Home / Ekobis / Tunggu Aba-Aba dari Amerika, Investor Memilih Wait and See?

Tunggu Aba-Aba dari Amerika, Investor Memilih Wait and See?

Tunggu Aba-Aba dari Amerika, Investor Memilih Wait and See?

 

Jakarta,REDAKSI17.COM – Awal pekan ini pasar keuangan bergerak beragam dengan cenderung melemah. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat, rupiah melemah, sedangkan imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) naik sebagai indikasi penurunan harga. Rupiah masih berada pada area atas level psikologis Rp16.000/US$1, mendekati level Rp16.100/US$.

Pasar keuangan Indonesia diperkirakan masih akan volatile pada hari ini. Pergerakan IHSG serta rupiah akan dipengaruhi oleh banyaknya data lalu rencana penting sepanjang pekan ini.

Selengkapnya mengenai sentimen serta juga proyeksi pasar hari ini serta juga satu pekan ke depan dapat jadi dibaca pada halaman 3 artikel ini. Dan para penanam modal juga dapat mengintip rencana serta rilis data yang digunakan itu terjadwal untuk hari ini baik dalam negeri lalu luar negeri pada halaman 4.

IHSG pada perdagangan kemarin, Senin (13/5/2024) ditutup menguat 0,15% di area dalam level 7.099,26. Tercatat turnover IHSG berada dalam bilangan Rp14,56 triliun. Transaksi berasal dari volume saham sebanyak 21,54 miliar lembar, dimana 251 saham naik, 302 turun lalu 233 tidaklah berubah.

Berdasarkan data Refinitiv, penguatan IHSG didorong dari kenaikan lima sektor di tempat area mana sektor substansi dasar menjadi sektor dengan kenaikan terbesar sebesar 1,5%, kemudian disusul sektor teknologi sebesar 1,09%.

Saham pertambangan Grup Salim yakni PT Amman Mineral Internasional Tbk (AMMN) menjadi penopang terbesar IHSG pada akhir perdagangan hari ini, yakni mencapai 11 indeks poin.

Sebagai informasi, saham AMMN menjadi penghuni baru dalam tempat Indeks LQ45 terbaru pada periode 2 Mei 2024 sampai 31 Juli 2024.

Sedangkan, PT Bank Central Asia (BBCA) mencatat laba bersih konsolidasi mencapai Rp 48,6 triliun dalam sepanjang 2023. Catatan laba hal itu naik 19,4% dibandingkan dengan capaian 2022.

Dari sisi top line,pendapatan bunga bersih perusahaan serta entitas anak sepanjang tahun lalu naik 17,5% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp 75,4 triliun dengan pendapatan selain bunga tumbuh 5,5% menjadi Rp 23,9 triliun.

Pertumbuhan ini didorong oleh ekspansi volume kredit, perbaikan kualitas pinjaman, imbal hasil yang mana dimaksud lebih lanjut lanjut tinggi, serta kenaikan pendapatan fee kemudian komisi selaras dengan peningkatan jumlah agregat agregat transaksi.

BBCA juga mencatat, kenaikan kinerja ini mengambil bagian ditopang oleh kredit yang tersebut dimaksud tumbuh 13,9% menjadi Rp 810,4 triliun, dengan kredit macet (non-perfoming loan/NPL)terjaga di tempat tempat bilangan bulat 1,9%

Beralih ke rupiah, dilansir dari Refinitiv, rupiah ditutup terdepresiasi 0,22% di area area nomor Rp16.075/US$ pada hari ini, Senin (13/5/2024).

Pelemahan rupiah ini terjadi dalam tengah sikap pelaku penanam modal dalam menunggu data inflasi AS yang tersebut akan diumumkan pada Rabu (15/5/2024).

Data ini menjadi yang digunakan paling ditunggu-tunggu pelaku pasar pada seluruh dunia sebab akan menentukan arah kebijakan suku bunga bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).

Jika inflasi AS melandai maka optimisme pemangkasan suku bunga akan semakin meningkat demikian juga sebaliknya.

Sebagai informasi, inflasi AS mencapai 3,5% (yoy) untuk periode Maret 2024. Begitu pula dengan inflasi inti yang digunakan mana lebih lanjut lanjut panas dari konsensus yang tersebut memperkirakan hitungan 3,7% yoy. Namun kenyataannya mencapai 3,8% yoy pada Maret 2024, sejenis seperti bulan sebelumnya.

Tidak semata-mata belaka itu, beberapa pejabat bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed) juga akan mengutarakan pendapatnya disepanjang pekan ini khususnya dari sisi makroekonomi kemudian pandangan mengenai kebijakan The Fed ke depannya.

Hal ini juga ditunggu pelaku pasar untuk melihat tendensi mayoritas pejabat The Fed apakah ada kecenderungan untuk dovish atau masih konsisten dalam sikap hawkish dengan data kegiatan ekonomi maupun ketenagakerjaan yang dimaksud ada saat ini.

Sementara dari pasar obligasi Indonesia, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun kembali naik sebesar 0,9% pada tempat level 7,035% pada perdagangan Senin (13/5/2024). Imbal hasil obligasi yang digunakan dimaksud menguat menandakan bahwa para pelaku pasar sedang kembali memasarkan surat berharga negara (SBN).

REDAKSI17.COM

Tag:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *