan Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, pabrik penyulingan India sudah pernah membeli minyak Rusia yang mana didiskon. Moskow sejak itu menjadi sumber minyak mentah utama India, menyumbang sekitar 36% dari impor minyak mentah negara Asia Selatan tersebut.
Sementara itu, nilai minyak berada di tempat area bawah tekanan meskipun meningkatnya ketegangan dalam Laut Merah lalu kegelisahan akan meluasnya konflik dalam area Timur Tengah. Ketidakpastian seperti ini biasanya akan mengupayakan nilai energi lebih lanjut lanjut tinggi.
Meski begitu, kenaikannya terbatas di area tempat tengah rekor produksi Amerika Serikat (AS), lalu perlambatan perekonomian global yang digunakan sedang berlangsung.
Singh Puri sendiri mengaku India mengatakan dia bukan “terlalu khawatir” mengenai apakah akan terjadi lonjakan nilai tukar akibat kurangnya ketersediaan atau keterjangkauan minyak.
“Faktanya adalah separuh pekerjaan berada dalam resesi. Harga minyak yang tersebut lebih lanjut besar tinggi akan berakhir menjadi ramalan yang digunakan menjadi kenyataan pada mana nilai tukar yang mana digunakan lebih lanjut besar tinggi akan membatasi permintaan.”
India diperkirakan menjadi pendorong terbesar pertumbuhan permintaan minyak global dari tahun 2023 hingga 2030. Ini sesuai dengan laporan Badan Energi Internasional (IEA).
Perdana Menteri Narendra Modi sudah pernah lama mengumumkan rencana untuk meningkatkan kapasitas penyulingan minyak tahunan negara itu hampir 80% menjadi 450 jt ton.
Di sisi lain, India sudah pernah menetapkan target aspirasional untuk memenuhi 50% kebutuhan listriknya dari sumber terbarukan pada tahun 2030, lalu 100% transisi ke energi terbarukan pada tahun 2050.
Saat ini, 75% dari total listrik negara yang digunakan berasal dari pembangkit listrik tenaga batu bara. Walau kondisinya demikian, Singh Puri yakin bahwa target energi terbarukan akan tercapai sepenuhnya.
“Kami berada dalam jalur yang mana tepat untuk mencapai target kami serta kami akan mencapai semuanya sebelum waktunya,” ujarnya lagi.