Home / Pendidikan / UKDW Menjadi Host di 15th Biennial International Conference IRTI

UKDW Menjadi Host di 15th Biennial International Conference IRTI

 

Yogyakarta,REDAKSI17.COM – Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW), mengadakan Konferensi Internasional Dua Tahunan Institut Teologi Reformed Internasional
IRTI) yang ke-15, dengan tema”Perdamaian Antar Bangsa Teologi Reformed dan Konflik Geopolitik, bertempat di Kampus Ukdw (27/6/2024) malam

Dalam rangkaian kegiatan ini dihadiri oleh 49 peserta yang berasal dari Belanda, USA, United Kingdom, Hungaria, Jerman, Meksiko, Afrika Selatan, Rumania, Ukraina, dan Mesir, diadakan selama 4 hari bertempat di Kampus Ukdw dari (27-30 Juni 2024)

Para peserta yang hadir itu terdiri mulai dari orang praktisi,akademisi berkomitmen berupaya
memajukan perdamaian serta keadilan global.

Pdt. Devina Widiningsih, M.Th., selaku Koordinator Program mengatakan bahwa hal ini membuktikan komitmen UKDW, secara khusus Fakultas Teologi, yang secara serius melakukan refleksi teologis yang kritis dan mendalam dalam melihat isu-isu, baik lokal maupun global.

“Melalui keterlibatan UKDW dalam konferensi IRTI ini, UKDW dapat dilihat sebagai situs refleksi untuk menentukan dasar sekaligus melahirkan strategi-strategi segar dan kontekstual sebagai alternatif penyelesaian konflik,”ucap Devina

Selain itu, momen ini perlu dilihat juga sebagai situs relasi dan koneksi yang esensial dalam usaha kita bergerak bersama-sama dalam mewujudkan perdamaian di dunia,” ujarnya.

Menurut Devina, sebagai tindak lanjut kegiatan, refleksi teologis diharapkan tidak hanya menjadi diskusi para elit akademisi, tetapi juga dapat diteruskan kepada masyarakat dan akar rumput dalam bentuk-bentuk yang lebih sederhana.

Sementara itu, Director Management Team IRTI Pieter Voz menjelaskan, tema tahun ini dilatarbelakangi karena konflik yang sedang terjadi di Ukraina dan Gaza. Imbas dari konflik ini berdampak kepada semua yang terlibat langsung bahkan ada yang menjadi korban teror dan agresi.

“Sama halnya dengan perang yang terjadi di Gaza,dimana perang ini telah memecah belah masyarakat di seluruh dunia,” ujar Pieter.

Menanggapi situasi yang terjadi, Pieter menekankan bahwa agama merupakan faktor
yang sangat penting, baik maupun buruk. Di satu sisi, motif agama menjadi pembenaran untuk melakukan agresi dan teror, bahkan untuk mendeklarasikan perang suci.

“Tradisi agama berfungsi sebagai sumber penting pertimbangan moral tentang apakah dan dalam kondisi apa penggunaan kekuatan militer dapat dibenarkan untuk melindungi orang-orang yang tidak bersalah dari agresi brutal,”ujarnya

Di sisi lain, agama memotivasi untuk membangun perdamaian dan rekonsiliasi antara musuh dan melintasi batas-batas negara atau etnis.

” konflik ini memiliki dampak politik, ekonomi, dan sosial secara global. Meskipun negara-negara lain tidak terlibat langsung dalam perang di Ukraina, tapi dukungan politik dan militer yang kuat dari banyak negara terhadap perlawanan Ukraina, agresi Rusia menunjukkan dimensi geopolitik dan dampak konflik ini,” tuturnya (Neutron A).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *